surgery class #2 part 2

64
SURGERY CLASS #2 Part 2 19 Desember 2020

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SURGERY CLASS #2 Part 2

SURGERY CLASS #2 Part 2

19 Desember 2020

Page 2: SURGERY CLASS #2 Part 2

Curriculum Vitae

Nama : Dr. Dion Faisal, Sp.B FICS

TTL : Balikpapan, 31 Mei 1985

Istri & anak :

Dr. Dian Manggiasih

Muhammad Nabil

Muhammad Dhafin

Pendidikan :

S1 Kedokteran Umum FK Unmul 2009

Spesialis Bedah Umum FK Unair 2018

Fellow International College of Surgeon 2020

Pekerjaan :

Kepala SMF Bedah, Subkomite Mutu

RSUD Tarakan

Webinar lecturer in General Surgery

Page 3: SURGERY CLASS #2 Part 2

THE PERFECT INTERN •

ADVANCED SURGICAL RECALL 4th ed

Page 4: SURGERY CLASS #2 Part 2

WHAT THE PERFECT SURGICAL STUDENT CARRIES IN HER LAB COAT

• Stethoscope

• Penlight

• Scissors

• Minibook on medications (e.g., trade names, doses)

• Tape/4 4s

• Sutures to practice tying

• Pen/notepad/small notebook to write down pearls

• Notebook or clipboard with patient’s data (always write down chores with a box next to them so you can check off the box when the chore is completed)

• Small calculator

• List of commonly used telephone numbers (e.g., radiology)

ADVANCED SURGICAL RECALL 6th ed

Page 5: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 6: SURGERY CLASS #2 Part 2

BUKU BEDAH GRATIS???

https://t.me/joinchat/H98ar0DCkng16V57nkxD-w

Page 7: SURGERY CLASS #2 Part 2

PEMBAHASAN

Page 8: SURGERY CLASS #2 Part 2

Pada advanced breast cancer tatalaksana yang bisa dilakukan, terutama pada

pasien dengan estrogen receptor negative tumors, sebelum terapi pembedahan

adalah

a. Kemoterapi

b. Plasma exchange

c. Dialisis

d. Peritodialisis

e. ECT

Page 9: SURGERY CLASS #2 Part 2

Immunohisto chemistry (IHC) • Jenis: ER/PR, Her2 Neu, Ki67

• Dari pemeriksaan IHC dapat ditentukan subtipe intrinsik biologi sel kanker berdasarkan kriteria St Gallen 2013

Subtipe intrinsik Definisi kliniko-patologi Rekomendasi terapi sistemik

Luminal A ER, PgR (+), Her2 (-)

Ki67 rendah (<14%)

Hormonal terapi

Luminal B Her2 (-)

ER (+), Her2 (-)

Salah satu dari :

- Ki67 tinggi ( > 14%)

- PgR (-) atau rendah

Hormonal + Kemoterapi

Her2 (+) /

Triple

positif

ER (+), Her2 (+)

Ki67 berapapun nilainya

PgR berapapun nilainya

Hormonal + Kemo + Targeted terapi

Erb-B2 overexpression

(Her2 type)

Her2 (+), ER dan PgR (-) Kemo + Targeted terapi

Triple negatif ( TNBC ) ER, PgR (-), Her2 (-) Kemoterapi

Page 10: SURGERY CLASS #2 Part 2

Seorang pasien 38 tahun perempuan datang ke dokter dengan keluhan payudara

yang besar sebelah. Pada pemeriksaan mamografi ditemukan adanya klasifikasi.

Pada pemeriksan gross anatomi setelah eksisi ditemukan batas yang jelas dengan

gambaran leaf like. Diagnosis yang mendekati pada pasien ini adalah

a. Mastitis

b. Hidradenitis suppurativa

c. Herpes simpleks mamae

d. Tumor phyloides

e. Ductal carcinoma in situ

Page 11: SURGERY CLASS #2 Part 2

PHYLLOIDES TUMOR

• Phyllodes tumour is a rare type of breast tumour. • Phyllodes tumours usually present as a round,

painless lump, tend to grow quickly which may cause the skin on top of the tumour to stretch.

• Pathology types: benign (35-64%), borderline, and malignant (25%). American cancer society 2013

• Benign tumours are non-cancerous and are cured by surgery alone.

• Malignant tumours require additional treatment (chemotx).

• Borderline tumours have features have both benign and malignant types and their behavior cannot be easily predicted.

