respon tanaman jagung terhadap beberapa metode

15
Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 32 RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE PENGENDALIAN GULMA DI LAHAN TANPA OLAH TANAH Corn Plant Response to Several Weed Control Methods on Land Without Tillage Siti Hafsah 1) , Hasanuddin 1) , Maristha Vonna 1) 1) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala ABSTRAK Perlakuan herbisida glifosat dan paraquat berpengaruh terhadap bobot kering gulma, efikasi herbisida terhadap gulma, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, diameter tongkol, bobot tongkol dan bobot biji per tongkol , hasil jagung dan tidak berpengaruh terhadap pengamatanpanjang tongkol. Perlakuan TOT dengan menggunakan glifosat dan paraquat dapat menekan pertumbuhan gulma dan memacu pertumbuhan tanaman jagung. Perlakuan herbisida glifosat dengan dosis 1,64 L ha -1 cukup efektif dalam menekan gulma dan menghasilkan panen tertinggi 7,93 ton ha -1 dan perlakuan herbisida paraquat dengan dosis 3,6 L ha -1 efektif dalam mengendalikan gulma dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil panen jagung sebanyak 7,13 ton ha -1 . Kata kunci: Jagung, gulma, lahan tanpa olah tanah ABSTRACT The treatment of glyphosate and paraquat herbicides affected weed dry weight, efficacy of herbicides on weeds, plant height, number of leaves, stem diameter, ear diameter, ear weight and seed weight per ear, corn yield and did not affect the observation of cob length. The TOT treatment using glyphosate and paraquat can suppress the growth of weeds and spur the growth of corn plants. Glyphosate herbicide treatment with a dose of 1.64 L ha-1 is quite effective in suppressing weeds and yields the highest yield of 7.93 tons ha-1 and the treatment of paraquat herbicide with a dose of 3.6 L ha-1 is effective in controlling weeds and increasing growth and yield corn as much as 7.13 tons ha-1. Kata kunci: Corn, weeds, land without tillage PENDAHULUAN Produksi jagung di Indonesia masih rendah yaitu sebesar 4,43 ton ha - (BPS,2011), padahal produksi jagung bisa mencapai sebesar 8,31 ton ha -1 (Muhsanati et al ., 2006). Rendahnya produksi jagung disebabkan antara lain cara pengolahan tanah yang belum optimal, pemberian unsur hara yang belum tepat serta persaingan gulma dengan tanaman. Pengendalian gulma di Indonesia umumnya dilakukan secara manual, namun hal tersebut tidak didukung oleh tenaga kerja yang siap pada saat pengendalian gulma. Pengendalian secara manual tersebut akan menjadi tidak efisien bila lahan pertanaman cukup luas. Oleh karena itu, penggunaan herbisida diharapkan dapat mengurangi tenaga kerja, waktu dan biaya. Penggunakan herbisida glifosat dengan TOT dapat meningkatkan hasil jagung sebanyak 5% (6,09 ton ha -1 ) dibandingkan dengan menggunakan perlakuan OTS sebesar 5,77 ton ha -1 (Pandia, 2011 dan Fachrawati, 2003). Dari hasil penelitian Ariestiani (2000) menunjukkan bahwa pemberian herbisida glifosat dengan dosis 3 L ha -1 (Glifosat 120 AS) dan herbisida paraquat dengan dosis2-3 L ha -1 (Paraquat 135 SL) telah mampu mengendalikan gulma serta meningkatkan hasil tanaman jagung (Denny dan Denny, 2009). Dosis rekomendasi herbisida glifosat

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 32

RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE PENGENDALIAN GULMA DI LAHAN TANPA OLAH TANAH

Corn Plant Response to Several Weed Control Methods on Land Without Tillage

Siti Hafsah1), Hasanuddin1), Maristha Vonna1)

1)Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK

Perlakuan herbisida glifosat dan paraquat berpengaruh terhadap bobot kering gulma, efikasi herbisida terhadap gulma, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, diameter tongkol, bobot tongkol dan bobot biji per tongkol , hasil jagung dan tidak berpengaruh terhadap pengamatanpanjang tongkol. Perlakuan TOT dengan menggunakan glifosat dan paraquat dapat menekan pertumbuhan gulma dan memacu pertumbuhan tanaman jagung. Perlakuan herbisida glifosat dengan dosis 1,64 L ha

-1 cukup efektif dalam menekan gulma

dan menghasilkan panen tertinggi 7,93 ton ha-1

dan perlakuan herbisida paraquat dengan dosis 3,6 L ha-1

efektif dalam mengendalikan gulma dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil panen jagung sebanyak 7,13 ton ha

-1.

Kata kunci: Jagung, gulma, lahan tanpa olah tanah

ABSTRACT

The treatment of glyphosate and paraquat herbicides affected weed dry weight, efficacy of herbicides on

weeds, plant height, number of leaves, stem diameter, ear diameter, ear weight and seed weight per ear, corn yield and did not affect the observation of cob length. The TOT treatment using glyphosate and paraquat can suppress the growth of weeds and spur the growth of corn plants. Glyphosate herbicide treatment with a dose of 1.64 L ha-1 is quite effective in suppressing weeds and yields the highest yield of 7.93 tons ha-1 and the treatment of paraquat herbicide with a dose of 3.6 L ha-1 is effective in controlling weeds and increasing growth and yield corn as much as 7.13 tons ha-1.

