prevalensi dan intensitas cacing anisakis sp pada …

44
PREVALENSI DAN INTENSITAS CACING Anisakis sp PADA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI TPI UJONG BAROH KECAMTAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI SAMSUL BAHRI 12401029 PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2016

Upload: others

Post on 27-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PREVALENSI DAN INTENSITAS CACING Anisakis spPADA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI TPI UJONG

BAROH KECAMTAN JOHAN PAHLAWANKABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

SAMSUL BAHRI12401029

PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2016

PREVALENSI DAN INTENSITAS CACING Anisakis spPADA IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) DI TPI UJONG

BAROH KECAMTAN JOHAN PAHLAWANKABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

SAMSUL BAHRI12401029

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan gelar sarjanapeikanan pada Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2016

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Prevalensi dan Intensitas Cacing Anisakis sp Pada Ikan Tongkol

(Euthynnus affinis) di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan

Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Nama : Samsul Bahri

NIM : 12401029.

Prodi : Perikanan.

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan

Dr. Edwarsyah, SP., MPNIP: 19690211 199603 1 002

Ketua Studi Perikanan

Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.SiNIDT: 05919830902 200810 02

Anggota

Nabila Ukthy, M.SiNIDN : 0026038903

Ketua

Eri Safutra, M.PNIDN : 0016057303

LEMBARAN PERSETUJUAN KOMISI UJIAN

Skripsi/tugas akhir dengan judul

Dengan judul : Prevalensi dan intensitas cacing Anisakis sp pada ikantongkol (Euthynnus affinis) di TPI Ujong BarohKecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Yang disusun oleh :

Nama : Samsul Bahri

Nim : 12401029

Fakultas : Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Program studi : Perikanan

Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 29 desember 2016 dandinyatakan memenuhi syarat untuk diterima

1. Ketua : Eri Safutra, S.Pi.,MP …………………………(Dosen Penguji I)

2. Sekretaris : Nabila Ukthy, S.Pi.,M.Si …………………………(Dosen Penguji II)

3. Anggota : Farah Diana, S.Pi.,M.Si …………………………(Dosen Penguji III)

4. Anggota : Mahendra., S,Pi., M.S.i …………………………(Dosen Penguji IV)

Meulaoh, 29 desember 2016Dekan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Dr.Edwarsyah, SP., MPNIP: 1969 0211 199603 1 002

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Desa Blang Baro Rambong Kecamatan

Beutong Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 07

Januari 1993 dari pasangan Bapak Abubakar dan Ibu

Raidah. Penulis merupakan anak ke tiga dari empat

bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di SDN Meunasah Dayah

lulus tahun 2006, Kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Beutong lulus

tahun 2009, dan SMAN 1 Beutong lulus tahun 2012, Selanjutnya penulis

melanjutkan studi ke jengjang perguruan tinggti pada tahun 2012 lulus

diterima di Fakultas perikanan dan ilmu kelautan Jurusan perikanan

Program Sarjana pada Universitas Teuku Umar melalui jalur SPMB

(Seleksi Penerima Mahasiswa Baru).

Sebagai penambah wawasan pendidikan perikanan penulis

mengikuti praktek kerja lapangan pada tahun 2015 di UPTD Batee Iliek

Kecamatan samalanga kabupaten bireun dengan judul Teknik

Pengelolaan Induk Ikan Nila Gesit (Oreocromis Niloticus) untuk

memperoleh gelar serjana perikanan di fakultas perikanan dan ilmu

kelautan universitas teuku umar penulis menulis tugas akhir/skripsi yang

berjudul “ Prevalensi Dan Intesitas Cacin Anisakis Sp Pada Ikan

Tongkol Di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan

Kabupaten Aceh Barat”

Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esadan atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsiini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Olehkarena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukurdan terimakasih saya kepada:

Allah Yang Maha Esa, karena hanya atas izin dan karunia Nyalahmaka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukuryang tak terhingga pada Allah penguasa alam yang meridhoi danmengabulkan segala do’a.

Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan morilmaupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya,karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang palingkhusuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih sajatakkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena ituterimalah persembaha bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku.

Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yangselama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntundan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yangtiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasihbanyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.

Saudara saya Adik-Adik saya tercinta , yang senantiasamemberikan dukungan, semangat, senyum dan do’anya untukkeberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangatyang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.

Sahabat dan Teman Tersayang, tanpa semangat, dukungan danbantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasihuntuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama danterimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini.Dengan perjuangan dan kebersamaan kita pasti bisa! Semangat!!

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir katasaya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yangsaya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan bergunauntuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang, Aamiin.

Prevalensi Dan Intensitas Cacing Anisakis sp Pada Ikan Tongkol (Euthynnusaffinis) di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kebupaten Aceh

Barat 2016

Samsul Bahri ˡ, Eri Safutra ², Nabila Ukthy ².

Mahsiswa Fakultas Perikanan Dan Ilmu KelautanUniversitas Teuku Umar Meulaboh 2016

Email : [email protected]

Abstrak

Ikan tongkol adalah jenis ikan pelagis yang merupakan salah satu

komoditas utama ekspor indonesia. Ikan tongkol ini sering dimafaatkan oleh

masyarakat untuk kosumsi sehari-hari. Parasit merupakan salah satu parameter

yang merusak kualiatas mutu ikan, keberadaan parasit dapat menyebabkan efek

mematikan pada populasi inang dan konsekuensinya dapat menyebabkan kerugian

besar bagi industri perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

prevalensi dan intensitas infeksi parasit Anisakis sp pada ikan tongkol di TPI

Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan 30 sampel Ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang

diperoleh di TPI Ujong Baroh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif. Bedasarkan hasil penelitian, diketahui, 30 sampel ikan tongkol yang

digunakan terinfeksi cacing Anisakis sp. Prevalensi infeksi parasit Anisakis sp

pada ikan tongkol adalah 100 % dan Intensitas infeksi parasit Anisakis sp pada

Ikan tongkol didapatkan pada daging 3,23 pada insang 6,83 pada lambung 3,2 dan

pada usus didapatkan sebesar 2,77.

Kata kunci: Ikan tongkol (Euthynnus affinis), Anisakis sp, Prevalensi,Intensitas.

Prevalence And Intensity worm Anisakis sp In Fish Tuna (Euthynnus affinis)in TPI Ujong Baroh Johan Pahlawan sub-district of Aceh Barat Kebupaten

2016

Samsul Bahri ˡ, Eri Safutra ², Nabila Ukthy ².

