proposa kti samsia

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tujuan pembangunan Nasioanl di bidang kesehatan adalah terciptanya hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu, merata dan dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat (Depkes RI, 1995). Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menjelaskan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintergrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat (Depkes RI, 2009). Kesehtan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhsilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembanguanan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, 1

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 14-Apr-2017

164 views

Category:

Design


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposa kti samsia

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Tujuan pembangunan Nasioanl di bidang kesehatan adalah terciptanya hidup sehat

bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu,

merata dan dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif

masyarakat (Depkes RI, 1995).  Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,

menjelaskan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara terpadu, terintergrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, dan

pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat (Depkes RI, 2009).

Kesehtan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhsilan

pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembanguanan kesehatan secara

menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembanguanan sumber daya manusia dan

produktif secara sosial dan ekonomis (Anthonie, 2013).

Mulut merupakan pintu gerbang pertama didalam sistem pencernaan. Makanan dan

minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi, lidah dan saliva.

Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan

kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi

mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehtan

1

Page 2: Proposa kti samsia

dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam

menunjang kesehatan seseoran (Jordan, 2014).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi

kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya di

dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Peranan rongga mulut sangat besar bagi

kesehatan dan kesejahteraan manusia. Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya

tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh kerena itu,

kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang

(Gultom, 2009).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi

pengalaman karies gigi masyarakat Indonesia termasuk anak-anak adalah 72,1%, Prevalensi

karies aktif 46,5% dengan indeks rata-rata DMF-T masih tinggi yaitu 4,8. Indeks DMF-T

masyarakat provinsi NAD juga masih pada kategori sedang, yaitu 4,3. Berbagai indikator dan

target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur 5 tahun 90% bebas karies, anak umur 12

tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi;

penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut (komponen M = 0); penduduk umur 35-44

tahun memiliki minimal 20 gigi berfungsi sebesar 90%,dan penduduk umur 35-44 tanpa gigi

(edentulous ) ≤2%; penduduk umur 65 tahun ke atas masih mempunyai gigi berfungsi sebesar

75% dan penduduk tanpa gigi ≤5%.

Hasil Karakteristik survei kesehatan, Prevalensi karies gigi pada balita usia 3-5 tahun

sebesar 81,7%. Prevalensi tertinggi terdapat pada balita perempuan (58,2%) dan balita

berusia 4 tahun (59,7%). Prevalensi karies gigi menurut kelompok usianya, usia 3 tahun

(60%), usia 4 tahun (85%), dan usia 5 tahun (86,4%) (Suryawati,dkk, 2009).

2

Page 3: Proposa kti samsia

            Penelitian yang dilakukan oleh Taverud (2009) menunjukkan bahwa prevalensi karies

gigi pada anak sangat bervariasi jika didasarkan atas golongan umur dimana anak berusia 1

tahun sebesar 5%, anak usia 2 tahun sebesar 10%, anak, usia 3 tahun sebesar 40%, anak usia

4 tahun sebesar 55%, dan anak usia 5 tahun sebesar 75%. Dengan demikian golongan umur

balita merupakan golongan rawan terjadinya karies gigi.

Pengetahuan ibu terhadap kebersihan gigi dan mulut akan menuntaskan status

kesehatan gigi anak kelak. Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari

pertumbuhan seorang anak, orangtua khususnya ibu harus mengetahui cara merawat gigi

anaknya tersebut, dan juga harus mengajari anaknya cara merawat gigi yang baik dan benar.

Walaupun masih memiliki gigi susu, seorang anak harus mendapatkan perhatian yang serius

dari orang tua, karena gigi susu akan mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen anak. Akan

tetapi banyak orang tua yang beranggapan bahwa gigi susu hanya sementara dan akan diganti

oleh gigi tetap, sehingga mereka sering menganggapi bahwa kerusakan pada gigi susu yang

disebabkan oleh oral higiene yang buruk bukan merupakan suatu masalah. (Gultom, 2009).