Page 12: SURGERY CLASS #2 Part 2

Courtesy by Dion Faisal

Page 13: SURGERY CLASS #2 Part 2

Specimen

Page 14: SURGERY CLASS #2 Part 2

LEAF LIKE PATTERN

www.mypathologyreport.ca

Page 15: SURGERY CLASS #2 Part 2

Biopsi pada masa payudara yang tidak dapat teraba umumnya dilakukan dengan

kombinasi dari teknik berikut ini, kecuali

a. FNAB

b. Mamografi

c. Sonografi

d. Lokalisasi stereotaktik

e. X ray guided

Page 16: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 17: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 18: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 19: SURGERY CLASS #2 Part 2

Stereotactic Biopsy

Page 20: SURGERY CLASS #2 Part 2

Berikut ini adalah bagian yang ikut dieksisi pada teknik modified radical “Patey”

mastectomy,

a. Semua jaringan payudara

b. Semua jaringan payudara, areola dan puting

c. Semua jaringan payudara, areola dan puting, kulit

d. Pectoralis minor

e. Semua jaringan payudara, areola dan puting, kulit, limfonodi level I, II, dan III,

dan pectoralis minor

Page 21: SURGERY CLASS #2 Part 2

JENIS OPERASI CA MAMMA 1. Classic Radical Mastectomy ( CRM ) ( Halstedt )

2. Modified Radical Mastectomy ( MRM ) ( Uchincloss & Maaden / Patey )

3. Skin Sparring Mastectomy ( SSM )

4. Nipple Sparring Mastectomy ( NSM )

5. Breast Conserving Treatment ( BCT )

CRM MRM SSM NSM

Komponen :

- Tumor

- Jaringan mama

- Nipple areola

complex (NAC)

- Kulit di atas

tumor

- Otot

- KGB axilla

+

+

+

+

M. Pectoralis

mayor & minor

I-III

+

+

+

+

Fascia m.

pectoralis mayor

I-II/ III

+

+

+

Mempertahankan kulit

sebanyak mungkin

Fascia m. pectoralis mayor

I-II

+

+

-

Mempertahankan kulit sebanyak

mungkin

Fascia m. pectoralis mayor

I-II

Syarat EBC

Jarak tumor ke kulit > 2cm

EBC

Ukuran < 2cm

Lokasi perifer

NAC tidak terlibat ( klinis )

KGB N0

HistoPA baik

VC subareola : bebas tumor

Rekonstruksi + + + +

Page 22: SURGERY CLASS #2 Part 2

Berg Level Axillary Node

Page 23: SURGERY CLASS #2 Part 2

Berikut ini merupakan bagian anatomis yang disisakan pada modified radical

mastectomy

a. Jaringan payudara

b. Limfonodi level 1

c. Limfonodi level 2

d. Limfonodi level 3

e. Nervus pectoralis medialis

Page 24: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 25: SURGERY CLASS #2 Part 2

Tn. D 46 tahun, dikonsultasikan oleh sejawat lain. Pasien ini sempat menjalani

intubasi dan trakeostomi beberapa waktu lalu. Dokter bedah mendiagnosis pasien

ini dengan stenosis trakea paska intubasi. Faktor risiko apakah yang dapat

menyebabkan diagnosis ini, kecuali

a. Intubasi yang lama

b. Trakeostomi tinggi

c. Insisi vertical

d. Tabung trakeostomi yang besar

e. Intubasi traumatik

Page 26: SURGERY CLASS #2 Part 2

TRACHEAL STENOSIS

• Postintubation tracheal stenosis is caused by either cuff-induced ischemic damage to the trachea, stomal injury from a tracheostomy, or a combination of the two

Page 27: SURGERY CLASS #2 Part 2

Tn. J, 26 tahun, bekerja di pabrik kimia. Pasien datang setelah menghirup bahan

kimia berbahaya di pabriknya yang terbakar. Tanda vital dalam batas normal.

Resusitasi telah dilakukan dan pasien stabil. Setelah melakukan berbagai

pemeriksaan, dokter mendiagnosis pasien ini dengan trauma trakea. Selain

antibiotik, langkah apa yang dapat dilakukan dokter?

a. Bronkoskopi fleksibel

b. Laringoskopi

c. Gastroskopi

d. Pemberian plasma exchange

e. Open trakeostomi

Page 28: SURGERY CLASS #2 Part 2

Bronchoscopy in Burn

• The factors, which most significantly affect the prognosis of patients with burns, are: total body surface area burn, the age of the patient, and the presence of inhalational injury. The reported incidence of inhalational injury burn complications occurs in 7-20% of patients requiring hospitalization

• Bronchoscopy is considered the ‘gold standard’ for early evaluation of upper airway injury and can be used to help predict acute lung injury

Page 29: SURGERY CLASS #2 Part 2

18 hours, Grade 1

mild edema and congestion of the bronchus (A),

without carbon soot being identified (B).

Page 30: SURGERY CLASS #2 Part 2

18 hours, Grade 2

severe edema and congestion of the bronchus (A). Carbon

soot deposition and the formation of pseudomembrane was

also demonstrated (B).