Mahsiswa Faculty of Fisheries and Marine SciencesUniversity of Teuku Umar Meulaboh 2016Email: [email protected]

Abstract

Tuna is a pelagic fish species which is one of Indonesia's main exportcommodities. Tunny often dimafaatkan by the community to kosumsi everyday.Parasites are one of the parameters which damage the quality kualiatas fish,parasites can cause lethal effects on the host population and consequently can leadto huge losses to the fishing industry. This study aims to determine the prevalenceand intensity of infection of the parasite Anisakis sp on the cob in TPI UjongBaroh Johan Pahlawan sub-district, West Aceh district. This study was conductedusing 30 samples of Tuna (Euthynnus affinis) obtained in Ujong Baroh TPI. Themethod used is descriptive method. Based on the results of the research, it isknown, 30 samples of tuna used infected with the worm Anisakis sp. Theprevalence of parasitic infection Anisakis sp on the cob is 100% and the intensityof parasitic infection Anisakis sp on Tuna found in the gills 6,83 3,23 meat in thestomach and the intestines obtained 3.2 was 2.77.

Keywords: Tuna (Euthynnus affinis), Anisakis sp, prevalence, intensity.

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SAMSUL BAHRI

NIM : 12401029

Prodi : Perikanan

Judul Skripsi : Prevalensi Dan Itensitas Cacing Anisakis Sp Pada Ikan

Tongkol Di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan

Kabupaten Aceh Barat”

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Skripsi ini berdasarkan

hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk

naskah laporan maupun kegiatan Programming yang tercantum sebagai bagian

dari Skripsi ini. Jika terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber

yang jelas. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan

ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan

yang berlaku di Universitas Komputer Indonesia.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari

pihak manapun.

Meulaboh , 20 Febuari 2017Yang membuat pernyataan,

SAMSUL BAHRI

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada allah swt, karena

dengan kudrah dan iradah nyalah penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini dengan

judul “Prevalensi dan Intensitas Cacing Anisakis sp Pada Daging Ikan Tongkol

(Euthynnus affinis) di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten

Aceh Barat” Selawat dan salam penulis panjatkan sampaikan kepankuan alam

nabi muhammad saw, yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan

sampai ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Sruipsi ini tidak akanj

terwujud jika tampa izin dari allah swt yang telah memberikan kesehata dan

kekuatan pada penulis, dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak maka

dengan terselesainya skripsi ini sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terima

kasih

1. Kepada Kedua Orang Tua Tercinta Ayahanda dan Ibunda yang telah banyak

memberi semangat dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis

dapat menyelesaikan Skripsi ini.

2. Bapak Dr. Edwarsyah, SP., MP, sebagai Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Teuku Umar.

3. Ibu Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.Si, selaku Ketua Jurusan Perikanan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.

4. Bapak Eri Safutra, MP selaku pembimbing I yang telah banyak

memberiakan bimbingan arahan sehingga telaksan dan terlesainya skripsi

ini.

5. Ibu Nabila Ukthy, S.Pi.,M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, untuk memberikan

bimbingan arahan sehingga skripsi ini terlesaikan.

6. Ibu Farah Diana, S.Pi., M.Si, selaku penguji i yang telah meluangkan waktu

untuk memberikian saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak mahendara, S.Pi.,M.Si, selaku peguji ii yang telah memberikan saran

dan arahan sehingga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

8. Seluruh dosen dan stataf pengajar serta civitas akademik fakultas perikanan

dan ilmu kelautan universitas teuku umar yang telah memberikan dorongan

serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh ahli famili yang turut memberiakan dukungan, baikn moril maupun

materil kepada penulis.

10. Teman-teman perikanan fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas

teuku umar khususnya anggkatan 2012, yang selama ini telah bersama-sama

bantu-membantu dalamm enyelesaikan sripsi ini.

11. Seluruh pihak yang turut memberikan do’a dan dukungannya kepada

penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Maka dari itu, penulis

memnharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi

kesempurnaan skripsi ini, karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanya dari allah

swt. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.

Meulaboh, 29 Desembaer 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN PENGESAHANKATA PENGANTAR .................................................................................... iDAFTAR ISI................................................................................................... iiDAFTAR TABEL .......................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 11.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 41.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 41.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Tongkol................................................................... 52.2 Morfologi Ikan Tongkol.................................................................... 62.3 Klasifikasi Cacing Anisakis sp .......................................................... 62.4 Morfologi Anisakis sp ....................................................................... 72.5. Prevalensi dan intensitas ................................................................... 13

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................... 133.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 15

3.2.1 Alat .......................................................................................... 153.2.2 Bahan ....................................................................................... 15

3.3 Tahapan penelitian ............................................................................ 163.3.1 Persiapan bahan baku .............................................................. 163.3.2 Pemeriksaan parasit ................................................................. 173.3.3 Perhitungan prevalensi dan itensitas ....................................... 183.3.4 Analisis data ............................................................................. 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Pelelangan Ikan .......................................... 204.2 Prevalensi parasit Anisakis sp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) .. 204.3 Itensitas parasit Anisakis sp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)...... 214.4 Jumlah parasit Anisakis sp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) ...... 224.5 Pembahasan........................................................................................... 23

V. Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan............................................................................................ 265.2 Saran...................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Halaman1. Alat yang digunakan dalam penelitian ................................................... .. 132. Bahan yang digunakan dalam penelitian ................................................ .. 133. Prevalensi cacing anisakis sp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis ...... .. 15

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) ............................................................. 42. Parasit Anisakis sp .................................................................................... 53. Siklus Hidup Anisakis Simplex ................................................................. 104. Peta Lokasi Penelitian .............................................................................. 125. Diagram alir penelitian Anisakis sp .......................................................... 146. Itensitas infeksi cacing Anisakis sp pada ikan tongkol ............................. 187. Jumlah Anisakis sp.................................................................................... 19

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Ikan sample pertama.................................................................................. 272. Ikan sample kedua .................................................................................... 283. Ikan sample ketiga ................................................................................... 294. Dokumentasi foto penelitian .................................................................... 30

1. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim dengan jumlah pulau

17.5000 dan garis pantai sepanjang 81.000 km² tidak hanya menempatkan

sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, tetapi lebih dari itu menyimpan

kekayaan sumberdaya alam laut yang besar dan belum dimanfaatkan secara

optimal Kekayaan sumberdaya laut Indonesia sangat berlimpah, yaitu dua per tiga

wilayah Indonesia terdiri dari laut dengan potensi perikanan sebesar 6,26 juta

ton/tahun dengan keragaman jenis ikan namun belum seluruhnya dimanfaatkan

secara optimal (Dahuri, 2000).