Persatuan dokter gigi Australia pernah mengungkapkan bahwa: “kesehatan gigi geligi anak

adalah tanggung jawab ibunya”. Hal ini dapat dipahami karena umumnya yang paling dekat

dengan anak sejak usia menyusui adalah ibunya. (Machfoedz, 2008).

Rampan karies adalah istilah yang di gunakan untuk mengambarkan suatu keadaan

sebahagian besar atau semua gigi susu yang mengalami kerusakan (karies) secara luas dan

berkembang dengan cepat. Walaupun karies ini erat kaitannya dengan pemberian susu/cairan

manis lainnya dengan menggunakan botol secara berkepanjangan (mahafudo, 2008), pada

umumnya susu botol diberikan pada balita sepanjang hari sejak anak bermain sampai tidur,

efek dan tindakan ini adalah bila di gigi anak sudah bererupsi pada bulan ke -6 sehingga

insiden rampan karies ini biasa sangat tinggi terjadi pada anak. (Afnilina, 2006)

3

Page 4: Proposa kti samsia

Berdasarkan pemeriksaan pendahuluan yang di lakukan penulis pada  balita di TK

DARMA WANITA KELURAHAN DANA KECAMATAN WATOPUTE, dari 18 balita

yang di lakukan pengamatan, terdapat 12 balita yang mengalami kerusakan gigi (rampan

karies) dan 6 balita yang  memiliki gigi sehat. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurang

pengetahuan ibu terhadap kerusakan gigi anak ( Rampan Karies). Oleh karena itu penulis

ingin mengetahui pengetahuan Ibu tentang rampan karies di TK DARMA WANITA

KELURAHAN DANA KECAMATAN WATOPUTE KELURAHAN DANA.

B.     Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang akan dikaji adalah,

Bagaimana  “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Rampan Karies Pada Balita di TK Darma

Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna.

C.    Tujuan Penelitian

1.      Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang

Rampan Karies Pada Balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute

Kabupaten Muna.

2.      Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan Ibu tentang rampan karies pada balita di TK

Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna.

b. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya rampan karies pada balita di TK Darma

Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna.

c. Untuk menetahui penyebab dari adanya rampan kariae pada balita di TK Darma

Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute Kabupaten Muna.

4

Page 5: Proposa kti samsia

D.    Manfaat penelitian

1. bagi dinas kesehatan

hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan masukan dalam pengambialan

keputussan untuk pengembangan program kebijakan kesehatan, khususnya

pemeriksaan gigi dan mulut pada balita.

2. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengembngan ilmu pengetahuan

dan menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya di bidang ini.

3. Bagi lokasi penelitian

Hasil penelitian ini sebagai masukan atau bahan informasi tentang status kesehatan

gigi dan mulut pada balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute

Kabupaten Muna.

4. Bagi masyarakat

Dapat memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya ibu-ibu mengenai kejadian

dan penyebap terjadinya rampan karies pada anak balita.

5. Bagi peneliti

Memberikan ruang bagi peneliti untuk meningkatkan kemampuan untuk menuangkan

ilmunya dalam membuat karya tulis ilmiah serta menambah pengalaman dan wawasan ilmu

pengetahuan peneliti untuk meningkatkan diri dan disiplin ilmu terutama yang berkaitan

dengan keperawatan gigi atau kesehatan gigi dan mulut.

5

Page 6: Proposa kti samsia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1.      Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil ‘’tahu’’ dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera

manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman dan peraba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh oleh mata dan telinga. Penetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Wawan. A, dan Dewi. M. 2010).