Page 31: SURGERY CLASS #2 Part 2

11 days, Grade 2

In both the trachea (A) and bronchus (B) carbon soot and

inflammation had resolved with only mild edema and

congestion remaining.

Page 32: SURGERY CLASS #2 Part 2

Seorang pasien yang menjalani trakeostomi, tiba-tiba mengalami pendarahan pada

lokasi trakeostomi dua minggu setelah trakeostomi dilakukan. Dokter mencurigai

adanya fistula trakea pada pasien ini. Hal apa sajakah yang dapat menyebabkan

terjadinya tracheoinnominate fistula arteri?

a. Insisi yang terlalu kecil

b. Balon cuff yang terlalu kecil

c. Insisi yang terlalu rendah

d. Insisi yang terlalu tinggi

e. Insisi transversal

Page 33: SURGERY CLASS #2 Part 2

Tracheostomy Complication

Early:

• Bleeding

• Pneumothorax

• Pneumomediastinum

• Subcutaneous emphysema

• Esophageal injury

• Recurrent laryngeal nerve injury

• Plugging

Late:

• Accidental decannulation

• Infection

Delayed:

• Thinning (erosion) of the trachea tracheomalacia

• Stenosis

• Granulation

• Tracheo-esophageal fistula (TEF)

• Tracheo-innominate fistula (TIF)

Page 34: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 35: SURGERY CLASS #2 Part 2

Fistula trakeoesofagus merupakan sebuah komplikasi yang muncul pada pasien

yang menjalani

a. Operasi trakeostomi

b. Mendapatkan support ventilator mekanis yang lama

c. Pernah mengalami shock anafilaktik

d. Menderita tetanus

e. Menderita gangguan pernapasan berat

Page 36: SURGERY CLASS #2 Part 2

Beberapa langkah tatalaksana yang harus dilakukan dalam menangani fistula

trakeoesofageal adalah, kecuali

a. Pelepasan tube dari esofagus

b. Dekompresi gaster

c. Pemasangan jejunostomy tube

d. Peletakan tabung di bawah fistula

e. Overinflasi tabung

Page 37: SURGERY CLASS #2 Part 2

Anesthesia &

Analgesia88(4):777-780, April 1999.

Page 38: SURGERY CLASS #2 Part 2

Tn. J, 45 tahun, datang dengan keluhan batuk, sesak, batuk darah sejak 2 bulan

yang lalu. Pasien adalah perokok berat. Pada pemeriksaan fisik ditemukan stridor.

Pada pemeriksaan penunjang ditemukan stenosis trakea. Jenis keganasan yang

paling sering muncul pada kasus ini adalah

a. Adenoma

b. Squamous cell carcinoma

c. Small cell carcinoma

d. Adenoid sarkoma

e. Skrofuloderma

Page 39: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 40: SURGERY CLASS #2 Part 2

Pada kasus neoplasma trakea, selain CT scan yang dilakukan pada leher dan dada,

perlu dilakukan pemeriksaan lain berupa

a. Flexible bronchoscopy

b. Rigid bronchoscopy

c. Duodenoskopi

d. Foto polos lateral

e. LLD

Page 41: SURGERY CLASS #2 Part 2

Pada kasus neoplasma trakea, reseksi trakea dilakukan dengan mobilisasi trakea

anterolateral dan melakukan penjahitan dagu ke

a. Sternum

b. Coli lateral

c. Coli anterior

d. Deltoid anterior

e. Deltoid posterior

Page 42: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 43: SURGERY CLASS #2 Part 2

Atypical adenomatous hyperplasia adalah lesi preinvasif pada paru yang memiliki

ukuran kurang dari 5.0 mm. Sel ini pada gambarannya mirip dengan gambaran

pneumosit tipe II. Diagnosis dari lesi ini dapat menggunakan

a. Foto polos dada

b. Foto LLD

c. Foto lateral dada

d. CT Scan thin section

e. CT scan abdomen

Page 44: SURGERY CLASS #2 Part 2

Tn. J, 45 tahun, adalah seorang perokok berat. Datang dengan batuk yang tidak

berhenti sejak 6 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik pasien nampak dypsnea

dan ditemukan ronkhi pada paru sinistra bagian inferior. Pada pemeriksaan CT scan

nampak gambaran pure ground-glass neoplasm pada paru inferior. Diagnosis

pasien ini mengarah pada

a. Adenoid sarkoma

b. Thymoma

c. Adenocarcinoma in situ

d. Squoamoma

e. Adenoid leiomyoma

Page 45: SURGERY CLASS #2 Part 2

Tn. J, 45 tahun, datang dengan keluhan mata sebelah kanan sering tiba-tiba gelap

Keluhan pasien muncul hilang timbul sejak 1 bulan belakangan. Pasien

mengatakan bahwa dirinya sering seperti melihat “jendela ditutup” pada mata

kanannya. Serangan terjadi sekitar 2 menit, kemudian fungsi mata kembali normal.