Ikan tongkol adalah jenis ikan pelagis yang merupakan salah satu

komoditas utama ekspor Indonesia. Ikan tongkol ini sering dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk konsumsi sehari-hari (Simamora, 2012). Hasil tangkapan ikan

tongkol nelayan TPI ujong baroh terbesar terjadi pada tahun 2015 yaitu sebanyak

± 10.725,90 ton, sedang hasil tangkapan terkecil terjadi pada tahun 2014 yaitu

sebanyak ± 6.100,00 ton. Hal ini disebabkan karena alat tangkap yang menjadi

standar penangkapan ikan tongkol (BPS Meulaboh, 2015).

Parasit merupakan salah satu parameter yang merusak kualitas mutu ikan,

Keberadaan parasit dapat menyebabkan efek mematikan pada populasi inang dan

konsekuensinya dapat menyebabkan kerugian besar bagi industry perikanan.

Parasit tidak hanya dapat merugikan industri perikanan, tetapi juga manusia

yang mengonsumsinya (Palm et al., 2008), Parasit adalah hewan atau tumbuh

tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lender inang nya dan

mengambil manfaat dari inang tersebut (Muhdi, 2011 diacu dalam Hidayati, et al,

2016). Jenis parasit pada ikan laut ditentukan oleh distribusi geografis nya,

keberadaan inang antara, ketahanan tubuh ikan (pada fase inang terinfeksi), dan

lama waktu ikan terinfeksi (Sindermann, 1990).

Karakteristik dan distribusi parasit Anisakis sp di perairan Indonesia belum

banyak diketahui yang disebabkan oleh belum berkembangnya penelitian tentang

parasit pada ikan laut yang ada di Indonesia. Penelitian Anisakis yang pernah

dilakukan di Indonesia diantaranya di TPI Brondong, Lamongan dengan hasil

Anisakis sp. Menginfeksi ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) (Muttaqin

dan Abdulgani, 2013) di perairan laut Kedonganan Badung ditemukan Anisakis sp

pada ikan Layur (Trichiurus lepturus) (Semarariana et al, 2012), dan di TPI

Lhoknga aceh besar dengan hasil Anisakis sp meninfeksi ikan tongkol mencapai

70% dan intensitas serangan 8,4individu/ekor (Saputra 2011).

Oleh karena itu, penelitian mengenai cacing Anisakis sp perlu

dikembangkan dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang

Cacing Anisakis sp pada ikan Tongkol (Euthynus affinis) yang berada di TPI

Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, dengan cara

melihat Prevalensi dan Intensitas parasit. Sehingga dapat menambah informasi

kepada masyarakat tentang Prevalensi dan Intensitas Cacing Anisakis sp pada Ikan

Tongkol (Euthynusaffinis) di Pangkalan Pendaratan Ikan (TPI) Ujong Baroh

Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana Prevalensi cacing Anisakis sp padadaging, usus, insang,

lambung pada ikan tongkol (Euthynus affinis)?

2. Apakah intensitas cacing Anisakis sp pada daging, usus, insang, lambung

pada ikan tongkol (Euthynus affinis)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui prevalensi cacing Anisakis sp pada daging, usus,

insang, lambung, ikan tongkol (Euthynus affinis).

2. Untuk mengetahui intensitas cacing Anisakis sp pada daging, usus,

insang, lambung, ikan tongkol (Euthynus affinis).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis dalam penelitian ini dapat diharapkan memberikan

informasi mengenai jenis-jenis cacing Anisakissp yang terdapat pada

daging, insang, usus dan lambung ikan tongkol( Euthynnus affinis ).

2. Manfaat praktis dari penelitian dapat memberi informasi infeksi cacing

Anisakis sp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang dapat menginfeksi

manusia (Zoonosis) / penyakit yang berpindah dari ikan kemanusia atau

sebaliknya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Tongkol

Menurut Saanin, (1984) Klasifikasi ikan tongkol ( Euthynnus affinis ) ini

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub phylum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Famili : Scombridae

Genus : Euthynnus

Spesies : Euthynnus affinis

Gambar 1. Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)

2.2 Morfologi Ikan Tongkol

Ikan tongkol (Euthynnus affinis ) ini memiliki bagian kepala memanjang

dan agak meruncing dengan mulut yang meruncing kebawah, selain itu memiliki

bagian kepala bewarna abu – abu yang mengkilat. Bagian badan memanjang

dengan bentuk pipih disertai dengan adanya sirip punggung, dubur, perut dan juga

dada pada bagian pangkal melengkung pada tubuh. sehingga bagian sirip tersebut

dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, dan bagian belakang dari sirip

punggung dan sirip dubur tersebut merupakan sirip tambahan kecil yang disebut

dengan finlet (Djuhanda, 1981).

2.3 Klasifikasi Cacing Anisakis sp

Anderson (2000), Klasifikasikan parasit Anisakis sp, sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Nematoda

Class : Secernentea

Order : Ascaridida

Super family :Ascaridoridea

Family : Anisakidae

Sub family : Anisakinae

Genus : Anisakis

Spesies : Anisakis sp

Gambar 2. Parasit Anisakis sp

Struktur tubuh parasit Anisakis sp (Gambar 2), terdiri atas : bagian (a) atau

kepala terdapat beberapa bagian, yaitu (lt) = gigi larva, (ep) = pori/lubang

pengeluaran, (ed) = saluran pengeluaran, (lb) = bibir. Pada bagian (b) atau alat

pencerna makanan, terdapat bagian (e) = esophagus, (vc) = ventriculus, (int) =

intestinum. Bagian (c) atau ekor, terdapat (a) = anus, (g) = kelenjar dubur dan (m)

= mucron.

2.4 Morfologi Anisakis sp

Menurut Awik et al. (2007), Mengatakan bahwa morfologi cacing Anisakis

sp mempunyai warna putih, dengan panjang antara 10-29 mm, Anisakis

mempunyai bibir venterolateral yang berfungsi untuk menyerap bahan organik

dari dinding usus. Pada anterior dari Anisakis sp terdapat boring tooth yang

berfungsi untuk melubangi dinding usus halus dan sekaligus untuk berpegangan

pada mukosa dari usus halus agar tidak lepas pada waktu intestinum berkontraksi

untuk mencerna makanan.