Pengetahuan merupakan factor yang sangat penting untuk menentukan berbagai

tindakan yang dapat dilakuakan dan juga menentukan terbentuknya tindakan seseorang. Agar

manusia bisa melakukan sesuatu hal, di perlukan unsure-unsur (Wawan.A, dan Dewi. M,

2010) yaitu :

a. Pengetahuan/pengertian apa yang dilakukan.

b. Keyakinan tentang manfaat dan kebenaran hal yang dilakukanya.

c. Sarana yang di perlukan untuk melakuakan suatu tindakan.

d. Dorongan/motivasi untuk berbuat yang di sadari oleh kebutuhan yang di rasakan.

Secara umum pengertian pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007), adalah hasil

dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.

6

Page 7: Proposa kti samsia

                 Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmojo 2003 ( dalam Wawan. A dan Dewi. M, 2010 ) cara

memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1. Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, cara coba salah dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan

tersebut tidak berhasil maka di coba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Berdasarkan

alasan itu cara ini disebut dengan metode trial (coba) error ( gagal atau salah ) atau metode

coba salah.

2. Cara kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi-tradisi

yang dilakukan oleh seseorang, tanpa melalui penalaran, apakah yang dilakukan itu baik atau

tidak. Namun demikian kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah di terima dari sumbernya sebagai

kebenaran yang mutlak, sumber pengetahuan ini bermacam-macam dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan

sebagainya. Dengan kata lain pengetahuan tersebut di peroleh berdasarkan ada otoritas atau

kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan.

7

Page 8: Proposa kti samsia

3. Berdasarkan pengalaman Pribadi

Adapun pepetah mengatakan ‘’pengalaman adalah guru yang terbaik’’. Pepatah

trsebut mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan.

b. Cara Ilmiah atau Cara moderen

Dalam memperoleh pengetahuan mengunakan cara yang sistematis, logis dan

ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah.

3. Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a) Factor internal

Factor-faktor internal yang dapat mempengaruhi pengetahuan (Wawan. A dan Dewi.

M, 2010) yaitu :

Pendidikan

Pendidikan berati bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap suatu

hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahawa makin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnay makin

banyak pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan

yang di milikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikanya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru di

perkenalkan.

Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

8

Page 9: Proposa kti samsia

Umur

Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis

mental. Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori yaitu ( perubahan ukuran,

perubahan proporsi, hilangnya cirri-ciri lama dan timbulnya cirri-ciri baru ). Hal ini terjadi

akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf fikir seseorang

semakin matang dan dewasa.

b) Factor eksternal

Factor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan (Wawan. A

dan Dewi. M, 2010) yaitu : faktor lingkungan yaitu merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan orang atau

kelompok. Dan factor informasi yaitu kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

4. Tingkatan Pengetahuan

                 Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan ,

yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu meteri yang dipelajari sebelumnya. Termasuk

kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehensian)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

9

Page 10: Proposa kti samsia

c. Applikasi (Application).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-

komponen, tetapi masih ada di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitan

nya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

B. Pengetahuan Orangtua

Pengetahuan orangtua terurama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga kesehatan

gigi dan mulut sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung

kebersihan gigi dan mulut anak, sehingga kesehatan gigi dan mulut anak dapat baik.

Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi

anaknya kelak. Seorang ibu memerlukan peran penting dalam keluarga, baik sebagai seorang

istri, maupun sebagai seorang ibu dari anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu

dia lahir adalah ibu, Oleh karena itu perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sianak.

Namun, pengetahuan saja tidak cukup, perlu di ikuti dengan sikap dan tindakan yang tepat.

(Gultom, 2009).

Sebagai orangtua terutama seorang ibu seharusnya memiliki pengetahuan mengenai

pendidikan kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak,

10

Page 11: Proposa kti samsia

pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman manis lainnya,

secara berkepanjangan dan diikuti  dengan kebersihan rongga mulut yang jelek, ini akan

mendukung terjadinya karies pada anak. penyikatan gigi merupakan tindakan yang paling

mudah di lakukan setiap harinya dengan tujuan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Dan untuk mendapatkan hasil yang optimal harus diperhatikan frekuensi penyikat gigi.

peranan orangtua hendaknya ditingkatkan dalam membiasakan menyikat gigi anak secara

teratur guna menghindarkan kerusakan gigi anak dan penyakit mulut.