Pemeriksaan fisik mata dan neurologis dalam batas normal. Diagnosis pada pasien

ini adalah

a. Amaurosis fugax

b. Stroke brain stem

c. Stroke hemoragik

d. Horner syndrome

e. Keganasan pada adenoid

Page 46: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 47: SURGERY CLASS #2 Part 2

Pemeriksaan penunjang yang sering digunakan untuk screening untuk mengevalusi

arteri karotis ekstrakranial adalah

a. Foto polos servikal

b. Foto polos servikal lateral

c. Foto polos dada

d. Duplex USG

e. MRI kepala

Page 48: SURGERY CLASS #2 Part 2

Pada pasien yang menderita oklusi arteri karotis, ditemukan peningkatan risiko

terjadinya stroke atau TIA. Untuk pencegahan stroke sekunder, umumnya pasien

diberikan obat

a. Methlyprednisolone

b. Clopidogrel

c. Parasetamol

d. r-TPA

e. Loratadine

Page 49: SURGERY CLASS #2 Part 2

Nn. J 35 tahun, merupakan warga negara Eropa utara. Datang ke dokter dengan

keluhan penglihatan yang hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik

dalam baatas normal. Dokter melakukan pemeriksaan sonografi dan menemukan

banyak penyempitan dari pembuluh darah. Jika dokter mendiagnosis pasien ini

dengan Giant Cell arteritis, apakah pemeriksaan baku emas untuk pasien ini?

a. Biopsi

b. CT Scan

c. MRI

d. Angiografi

e. Dopler USG

Page 50: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 51: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 52: SURGERY CLASS #2 Part 2

Percutaneous carotid artery stenting merupakan metode alternatif yang sekarang

banyak diskuai akibat morbiditas dan mortalitasnya yang rendah. Sebelum

melakukan Tindakan ini, pasien harus diberikan obat … selama 3 hari

a. Parasetamol

b. Amoxicillin

c. Clopidogrel

d. Loratadine

e. Alinamin

Page 53: SURGERY CLASS #2 Part 2

Carotid endarterectomy

Page 54: SURGERY CLASS #2 Part 2

Berikut ini yang merupakan faktor risiko dari aneurisma aorta abdominal kecuali

a. Merokok

b. Hipertensi

c. Penyakit arteri kooner

d. Penyakit autoimun

e. PPOK

Page 55: SURGERY CLASS #2 Part 2

BRIAN KEISLER, MD, and CHUCK CARTER, MD. Abdominal Aortic Aneurysm. Am Fam

Physician. 2015 Apr 15;91(8):538-543

Page 56: SURGERY CLASS #2 Part 2

Tn. D, 46 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung yang muncul sejak 2 hari.

Tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan masa

yang kenyal dan pulsatif. Pada pemeriksaan foto rontgen tidak ditemukan batu

saluran kemih dan ureter, serta tidak ditemukan kelainan pada vertebra. Diagnosis

yang paling mendekati pasien ini adalah

a. Aneurisma aorta thorakalis

b. Aneurisma aorta abdominal

c. Apendisitis

d. Batu ginjal

e. Batu saluran kemih

Page 57: SURGERY CLASS #2 Part 2

Pada pasien yang dicurigai menderita aneurisma aorta abdominal, pemeriksaan

yang selanjutnya perlu dilakukan adalah

a. CT scan abdomen

b. CT scan thoraks

c. Foto polos abdomen

d. LLD

e. USG urologi

Page 58: SURGERY CLASS #2 Part 2

AAA CT Scan

Page 59: SURGERY CLASS #2 Part 2

Tatalaksana pembedahan aneurisma aorta abdominal yang konvensional

umumnya menggunakan insisi

a. Transthorakal

b. Midline trans-abdominal

c. Lateral line transabdominal

d. Retrosekal

e. Retroapendikular

Page 60: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 61: SURGERY CLASS #2 Part 2

Repair endovascular pada aneurisma aorta abdominal dilakukan pada pasien

dengan berbagai komorbid yang menyebaban terapi pembedahan secara terbuka

tidak bisa dilakukan. Prinsip untuk teknik ini adalah implantasi aortic stent graft

secara

a. Proksimal

b. Distal

c. Distal dan proksimal

d. Lateral dan perifer

e. Perifer an meidal

Page 62: SURGERY CLASS #2 Part 2
Page 63: SURGERY CLASS #2 Part 2

EVAR

Page 64: SURGERY CLASS #2 Part 2

@dionfaisal31

Life only has one rule:

Never quit. – Unknown

Surgery Class

SEMOGA BERMANFAAT