Keterkaitan antara panjang larva Anisakis sp terhadap usia ikan telah

dilaporkan oleh Strømnes dan Andersen (2003) bahwa sejumlah larva Anisakis sp.

memiliki panjang lebih dari 28 mm dan terus bertambah panjangnya seiring

dengan bertambahnya usia ikan.

Larva Anisakis sp mempunyai panjang 11.2–34.5 mm, lebar 0.44–0.55 mm

relatif panjang dan disertai oleh jaringan kelenjar, tidak mempunyai apendiks atau

sekum, bibirnya tidak jelas, giginya menonjol ke depan dan mempunyai saluran

pencernaan yang sederhana yaitu usofagus, ventrikulus dan usus halus (intestine)

sedangkan Pseudoterranovasp mempunyai usofagus, venrikulus, usus halus

(intestine) dan sekum secara langsung berada pada bagian anteriornya dengan

total panjangnya 25–50 mm dan lebar 0.3–1.2 mm. (Hurst 1984; Sakanari dan

McKerrow 1989). Berbeda dengan ukuran cacing dewasa anisakis mempunyai

ukuran panjang untuk cacing dewasa jantan yaitu 38-60 mm dan untuk cacing

dewasa betina yaitu 45- 80 mm (Iglesias et al. 2001).

Anisakis sp biasanya memanfaatkan mamalia laut atau burung yang makan

ikan sebagai inang definitif dengan invertebrata air dan ikan sebagai perantara

atau paratenic host. Anisakis sp dewasa ditemukan terutama di saluran pencernaan

cetacea (lumba-lumba, pesut dan paus) dan Pseudoterranova sp dewasa di

pinnipeds (anjing laut, singa laut dan walrus), meskipun perkiraan spesies inang

definitif sebagian besar masih tidak lengkap diketahui. Perbedaan kisaran inang

antara spesies telah ditemukan. Misalnya, Anisakis sp dan Pseudoterranova sp.

paling sering terjadi pada ikan bentik atau demersal, sementara. pegreffi

ditemukan lebih sering pada ikan pelagis. Perbedaan-perbedaan ini tampaknya

lebih terkait distribusi geografis dan kebiasaan makan inang daripada preferensi

perilaku inang atau fisiologis parasit (Chai et al, 2005).

Siklus hidup parasit ini di alam meliputi transmisi larva dari satu predator ke

predator lain, yaitu dari crustacea yang dimakan oleh cumi, gurita atau ikan, lalu

dimakan oleh mamalia laut sedangkan manusia sebagai hospes incidental atau

terjangkit akibat kesalahan pola makan (Nyoman, 2000).

Desrina dan Kusumastuti (1996) mengemukakan bahwa saluran pencernaan

ikan merupakan organ yang paling banyak diserang oleh cacing Anisakis sp. Pada

kasus infeksi berat Anisakis sp yang menyerang jaringan organ hati

ikan Cod, dilaporkan bahwa hati ikan tersebut mengecil dan kehilangan fungsinya

sengkan infeksi pada otot kemungkinan kecil pengaruhnya sehingga diduga

infeksi yang berbahaya adalah infeksi sekunder yang ditimbulkan karena adanya

penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme (Kahl, 1938; dalam Latama,

2006).

Anisakis sp dewasa ditemukan di dalam perut mamalia laut, dimana mereka

melekat dalam mucosa secara berkelompok. Produksi telur parasit dewasa

dilepaskan keluar melalui feses mamalia. Perkembangan telur secara embryonase

terjadi di dalam air, dan larva L1 dibentuk dalam perut. Larva mengalami molting,

menjadi L2 yang berenang bebas di badan air setelah mereka lepas dari telur.

Larva tersebut termakan oleh krustacea. Larva yang termakan akan berkembang

menjadi L3 yang menginfeksi ikan dan cumi-cumi. Setelah inang mati, larva dapat

bermigrasi ke jaringan otot. Ketika ikan atau cumi-cumi yang terkandung larva

L3 Anisakis sp termakan oleh mamalia laut, larva akan mengalami molting kedua

dan berkembang menjadi cacing dewasa (Parker dan Parker, 2002).

Anisakis sp (Nematoda : Anisakidae) adalah parasit umum organisme laut di

seluruh dunia. Siklus hidup parasit ini melibatkan krustasea, ikan, cumi dan

mamalia laut. Organisme ini bertindak sebagai perantara, paratenic atau inang

pembawa dan inang definitif (Zang et al., 2007). Ikan-ikan yang tergolong dalam

ikan karnivora, berpotensi sebagai inang perantara (intermediet host) dari

Anisakis sp. jika memakan crustasea, ikan kecil atau chepalapoda yang terinfeksi

Anisakis sp (Cruz et al, 2009).

Anisakis sp dewasa ditemukan di dalam perut mamalia laut, dimana mereka

melekat dalam mucosa secara berkelompok. Produksi telur parasit dewasa

dilepaskan keluar melalui feses mamalia. Perkembangan telur secara embryonase

terjadi di dalam air, dan larva L1 dibentuk dalam perut. Larva mengalami molting,

menjadi L2 yang berenang bebas di badan air setelah mereka lepas dari telur.

Larva tersebut termakan oleh krustacea. Larva yang termakan akan berkembang

menjadi L3 yang menginfeksi ikan dan cumi-cumi. Setelah inang mati, larva dapat

bermigrasi ke jaringan otot. Ketika ikan atau cumi-cumi yang terkandung larva L3

Anisakis termakan oleh mamalia laut, larva akan mengalami molting kedua dan

berkembang menjadi cacing dewasa (Parker and Parker, 2002).

Parasit yang masuk ke tubuh manusia adalah parasit stadium ketiga yang

masuk bersama daging ikan yang dimakan. Dalam tubuh manusia larva akan

hidup dan pada umumnya tetap sebagai larva stadium ketiga, namun terkadang

juga berkembang hingga larva stadium keempat atau larva yang sedang berganti

kulit. Dalam hal ini manusia berperan sebagai hospes paratenik. Kebanyakan larva

menyerang sub mukosa namun bisa juga mencapai organ – organ di rongga

abdomen (Miyazaki, 1991).

Audicana and Kennedy (2008), parasit dewasa hidup di dalam perut

mamalia laut, dan setelah telur dibuahi dikeluarkan melalui kotoran. Telur

berkembang dan kemudian menetas, menghasilkan larva L3 Anisakis simplex.