Kesehatan gigi susu sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan gigi tetap.

Oleh karena itu, peran serta orangtua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberi

pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak kelak dapat

memelihara kebersihan gigi dan mulut. (Gultom, 2009).

C. Rampan Karies

1. Pengertian Rampant Karies

Rampan karies adalah istilah yang di gunakan untuk menggambarkan terjadinya

kerusakan yang sangat cepat pada beberapa gigi yang sering melibatkan permukaan gigi yang

biasanya relative bebas karies. Karies rampan terutama terdapat pada gigi- geligi sulung anak

yang terus-menerus menghisap botol yang berisikan gula atau dicelupkan dahulu ke dalam

larutan gula( Kidd BGM Smith, 2002). Apabila rampan karies dibiarkan proses karies ini

dapat cepat meluas mengenai seluruh gigi sehingga keadaan menjadi lebih parah dengan

akibat lanjut yaitu pulpa nekrosis dan kelainan jaringan periapikal serta kerusakan pada gigi

permanen, Pada saat itu penderita akan kesulitan makan dan akan mempengaruhi kesehatan

umum. Rampant karies juga bisa muncul pada gigi permanen pada usia remaja, karena

seringnya mereka mengkonsumsi snack-snack yang bersifat kariogenik juga minuman yang

manis diantara waktu makan. Rampant karies pada orang dewasa ditandai dengan karies pada

11

Page 12: Proposa kti samsia

bukal dan lingual dari premolar dan molar dan juga proximal dan labial karies di insisivus

Rahang bawah ( Paradipta, 2009 ).

2. Gambaran Klinis Rampan Karies

Gambaran klinis dari Rampan karies mempunyai pola dan tipe yang khusus.

Gambaran pola kariesnya terlihat jelas, dengan lesi terutama pada bagian labial gigi insisivus

atas, dan atau pada palatal molar atas. Tipe kariesnya sejalan dengan lengkung gusi gigi

insisivus rahang atas. Proses kariesnya cenderung aktif, gigi lainnya akan terpengaruh sejalan

dengan erupsinya yaitu akan mengenai molar kesatu rahang atas, kaninus rahang bawah dan

molar kedua, namun jarang mengenai insisif rahang bawah, hal ini mungkin terjadi karena

posisinya yang terlindung oleh lidah (Paradipta, 2009).

3. Faktor Penyebab Terjadinya Rampan Karies

Penyebab utama dari Rampan Karies adalah penggunaan botol susu dalam waktu

yang berkepanjangan. Susu akan berada di dalam mulut dalam jangka waktu yang lama dan

akan terjadi fermentasi.  Sehingga menyebabkan gigi akan mudah terkena infeksi. Pemberian

ASI dengan periode yang lama, memakai dot kosong yang dicelupkan ke dalam madu, sirup

atau gula juga dapat menyebabkan rampan karies. Sayangnya sebagian besar anak-anak yang

menderita rampan karies tidak sesegera mungkin diatasi. Karena orang tua baru akan

memberi perhatian,apabila telah ada keluhan dari sang anak.  Kebanyakan dari mereka

berfikiran bahwa gigi susu yang terinfeksi akan mengalami pergantian oleh gigi tetap.

Sehingga perawatan terhadap gigi susu seringkali terabaikan ( Mamimendy, 2010).

12

Page 13: Proposa kti samsia

Adapun faktor lainnya yang dapat menyebabkan  Rampan karies yaitu :

a. Faktor predisposisi yaitu terjadinya rampant  karies  karena mengkonsumsi gula,

Berkurangnya saliva, Adanya streptokokus mutans dalam tingkat yang infeksius,

Perubahan fisiologi dalam rongga mulut misalnya karena kebiasaan oral hygiene

yang  buruk.

b. Faktor herediter, orang tua yang peka terhadap karies, hal ini disebabkan karena

dalam keluarga mempunyai pola kebiasaan makan yang sama dan pemeliharaan

kesehatan gigi yang sama pula.

c. Faktor sistemik, misalnya penderita diabetes mellitus.

d. Seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat

terutama di antara waktu makan, waktu makan merupakan faktor yang

dihubungkan dengan perkembangan rampan karies.

