1.rhinosinusitis presentasi 1
DESCRIPTION
thtTRANSCRIPT
T I N I N G A S T U T IM U T H I A A Z TA R I
S A B R I YA N IM A U L I A D A N T I R
M U T I A RA FA D H I L A
PRESENTASIRHINOSINUSITIS
ANATOMI
Batas sinus :Anterior : perbatasan fasial os maksilaPosterior: perbatasan infra temporal maksilaMedial: dinding lateral rongga hidungSuperior: dasar orbitaInferior: prosesus alveolaris
DEFINISIRINOSINUSITIS
inflamasi pada hidung dan sinus paranasal yang dikarakteristikan dengan 2 atau lebih dari gejala ini: sumbatan pada hidung dan pengeluaran sekret, nyeri tekan pada wajah dan penurunan penciuman. Disertai dengan temuan nasoendoskopi yaitu polip nasi, sekret mukopurulen yang berasal dari meatus media dan udema atau obstruksi (+ gambaran CT: perubahan mukosa ostiomeatal complex).
inflamasi pada hidung dan sinus paranasal yang dikarakteristikan dengan 2 atau lebih dari gejala ini: sumbatan pada hidung dan sekret (asal dari anterior /posterior nasal drip), NT pada wajah, batuk, disertai dengan temuan nasoendoskopik yaitu
polip nasi, sekret mukopurulen yang berasal dari meatus media dan udema atau obstruksi (+ gambaran CT: perubahan mukosa ostiomeatal complex).
EPIDEMIOLOGI
Pada penelitian terhadap 118 penderita rhinosinusitis di bagian THT KL-FK UGM/ RS.DR Sardjito Jogjakarta 2006-2007 didapatkan jenis kelamin laki-aki sebanyak 68 penderita (57,6%) dan perempuan 50 penderita (42,4%). Sinus yang paling sering terlibat adalah sinus maxilaris 68 kasus (57,6%), maxiaris-etmoidalis 20 kasus (16,9%, dan 13 kasus (11%) sinus etmoidalis. Rhinosinusitis unilateral sebanyak 77 kasus ( 65,3%) dan bilateral 41 kasus( 34,7% /0. gejala klinis yang terbanyak di temukan adalah obstruksi nasi paling dominan sebanyak 65 kasus (55,1%) dan rinorea sebanyak 34 kasus (28,8%).
ETIOLOGI
FAKTOR INTRINSIK
SISTEMIK
genetik / kongenitalgangguan imunodefisiensi
kondisi atopik refluks laringofaringeal, gangguan
endokrin dan kehamilan serta idiopatik
LOKALkelainan anatomi,kelainan
anatomi iatrogenik
infeksi bakteri, jamur dan polusi udaraFAKTOR EKSTRINSIK
FAKTOR PREDISPOSISI
• Kelainan anatomi ( deviasi septum, atresia koana, polip nasal, hipoplasia sinus )• Alergi • Gangguan fungsi ciliary (infeksi dan autosom)• Merokok • Laryngopharyngeal reflux
KLASIFIKASIRINOSINUSITIS
RINOSINUSITIS
AKUT(<12
minggu)
RINOSINUSITIS KRONIK
(> 12 minggu)
Dengan polip nasi
Tanpa polip nasi
BERDASARKAN DURASI
BERDASARKAN Total skor visual analogue scale (VAS)
(0-10cm)
• Ringan = VAS 0-3• Sedang = VAS >3-7• Berat = VAS >7-10
A. RHINOSINUSITIS AKUT (RSA)
Inflamasi pada hidung dan sinus paranasal yang dikarakteristikan dengan 2 atau lebih dari gejala ini: sumbatan pada hidung dan pengeluaran sekret, nyeri tekan pada wajah dan penurunan penciuman kurang dari 12 minggu.
Klasifikasi Rhinosinusitis
Akut• Viral Rhinosinusitis Akut
(durasi gejala < 10hari)• Rhinosinusitis akut non viral
(Perburukan gejala setelah 5 hari atau gejala menetap setelah 10 hari dengan lama sakit < 12 minggu )
• Rhinosinusitis Akut Bakterial (timbul gejala min 3 yakni: sekret purulen, suhu >38oC, nyeri lokal (unilateral), peningkatan ESR (erythrocyte sedimentation rate)
Diagnosis Rhinosinusitis
Akut • ANAMNESIS
- Hidung tersumbat - pengeluaran sekret (mukopurulen)- nyeri pada daerah wajah (tekan) - penurunan penciuman (gejala tersebut berlangsung < 12 minggu)
• PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda tanda vital 2. Rhinoskopi Anterior 3. Inspeksi dan palpasi sinus
PEMERIKSAAN PENUNJANG RSA
• Pemeriksaan mikrobiologi• C-Reactive Protein (kadar meningkat jika ada
infeksi bakteri)• CT-Scan• Procalcitonin • Erythrosit sedimentation rate and plasma
viscocity• Nasal nitrit oxyde
KOMPLIKASIRINOSINUSITIS
Selulitis periorbitalAbses superiosteal
Trombosis sinus cavernosus
Preseptal selulitis
KOMPLIKASI
• Diplopia • Ophtalmoplegia • Penurunan penglihatan • Nyeri kepala bagian depan ( unilateral/bilateral)
Rinosinusitis kronik
Rinosinusitis kronik tanpa
polip nasi
Rinosinusitis kronik dengan
polip nasi
Inflamasi pada hidung dan sinus paranasal yang dikarakteristikan dengan 2 atau lebih dari gejala ini: sumbatan pada hidung dan pengeluaran sekret, nyeri tekan pada wajah dan penurunan penciuman lebih dari 12 minggu tanpa resolusi gejala komplit (termasuk kronik eksaserbasi akut).