Larva L3 ini termakan oleh udang kecil dan copepoda (intermediate host). Ikan

laut dan cumi (paratenic host) memakan krustasea planktonik atau ikan lain dan

cumi terinfeksi L3, berkontribusi terhadap penyebaran parasit. Infektif L3

(tertanam dalam jeroan dan otot atau bebas dalam rongga tubuh) yang

dipindahkan ke host akhir (mamalia laut) melalui konsumsi ikan laut dan cumi

(dalam kasus lumba-lumba, pesut, anjing laut, singa laut, dan walrus) atau melalui

udang kecil (dalam kasus paus). Pada inang akhir, dua perkembangan terjadi (dari

L3 ke dewasa) sebelum dewasa untuk menghasilkan telur, dan siklus hidup lebih

lanjut dimulai. Jika L3 terinfeksi ikan mentah atau cumi yang dimakan oleh

manusia, larva yang terdapat dalam daging menyebabkan infeksi zoonosis, dan

kemudian manusia bertindak sebagai accidental host, L3 biasanya tidak

berkembang lebih jauh dan siklus tidak dapat diselesaikan, hal ini dapat kita lihat

pada gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Siklus hidup Anisakis sp. (Audicana and Kennedy, 2008)

Representasi diagram siklus hidup Anisakis sp menurut Klimpel et al.

(2004) seperti pada Gambar 3 adalah (a) telur-telur menetas diyakini berlangsung

(L1-L2-L3) kemudian (b) larva tahap ketiga (L3) bebas berenang. Ini dimakan

oleh inang perantara pertama Paraeuchaeta norvegica (c). Paraeuchaeta

norvegica dimakan oleh inang perantara kedua yakni Maurolicus muelleri (d),

dengan larva tahap ketiga (L3) yang infektif ke inang akhir. (e) Inang pembawa

(terutama Pollachius virens) dengan stadia larva ketiga (L3) yang infektif ke

inang akhir. (f) (sebagian besar Phocoena phocoena, juga migrasi Cetacea)

dimana dua stadia pergantian berlangsung (L3-L4-dewasa).

2.5 Prevalensi dan Intensitas

Tingkat penularan penyakit pada umumnya dinyatakan dengan prevalensi

kejadian dan intensitas parasit. Prevalensi adalah persentase ikan yang terinfeksi

dibandingkan dengan seluruh ikan contoh yang diperiksa. Sedangkan Intensitas

merupakan jumlah rata-rata parasit per ikan yang terifeksi. Prevalensi dan

Intensitas tiap jenis parasit tidak selalu sama karena banyaknya faktor yang

berpengaruh, salah satu faktor yang berpengaruh adalah ukuran inang (Dogiel et

al., 1970 dalam Awilia, 2002).

Kemudian Noble dan Noble (1989) dalam Martiadi (2002) menyatakan

bahwa, pada beberapa spesies ikan, semakin besar ukuran/berat inang, semakin

tinggi infeksi oleh parasit tertentu. Inang yang lebih tua dapat mengandung jumlah

parasit yang lebih besar, meskipun apabila telah terjadi saling adaptasi maka inang

menjadi toleran terhadap parasitnya.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September

2016 di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

dengan pengamatan sampel di lakukan di Labolatorium MIPA Universitas Teuku

Umar.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian di TPI Ujong Baroh Kecamatan JohanPahlawan Kabupaten Aceh Barat.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian dapat kita lihat pada Tabel 1 di

bawah ini:

LokasiPenelitian

(PPI Meulaboh)

Tabel 1. Alat yang digunakanpada penelitian.No Alat Fungsinya1. Slide glass Untuk meletakan preparat yang akan di gunakan

untuk melihat sample di bawah mikroskop.2. Cover glass Sebagai tempat media yang akan digunakan untuk

menumbuhkan mikrobia.3. Stereo mikroskop Untuk observasi dengan perbesaran rendah dari

sampel yang berukuran relatif besar secara tigadimensi.

4. Compound mikroskop Memanfaatkan pantulan cahaya matahari ataulampu untuk pencahayaan.

5. Gunting bedah Untuk memotongusus,lambung,otot,dagingkan.6. Pisau bedah Untukpembedahan ikan.7. Pinset Untuk penjepit.8. Nampan bedah Sebagai tempat media penempatan ikan9. Cawan petri Sebagai tempat penarukan sample10. Alat tulis Sebagai alat menulis dokumentasi penelitian.11. Kamera Sebagai pemotretan dokumentasi penelitian.

3.2.2 Bahan

Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat kita lihat pada

Tabel 2 di bawahini:

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada penelitian.No Alat Fungsinya1. Etanol Sebagai alat pelarut.2. Tissue Sebagai alat pembersih.3. Fisiologis Sebagai alat pengencer sample.4. Ikan tongkol Sample penelitian.

3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data

secara kuantitas terhadap prevalensi dan intensitas cacing Anisakis sp pada ikan

tongkol. (Fraenkel dan Wallen, 1990).

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian Anisakis sp

3.3.1 Persiapan bahan baku.

Pengambilan sampel dilakukan yaitu dengan cara membeli ikan dari Tempat

Pendaratan Ikan (TPI) Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh

Barat. Ikan yang digunakan untuk sampel adalah ikan tongkol dengan ukuran 20 –

30 cm sebanyak 10 ekor. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random

sampling) sebanyak 3 kali, jadi ikan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian

Prevalensi dan Intensitas Cacing Anisakis sp pada Daging, usus, insang, dan

lambung Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) selama 1 bulan sebanyak 30 ekor.

3.3.1 Pemeriksaan parasit.

Sampel ikan tongkol di ambil dan diletakkan di atas nampan, kemudian

dilakukan pembedahan dengan gunting mengarah ke anterior tubuh sampai pada

bagian sirip ventral, kemudian digunting kearah dorsal ikan sampai pada bagian

gurat sisi lalu digunting mengarah pada bagian anal ikan. Jeroan atau bagian organ

dalam ikan yang diperiksa adalah dinding bagian luar usus, lambung, jantung dan

Ikan tongkol

LambungInsang

Nampan

Danging

Pembedahan

Insang

Pengamatan

Usus

hati ikan sampel. Organ tersebut diletakkan di atascawan petri dan diberi larutan

fisiologis kemudian dilakukan pemeriksaan akan adanya infeksi parasit Anisakis

sp secara visual di bawah mikroskop.