4. Proses Terjadinya Rampan Karies

Penyebab terjadinya rampan karies ( baby bottle syndrome) adalah pemberian susu

botol yang tidak tepat, hal ini terjadi akibat kebiasaan minum susu atau cairan yang

mengandung gula dari botol dalam jangka waktu yang lama, bahkan sampai anak tertidur.

Proses karies ini berlangsung sangat cepat dan menyebar dari satu gigi ke gigi seri rahang

lainnya, pada gigi seri rahang bawah jarang terjadi karena gigi-gigi itu terlindung oleh saliva

ketika anak menghisap susu dari botol (Afrilina, 2006). Dan bila di tinjau dari dari faktor

pathogenesis bahwa posisi tidur, dengan dot botol dalam rongga mulut maka cairan manis

akan membasahi permukaan gigi sulung terutama insisif, molar atas dan molar bawah, pada

keaadaan tersebut jumlah aliran saliva menurun dan kualitas saliva mengental sehingga efek

pembersihan saliva berkurang, lingkungan demikian akan meningkatkan kualitas bakteri

kariogenik, hasil fermentasi antara sukrosa dan bakteri menurunkan ph saliva sehingga

13

Page 14: Proposa kti samsia

lingkungan rongga mulut menjadi asam permukaan gigi yang terkena akan mengalami

demineralisasi dan akhirnya karies (Kidd Edwina).

5.  Pencegahan Rampan Karies

Tindakan pencegahan terhadap rampan karies harus dilakukan, karena semakin parah

karies maka semakin kompleks pula perawatan yang harus dilakukan. Ada beberapa cara untuk

mencegah terjadinya rampan karies, meliputi :

a. Berikan nasihat pada orang tua anak agar membuat anak merasa tenang dan

nyaman saat tidur, jangan memberikan dot botol yang berisi larutan gula (susu

formula atau sari buah), biasakan berikan anak air putih dalam dot botol atau dot

karet.

b. Usahakan jangan memasukkan gula, madu, atau yang mengandung larutan gula ke

dalam dot botol.

c. Jangan membiarkan anak menghisap ASI secara kontinyu saat tidur, karena ASI

juga dapat menyebabkan kerusakan gigi. Biasakan anak menghisap dot botol yang

berisi air.

d. Jangan menambahkan gula yang berlebihan dalam makanan anak.

e. Gunakan kain kasa yang dibasahi air atau kain tipis untuk membersihkan gigi dan

gusi anak setelah makan atau minum yang mengandung gula atau karbohidrat. Ini

akan membantu menghilangkan plak bakteri dan gula yang tumbuh dalam gigi dan

gusi.

f. Jika air minum yang diminum setiap harinya tidak mengandung fluoride, maka

suplemen fluoride atau perawatn fluoride seperti topikal aplikasi dan fissure sealant

dapat diberikan.

14

Page 15: Proposa kti samsia

g. Ajarkan kepada anak untuk membiasakan minum menggunakan gelas atau cangkir

menjelang umurnya 1 tahun. Anak sebaiknya berhenti minum menggunakan dot

botol setelah umurnya 1 tahun.

h. Berikan nasihat pada orang tua anak untuk segera mengunjungi dokter gigi, apabila

tampak tanda kemerahan dan bengkak pada mulut anak atau bercak/spot hitam

pada gigi anak (Paradipta, 2009).