B. RINOSINUSITIS KRONIK
PATOFISIOLOGI RINOSINUSITIS KRONIS
Kesehatan sinus
dipengaruhi oleh patensi
ostium-ostium sinus dan
kelancaran klirens dari
mukosiliar di dalam
kompleks osteo meatal (KOM)
Bila KOM terinfeksi & mengalami
oedem
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu, silia tidak dapat
bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan.
gangguan drainase
dan ventilasi didalam sinus
silia menjadi kurang
aktif dan lendir yang diproduksi
mukosa sinus menjadi lebih kental
media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen.
Bila sumbatan berlangsung terus akan
terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul
infeksi oleh bakteri anaerob.
Selanjutnya terjadi
perubahan jaringan menjadi
hipertrofi, polipoid atau pembentukan
kista. Bila proses terus berlanjut
terjadi polip
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Hidung tersumbat• Pengeluaran
sekret (mukopurulen)
• Nyeri tekan • Penurunan
penciuman • (gejala tersebut
berlangsung > 12 minggu)
PEMERIKSAAN FISIK
• Rhinoskopi anterior
• Inpeksi dan palpasi sinus
PEMERIKSAAN
PENUNJANG• Pemeriksaan
mikrobiologi• C-Reactive Protein
(kadar meningkat ika ada infeksi bakteri)
• CT-Scan• Procalcitonin • Erythrosit sedimentation
rate and plasma viscocity
• Nasal nitrit oxyde
Skema penatalaksanaan rinosinusitis kronik pada dewasa untuk pelayanan kesehatan primer (EPOS, 2012)
KOMPLIKASI
• Mucocoele formation• Osteitis • Bone erosion and expansion• Osseus metaplasia• Optic neuropathy
RHINOSINUSITIS DENTOGEN
Salah satu penyebab terpenting sinusitis kronik. Dasar sinus maksilaris adaalh prosesus alveolaris tempat akar gigi rahang atas, sehingga rongga sinus maksilaris hanya terpisahkan oleh tulang tipis dan akar gigi bahkan tanpa pembatas.
Harus curiga adanya rhinosinusitis dentogen pada rhinosinusitis maksila kronik yang mengenai satu sisi dengan sekret purulen dan nafas berbau busuk. Untuk mengobati rhinosinusitis gigi yang terinfeksi harus dicabut atau dirawat dan pemberian antibiotik yang mancakup bakteri anaerob. Seringkali juga perlu dilakukan irigasi rhinosinus maksilaris.
Bakteri penyebab Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, Streptococcus viridans, Staphylococcus aureus, Branchamella cattarhalis.
RHINOSINUSITIS JAMUR
Rhinosinusitis jamur adalah infeksi jamur pada sinus paranasal, suatu keadaan yang tidak jarang ditemukan. Angka kejadian meningkat dengan meningkatnya pemakaian antibiotik kortikosteroid, imunosupresan dan radioterapi.
Jenis jamur yang sering menyebabkan rhinosinusitis adalah spesialis aspergillus dan candida. Perlu diwaspadai adnya rhinosinusitis jamur poda kasus : rhinosinusitis unilateral, yang sulit disembuhkan dengan terapi antibiotik, adanya gambaran kerusakn tuang dinding sinus atau bila ada membran timpani berwaran putih keabuan pada irigasi antrum.
• Rhinosinusitis jamur1. Invasif • Invasif akut fulminan
Kavum nasi biru kehitaman, mukosa konka nekrotik, sering berakhir kematian • Invasif kronik indolen
Gambaran klinis tidak sehebat bentuk fulminan, gejala seperti rhinosinusitis bakteri, sekret hjidung kental dengan bercak kehitaman
2. Non-invasif/ misetomaDapat mengenai sinus maksilaris, gejala rhinorepurule,
post nasal drip, nafas berbau, kadang ada masa jamur di cavum nasi