Larutan fisiologis diberikan secukupnya untuk menjaga agar organ ikan

tetap basah. Parasit yang diperoleh dikumpulkan di cawan petri yang berisi larutan

fisiologis, kemudian parasit tersebut dibersihkan dari debris-debris yang melekat

dan selanjutnya difiksasi pada alkohol 70%. Identifikasi Anisakis secara morfologi

dengan melihat bentuk ventriculus, bagian ujung anterior dan posterior pada

stereo mikroskop. Parasit yang ditemukan dikelompokkan kedalam Anisakistipe I

danTipe II. Setelah itu dilakukan penghitungan Prevalensi dan Intensitasparasit

(Hafid. M.D, 2015).

3.3.2 Perhitungan prevalensi dan intensitas.

Tingkat infeksi parasit dinyatakan dalam prevalensi dan intensitas, dapat

dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

1. Prevalensi

Prevalensi ialah persentase ikan yang terserang penyakit, dapat dilihat

dengan menggunakan rumus Rantetondok (2011) :

P =∑ ∑ x 100 %

Dimana :Prev : Persentase ikan yang terserang penyakit (%)N : jumlah ikan yang terserang parasit (ekor).n : Jumlah ikan yang diperiksa (ekor).

2. Intensitas

Intensitas ialah rata – rata ikan yang terserang penyakit, dapat di lihat

dengan menggunakan rumus Aryani (2012) :

=Dimana :

Int : rata-rata serangan parasit.Ʃp : Jumlah parasit yang ditemukan.n : Jumlah ikan yang terserang parasit(ekor)

3.3.4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini secaran deskriptif yaitu

melihat tingkat infeksi cacing Anisakis sp pada ikan tongkol dan perhitungan

prevalensi dan itensitas. Menurut HidayatSyah (2010), penelitian deskriptif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-

luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu. Sedangkan menurut

Punaji Setyosari (2010), menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan,

peristiwa, objek apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-

variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil4.1.1 Gambaran Umum Tempat Pelelangan Ikan

Tempat pelelangan ikan ujong baroh berada di Kecamatan Johan Pahlawan

Kabupaten Aceh Barat dan merupakan tempat pendaratan ikan oleh para nelayan

yang datang dari laut untuk menjual hasil tangkapannya. Tempat pelelangan ikan

ujong baroh memiliki peranan strategis dalam pengembangan perikanan bagi para

nelayan dan masyarakat sekitar yang sebahagian masyarakatnya memanfaatkan

sektor perikanan ini sebagai mata pencaharian. Hasil tangkapan lautnya

bermacam-macam seperti ikan tongkol (Euthynnus affinis), ikan karang, ikan

talang-talang (Chorinemus tala), ikan kembung (Rastrelliger kanagurta), dan ikan

tenggiri (Scomberomorus commerson).

4.1.2 Prevalensi Parasit Anisakis sp Terhadap Ikan Tongkol (Euthynnus

affinis).

prevalensi adalah persentase ikan yang terserang parasit dalam

keseluruhan populasi ikan yang di temukan pada waktu tertentu dengan

mengabaikan waktu terjangkit. Bedasarkan analisis anisakis sp pada ikan tongkol,

dari 30 sample ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang diamati, diketahui bahwa

semua sample ikan tongkol terinfeksi cacing aniakis sp sehingga nilai prevalensi

cacing anisakis sp di TPI Ujong Baroh adalah 100%.

Tabel 3. Tingkat prevalensi cacing anisakis sp yang meninfeksi ikan tongkol(Euthynnus affinis)

Tahapan Jumlah ikan

(ekor)

Ikan terinfeksi

(ekor) Tingkat prevalensi

cacing anisakis sp

pada ikan tongkol

Tahap I 10 10

Tahap II 10 10

Tahap III 10 10

Total 30 30 100%

4.1.3 Intensitas parasit anisakis sp pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)

pengamatan rata-rata intensitas anisakis sp, pada daging, insang, lambung,

usus ikan tongkol ukuran 20-30 cm per stasiun (1 stasiun ) yang berbeda dalam 3

kali pengambilan sample selama 1 bulan dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini.

Gambar 6. Intensitas infeksi cacing anisaki sp pada ikan tongkol (Euthynnusaffinis)

pengamatan itensitas yang dilakukan pada ikan tongkol meliputi bagian

daging, insang, lambung, usus. Intensitas cacing anisakis sp dapat dilihat pada

gambar 6. Diketahui bahwa itensitas parasit Anisakis sp terinfeksi pada ikan

tongkol (Euthynnus affinis) ditemukan pada bagian insang yang tertinggi dan

terendah terdapat pada bagian usus.

3,2

6,83

3,24,5

0

2

4

6

8

Daging Insang Lambung UsusIten

sita

s ca

cing

Ani

saki

ssp

sample pengamatan

4.1.4 Jumlah parasit pada ikan tongkol (Euthynnus affinis)

Dalam penelitian ini parasit yang diamati adalah Anisakis sp. sedangkan

objek ikan yang terinfeksi adalah ikan tongkol (Euthynnus affinis) berukuran 20-

30 cm yang terdapat di TPI Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten

Aceh Barat. Bedasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama satu bulan

pengambilan data terdapat perbedaan parasit yang ditemukan dapat dilihat pada

gambar 7 dibawah ini.

Gambar 8. Jumlah parasit anisakis sp

Bedasarkan gambar 7, diketahui bahwa prevalensi dan itensitas cacing

Anisakis sp pada ikan tongkol selama 1 bulan dengan 3 kali tahap pengamatan,

didapatkan parasit sebanyak 97 parasit di otot daging ikan tongkol (Euthynnus

affinis), pada insang didapatkan sebanyak 205 parasit, kemudian di lambung

didapatkan 96 parasit, dan di usus didapatkan 83 parasit.

Tingkat infeksi cacing Anisakis sp pada daging, insang, lambug, dan usus

tertinggi terdapat pada insang dan terendah terdapat pada usus. Parasit cacing

Anisakis sp terdapat di bagian insang yang paling tertinggi karena insang

merupakan organ yang berhungan lansung dengan bagian luar sehingga cacing

Anisakis sp dapat berkembang dengan cepat di bagian insang.