4. Perawatan Rampan Karies

Pada kasus rampan karies dapat di lakukan beberapa perawatan sebagai berikut :

a. Relief of  pain (menghilangkan rasa sakit) Tindakan yang di lakukan adalah

trepanasi apabila di jumpai ganggren pulpa atau abses, kemudian berikan obat-

obatan melalui oral (antibiotic,analgetik).

b. Menghentikan proses karies. Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan

nekrotik, setelah rasa sakit hilang kavitas dipreparasi untuk membuang semua

jaringan yang nekrotik sehingga proses karies terhenti.

c. Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral

hygene. Lakukan oral profilaksis pada gigi.

d. Lakukan topical aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif. Apabila

tidak jumpai karies cukup dengan pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor.

e. Evaluasi secara periodic setiap3 bulan sampai diperoleh keadaan oral hygene yang

baik dan diet yang sesuia dengan anjuran koreksi faktor sistemik( bila ada) .

D. Balita

1.  Pengertian Balita

Balita dan bayi yang berusia di bawah 5 tahun yang merupakan semua anak termasuk

bayi yang baru lahir, umur bayi di hitung dari 0 sampai 1 bulan neonatus, 1 bulan sampai 1

15

Page 16: Proposa kti samsia

tahun di sebut juga dengan toddler, di bawah 2 tahun di sebut baduta, dan di bawah 5 tahun

disebut dengan balita (sari, 2008)

2.   Proses Pertumbuhan Dan Perkembangan Gigi Balita

Pertumbuhan gigi susu dimulai sejak janin dalam kandungan usia 8 minggu

kehamilan ibu, gigi susu pertama kali tumbuh pada bayi berusia lebih dari 6 bulan sejak ia

lahir, gigi tumbuh secara berurutan yang dimulai dengan gigi seri pertama bawah, kemudian

diikuti dengan gigi seri pertama atas, selanjutnya gigi seri kedua atas dan bawah akan tumbuh

pada usia 1 tahun, pada usia 18 bulan akan tumbuh gigi geraham pertama atas dan bawah

yang akan diikuti dengan tumbuhnya gigi taring. Pada usia 2 tahun tumbuh gigi geraham

kedua atas dan bawah. Gigi mencapai tumbuh sempurna pada saat anak berusia 2 tahun

(Afrilina,2006).

Diet yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi, tetapi

perkembangan gigi geligi tampaknya lebih banyak di pengaruhi oleh gangguan keseimbangan

kalsium dan fosfor di dalam aliran darah, panas badan yang tinggi atau infeksi usus dapat

mengganggu keseimbangan mineral dan lebih banyak mempengaruhi struktur gigi geligi

janin dibanding gangguan nutrisi ibu (Narendra, 2002).

3.   Tahap-Tahap Pertumbuhan Gigi Balita

Mulai tumbuhnya gigi merupakan proses penting dari pertumbuhan seseorang anak,

tahap-tahap penting tumbuh gigi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Gigi geligi Waktu erupsi (bulan)

         Geligi rahang atas :

         Gigi seri pertama

         Gigi seri kedua

         Gigi taring

6-8 bulan

8-11 bulan

16-20 bulan

16

Page 17: Proposa kti samsia

         Gigi geraham pertama

         Gigi geraham kedua

10-16 bulan

20-30 bulan

         Geligi rahang bawah :

         Gigi seri pertama

         Gigi seri kedua

         Gigi taring

         Gigi geraham pertama

         Gigi geraham kedua

5-7 bulan

7-10 bulan

16-20 bulan

10-16 bulan

20-30 bulan

sumber Child Development 2009

17

Page 18: Proposa kti samsia

E. Kerangka Konsep

                 Orangtua terutama seorang ibu harus memiliki pengetahuan mengenai pendidikan

kesehatan gigi yang baik terutama di dalam pemeliharaan kesehatan gigi anaknya, pada anak-

anak yang mempunyai kebiasaan meminum susu atau minuman manis lainnya, secara

berkepanjangan dan diikuti dengan kebersihan rongga mulut yang jelek, ini akan mendukung

terjadinya karies pada anak (Gultom, 2009). Rampan karies adalah nama yang di berikan kepada

kerusakan yang meliputi beberapa gigi yang cepat sekali terjadinya, seringkali meliputi

permukaan gigi yang biasanya bebas karies. Menyebar luas dan bahkan dapat menyebabkan

terkena pulpa (Kidd Edwina).