28

62

32 2738

69

36 3131

74

28 25

020406080

Daging Insang Lambung Usus

jum

lah

para

sit

Ani

saki

ssp

sample pengamatan

Tahap pertama

Tahap kedua

Tahap ketiga

4.2 pembahasan

Prevalensi infeksi parasit Anisakis sp pada ikan tongkol (Euthynnus

affinis) di perairan lebih dipengaruhi oleh habitat. Prevalensi dalam suatu habitat

di perairan dipengaruhi oleh komponen-komponen habitat seperti suhu, tekanan,

kandungan oksigen dan lain-lain (Tobing,2000). Setiap ikan di perairan akan

selalu memilih suhu lingkungan yang sesuai untuk makan, memijah dan aktivitas

lainnya (Ardiyana, 2010). Suhu perairan yang tidak sesuai dapat menyebabkan

ikan menjadi stress. Kondisi ikan stress merupakan kondisi yang sangat

mendukung perkembangbiakan parasit. Suhu perairan memiliki kaitan yang erat

dengan kandungan oksigen di perairan. Suhu perairan yang tinggi mempengaruhi

kecepatan laju metabolisme dan respirasi ikan di perairan, sehingga kebutuhan

akan oksigen terlarut juga meningkat. Meningkatnya kebutuhan oksigen terlarut

ini dapat menurunkan kadungan oksigen di perairan yang dapat mempengaruhi

kehidupan organisme kecil di perairan (Rukminasari, 2011).

Faktor habitat lain yang mempengaruhi prevalensi adalah tekanan.

Tekanan yang dimaksud disini adalah tekanan lingkungan berupa zat-zat

pencemar seperti logam berat, limbah industri dan sampah rumah tangga.

Tingginya prevalensi infeksi Anisakis sp dapat menjadi indikator terhadap kualitas

perairan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi prevalensi dalam habitat

adalah salinitas. Salinitas diperairan dipengaruhi oleh suhu, kandungan oksigen

dan letak geografis perairan. Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki

ikatan erat dengan kehidupan ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan

erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan (Ardiyana, 2010). Adanya

perubahan suhu dan zat-zat pencemar mampu merubah salinitas perairan,

sehingga menyebabkan kondisi perairan menjadi tidak mendukung kehidupan

ikan. Kondisi perairan yang tidak mendukung kehidupan ikan dapat menyebabkan

ikan menjadi stress dan dapat menyebabkan prevalensi infeksi beberapa spesies

parasit Anisakis sp menjadi tinggi (Tafonao, 2011).

Intensitas infeksi parasit penting diketahui untuk menduga kondisi

kesehatan ikan. Gangguan kesehatan pada ikan akibat infeksi parasit umumnya

disebabkan karena kepadatan parasit (Intensitas infeksi) yang tinggi (Silaban,

2011). Ada beberapa factor yang mempengaruhi intensitas infeksi pada ikan, yaitu

kondisi lingkungan, ikan dan parasit. Ketiga factor tersebut saling keterkaitan

(Ningsi, 2010). Kondisi lingkungan memiliki pengaruh penting terhadap ikan dan

parasit Anisakis sp di perairan. Kondisi lingkungan yang buruk dapat berdampak

buruk terhadap kondisi ikan, sehingga dapat meningkatkan intensitas infeksi

parasit Anisakis sp, dan dapat berdampak buruk juga bagi parasit Anisakis sp,

yaitu dapat menurunkan intensitas infeksi parasit Anisakis sp (Anderson, 1974;

Latama, 2006)

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infeksi parasit Anisakis sp di

bagian insang memiliki nilai persentase paling tinggi. Insang merupakan organ

yang dapat berhubungan langsung dengan dunia luar dan bagian filamennya

merupakan tempat oksigen berdifusi masuk dan CO berdifusi keluar (Alfiansyah,

2011). Pada bagian insang tersebut parasit Anisakis sp akan mudah untuk

memperoleh sari-sari makan dengan cara menghisap darah ikan. Insang juga

merupakan tempat perkembangbiakan yang sangat sesuai pada beberapa jenis

parasit dari kelompok Copepoda (Widyastuti, 2002).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Tingkat prevalensi cacing Anisakis sp pada ikan tongkol (euthynnus

affinis) di TPI Ujong Baroh adalah 100%.

2. Intensitas cacing anisakis sp pada ikan tongkol (euthynnus affinis)

didapatkan intensitas pada daging sebesar 3,23, pada insang didapatkan

sebesar 6,83, pada lambung didapatkan sebesar 3,2 dan pada usus

didapatkan sebesar 2,77.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan untuk dilakukan penelitian

lanjut mengenai parasit Anisakis sp, pada insang ikan tongkl dengan jumlah

sampel ikan yang banyak untuk dapat melihat lebih jelas apakah terdapat

hubungan antara jenis ikan dengan prevalensi dan intensitas infeksi cacing

anisakis sp.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah, M. 2011. Sistem Pernapasan Ikan (Pisces). http://www.sentraedukasi.com/2011/08/sistempernapasan-ikan-pisces.html. (25 Mei 2012).

Anderson, R.C. 2003. Nematode Parasites of Vertebrates: their development andtransmission. 2nd edition. CAB. International. UK. P. 650.

Anderson, D.P. 1974 dan Latama 2006. Immunology of fish diseases. In S.F.Snieszko and H.R

Ardiyana, A. 2010. Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap Keberadaan Ikan.http://aryansfirdaus.wordpress.com/ 2010/10/25/pengaruh-suhu-dansalinitas-terhadap-keberadaan-ikan. (24 Mei 2012).

Audicana, M. T. and Kennedy, M. W. 2008. Anisakis simplex: from ObscureInfectious Worm to Inducer of Immune Hypersensitivity. Clin. Microbiol.Rev. 21 (2): 360 – 379.

Awik, P. D. N., Hidayati D., Ressa P., dan Setiawan. E. 2007. Pola DistribusiAnisakis sp. pada Usus Halus Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) yangTertangkap di TPI Brondong, Lamongan. Prodi Biologi Institut TeknologiSepuluh Nopember Surabaya, Lab. Zoologi. Alumni Prodi Biologi InstitutTeknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Awilia, V. 2002. Inventasisasi dan Distribusi Parasit Pada Ikan Maanvis(Pterophyllum scalare) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Di DKIJakarta.

Chai, J.Y., Murrella K. and Lymbery A.J. 2005. Fish-borne parasitic zoonoses:Status and issues. Int. J. Parasitol. 35: 1233 – 1254.

Cruz, C., Saraiva, A., Santos, M. J., Eiras, J. C., Ventura, C., Soares, J. P. andHermida, M. 2009. Parasitic infection levels by Anisakis spp. larvae(Nematoda: Anisakidae) in the black scabbardfish Aphanopus carbo(Osteichthyes: Trichiuridae) from Portuguese waters. Sci. Mar. Barcelona(Spain). 115 – 120.

Desrina dan Kusumastuti, Guidelines in pathology induced by Anisakis. AlergolImmunol Clin, 15 (2000) 267-272.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Penerbit Armico. Bandung.

Dogiel et al 1970. prevalensi Intensitas parasit trichodina sp yang menginfeksilkan pada ukuran yang berbeda.Skripsi.Pdf.Universitas Negeri Gorontalo.

Fraenkel dan wellen, 1990. Parasit anisakis padaIkan.http://yudhiestar.blogspot.com/2010/01/parasit-dan-penyakit-ikan.

Hidayati, P. Ressa, dan E. Setiawan. 2007. Pola Distribusi Anisakis sp pada UsusHalus Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer) yang Tertangkap di TPIBrondong, Lamongan. Prodi Biologi Institut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya, Lab. Zoologi. Alumni Prodi Biologi Institut Teknologi SepuluhNopember Surabaya.

Hafid. M. D, 2015, alkhohol fish Guidelines in pathology induced by Anisakis.Alergol Immunol Clin, 15 (2000) 267-272.

Hurst (1984) Sakanari dan Mckerrow (1989). “Some factors which influence thein Vitro maintenance of Anisakis simplex (Nematoda)”. FoliaParasitologica 44, 1997, 291-30.

Kahl 1938 dalam Latama 2006. “Catch Handling and the Possible Migration ofinfeksi penyakit Anisakis Larvae in Herring, Clupeaharengus”. J Food Prot, 56, (1993)

Klimpel, S., Palm, H. W., Ruckert, S. and Piatkowski, U. 2004. The Life Cycle ofAnisakis simplex in The Norwegian Deep (Northern North Sea). Parasitol.Res. 94: 1 – 9.

Latama, G. 2006. Parasit Metazoa pada Ikan Tenggiri, Scomberomoruscommerson (Lacepede, 1800), Di Perairan Sekitar Sulawesi. Disertasi.Institut Pertanian Bogor.

Mattiucci, S., Paoletti, M., Borrini, F., Palumbo, M., Palmieri, R. M., Gomez, V.,Casati, A. and Nascetti, G. 2011. First Moleculer Identification of TheZoonotic Parasite Anisakis pegreffii (Nematoda: Anisakidae) in A Paraffin-Embedded Granuloma Taken From A Case of Human Intestinal Anisakiasisin Italy. BioMed Cent. Infect. Dis. 11: 82.

Miyazaki I. 1991. An Illustrated Book of Helminthic Zoonosis. Tokyo.International Medical Foundation of Japan.

Muttaqin dan Abdulgani .2013. Jenis-jenis parasit Pada ikan baung (mystusnemurus c.v.) Dari perairan sungai siak kecamatan rumbai pesisirpekanbaru.

Ningsi, M. A. 2010. Prevalensi dan Intensitas Infeksi Cacing Anisakis sp padaIkan Auxis thazard tang Dipasarkan Di Bali Utara dan Bali Selatan. SkripsiFakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Denpasar.

Noble and Noble (1989). Infeksi parsit pada spesies ikan laut, Modul ParasitologiIkan. Univesitas Hasanudin.

Nyoman., 2000. Zoonasis-Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT. BinaAdiaksara & PT. Rineka Cipta : 194 hal. Jakarta

Paker and Paker, “Studi ketahanan hidup larva anisakidae dengan Suhupembekuan dan penggaraman pada ikan Kembung (Rastrelligerspp.)”.Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (2007).

Palm, H.W., Damriyasa, I. M., Linda, and Oka, I. B. M. 2008. Moleculargenotyping of Anisakis Dujardin, 1845 (Nematoda: Ascaridoidea:Anisakidae) larvae from marine fish of Balinese and Javanese waters,Indonesia. Helminthol., Parasitol. Inst. SAS. 45 (1): 3 – 12.

Rukminasari, N. 2011. Struktur Komunitas Fitoplankton pada Ekosistem PadangLamun di Pulau Kapoposang dan di Pulau Sarappokeke KabupatenPangkep Sulawesi Selatan. Thesis. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.Universitas Hassanudin.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II PT. BinaCipta. Jakarta. Hlm: 517

Saputra, L.O.A.R. 2011. Deteksi Morfologi dan Molekuler Parasit Anisakis spppada Ikan Tongkol (Auxis thazard). Skripsi. Program Studi BudidayaPerairan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Simamora, Y. 2012. Tingkah Laku Ikan Tongkol. http://yenisimamora. blogspot.com/2012/12/tingkah-laku- ikan-tongkol_6.html.

Sindermann, C.J. 1990. Principle Disease of Marine Fish and Shellfish. 2nd ed.Vol 1. Academic Press, Inc. San Diego, California.

Silaban . 2011. Infeksi Anisakis Ikan Tongkol. http://yenisimamora. blogspot.com/2012/12/tingkah-laku- ikan-tongkol_6.html.

Stromnes dan anderson, Infeksi Larva Anisakis Pada Ikan Tongkol (Euthynnussp.) yang di Daratakan di Tarakan. Universitas Borneo, Tarakan, (2003).

Tafonao, B. 2011. Hubungan Temperatur, Oksigen Terlarut dan Salinitas denganPrevalensi Parasit pada Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina).Skripsi. Fakultas Perikanan. Universitas Dharmawangsa. Medan.

Tobing . 2000. Digestive Haemorrhage in patients with anti-Anisakisantibodies.European J. Gastroen Hepatol,12:337-343.

Widyastuti . 2002. Principle Disease of Marine Fish and Shellfish. 2 nd ed. Vol 1.Academic Press, Inc. San Diego, California.

Zang et al (2007 ). “Some factors which influence the in Vitro maintenance ofAnisakis simplex (Nematoda)”. Folia Parasitologica 44, 1997, 291-30.

Pemeriksaan cacing anisakis sp pada daging Pemeriksaan cacing anisakis sp pada lambung

Sample yang sudah dibedah Pemeriksaan cacing anisakis sp pada daging

Pemeriksaan cacing anisakis sp pada lambung Pemeriksaan cacing anisakis sp pada usus

Cacing anisakis sp dikumpulkan padatabung

Cacing anisakis sp

Cacing anisakis sp ygsudah dikumpulkan