Berdasarkan konsep pemikiran di atas dapat di buat skema penelitian sebagai berikut :

Pengetahuan Ibu dan Rampan karies

Variable penelitian :

18

Variable bebas :

Pengetahuan ibu

Variable terikat :

Rampan karies

Page 19: Proposa kti samsia

BAB  III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskiptif, yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu

tentang rampan karies pada balita di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute

Kabupaten Muna.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1.  Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di TK Darma Wanita Kelurahan Dana Kecamatan Watopute

Kabupaten Muna.

2.  Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus sampai September 2015

C. Populasi dan Sampel

1.  Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita kelas A dan B di TK Darma

Wanita Kelurahan Dana yang jumlah balitanya 53 orang, dan ibu balita sebagai responden.

2.   Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari total populasi yang jumlah balitanya 53 orang,

dan diikut sertakan ibu balita sebagai responden.

19

Page 20: Proposa kti samsia

D. Alat dan Bahan

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Alat diagnose : untuk memeriksa karies gigi yang terdiri dari sonde, pinset, kaca

mulut.

b. Kuesioner  : untuk mengetahui pengatahuan ibutentang  rampan karies pada

anak balita.

c. Lembaran chek list : untuk mencatat  gigi  yang karies.

E. Definisi Operasional

No VariabelDefinisi

OperasionalCara Ukur

Alat

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

1 Pengetahuan

ibu

pengetahuan

ibu bagaimana

cara

memelihara

dan merawat

kesehatan gigi

dan mulut

anak.

Wawancara Kuisioner Baik

>50%

Kurang

baik ≤

50%

Ordinal

20

Page 21: Proposa kti samsia

2 Rampan

karies

Suatu keadaan

dimana semua

atau sebagian

besar  gigi

susu

mengalami

kerusakan

secara meluas

dan proses

perkembangan

nya sangat

cepat.

pemeriksaan -Chek lis

-Diagnosa

set

-Ada

-Tidak

ada

Nominal

21

Page 22: Proposa kti samsia

F. Cara Mengumpulkan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dengan melakukan 

pemeriksaan gigi pada anak balita dan mewawancarai orang tua atau ibu balita dengan

kuisioner  yang sudah di sediakan dan data sekunder mengenai jumlah balita di TK DARMA

WANITA KELURAHAN DANA KECAMATAN WATOPUTE KABUPATEN MUNA.

G. Pengolahan Data, Analisa Data dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Setelah data berhasil di kumpulkan langkah selanjutnya yang di lakukan adalah

mengolah data sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut. Proses pengolahan

data di lakukan dengan menggunakan beberapa tahap sebagai berikut:

a. Editing

Pada tahap ini data dikumpulkan dan diperiksa kembali apakah sudah lengkap

jawabannya atau tidak, memeriksa nama dan identitas responden, data yang di berikan

berkesinambungan atau tidak dalam arti tidak ditemukan data yang bertentangan satu dengan

yang lain.

b.   Coding

Yaitu dengan melakukan pengkodean data dengan angka atau kode tertentu sehingga

lebih mudah dan sederhana.

c. Tabulating

Pada tahap ini data di kelompokkan ke dalam table tertentu menurut sifat yang

dimiliki sesuai tujuan penelitian .

22

Page 23: Proposa kti samsia

2. Analisis Data

Data yang didapat dari hasil kuisioner secara deskriptif dengan menghitung persentase

setiap variabel.

3. Penyajian Data

Data hasil penelitian dari tiap-tiap variabel di sajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan juga menggunnakan tabel silang.

23