Kata kunci: Corn, weeds, land without tillage

PENDAHULUAN

Produksi jagung di Indonesia masih

rendah yaitu sebesar 4,43 ton ha-(BPS,2011), padahal produksi jagung bisa mencapai sebesar 8,31 ton ha-1 (Muhsanati et al., 2006). Rendahnya produksi jagung disebabkan antara lain cara pengolahan tanah yang belum optimal, pemberian unsur hara yang belum tepat serta persaingan gulma dengan tanaman.

Pengendalian gulma di Indonesia umumnya dilakukan secara manual, namun hal tersebut tidak didukung oleh tenaga kerja yang siap pada saat pengendalian gulma. Pengendalian secara manual tersebut akan menjadi tidak efisien bila lahan pertanaman

cukup luas. Oleh karena itu, penggunaan herbisida diharapkan dapat mengurangi tenaga kerja, waktu dan biaya.

Penggunakan herbisida glifosat dengan TOT dapat meningkatkan hasil jagung sebanyak 5% (6,09 ton ha-1) dibandingkan dengan menggunakan perlakuan OTS sebesar 5,77 ton ha-1 (Pandia, 2011 dan Fachrawati, 2003).

Dari hasil penelitian Ariestiani (2000) menunjukkan bahwa pemberian herbisida glifosat dengan dosis 3 L ha-1 (Glifosat 120 AS) dan herbisida paraquat dengan dosis2-3 L ha-1 (Paraquat 135 SL) telah mampu mengendalikan gulma serta meningkatkan hasil tanaman jagung (Denny dan Denny, 2009). Dosis rekomendasi herbisida glifosat

Page 2: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 33

1,5- 2 L ha-1 (Touchdown hitech 620 AS) dan herbisida paraquat 0,87- 1,75 L ha-1 (Gramoxone 276 SL), dosis tersebut mampu mengendalikan gulma pada pertanaman jagung (Syngenta, 2010).

Penelitian bertujuan untuk Menentukan jenis dan dosis herbisida yang paling baik terhadap penekanan gulma,pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada lahan tanpa olah tanah.

METODELOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakanpada AprilhinggaJuli 2013 bertempat di Research and Development PT. Syngenta Indonesia, Desa Balonggandu Kecamatan Jati Sari Kabupaten Karawang, Jawa Barat dengan jenis tanah alluvial pada ketinggian tempat 12 meter diatas permukaan laut. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih jagung (pioner P27), herbisida paraquat, herbisida glifosat, urea, SP36, KCl, Karbofuran 3%, Azoksistrobin 200 g L-1 dan Difenokonazol 125 g L-1dan Lamda sihalotrin 25 g L-1. Sedangkan alat yang digunakan yaitu tugal, cangkul, knapsack handsprayer kapasitas 12 liter, boom sprayer TJ11003 dengan lebar semprot 2,5m, botol plastik ukuran 500 ml, masker, sarung tangan, jangka sorong, gelas ukur volume, timbangan analitik, kuadran 50 cm x 50 cm, dan oven. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan 8 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kalisehingga penelitian ini terdiri dari 24 unit percobaan. Dari hasil pengamatan dari setiap peubah dianalisis dengan menggunakan sidik peubah tunggal (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 0,05 dengan menggunakan program statistik SPSS versi 17. Perlakuan tersebut adalah :

H0=Kontrol (dibiarkan) H1=Disiangi 2 kali pada 3 dan 6 MST H2=Herbisida glifosat 620 AS dengan dosis 0,82 L ha-1

H3=Herbisida glifosat 620 AS dengan dosis 1,64 L ha-1

H4=Herbisida glifosat 620 AS dengan dosis 2,48 L ha-1

H5=Herbisida paraquat 276 SL dengan dosis 1,80 L ha-1

H6=Herbisida paraquat 276 SL dengan dosis 3,60 L ha-1

H7=Herbisida paraquat 276 SL dengan dosis 5,4 L ha-1

Pelaksanaan Penelitian Pembuatan petak percobaan

Membuat petak percobaan denganukuran 4 m x 2,5 m =10 m2 sebanyak 24 petak percobaan. Jarak antara petakan 0,5 meter, sehingga luas seluruh lahan yang digunakan dalam penelitian adalah 252 m2. Bagan percobaan dapat di lihat pada Tabel Lampiran 43. Aplikasi herbisida

Aplikasi herbisida dilakukan pada 7 hari sebelum tanam dengan volume semprot setiap petak perlakuan 400 L ha-1 dan pada 28 hari setelah tanam (HST) dengan volume semprot setiap petak perlakuan 500 L ha-1. Pada aplikasi 28 HST herbisida diberikan dengan menggunakan boom sprayer yang telah di modifikasi (menggunakan sungkup). Penanaman

Benih ditanam dua butir per lubang dengan kedalaman 3-5 cm dengan jarak tanam 70 x 20 cm. Setelah berumur satu minggu dilakukan penjarangan dengan cara memotong salah satu tanaman sehingga tiap lubang tinggal satu tanaman.

Pemeliharaan tanaman Pemupukan

Pemupukan dilaksanakan dengan cara membuat lubang menggunakan tugal sejauh 7 cm disebelah lubang tanam dengan

Page 3: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 34

kedalaman 10 cm, setelah itu dimasukan pupuk dasar dengan dosis : Urea=100 kg ha-

1(100 g per plot), SP36 = 100 kg ha-1(100 g per plot) dan KCl = 50 kg ha-1(50 g per plot).

Pupuk susulan pertama diberikan pada tanaman berumur 4 MST berupa urea dengan dosis 100 kg ha-1 (100 g per plot) yang dimasukan kedalam lubang tungal sejauh ± 7 cm dari lubang tanam. Pupuk susulan kedua diberikan pada umur tanaman 8 MST berupa urea dengan dosis 100 kg ha-1(100 g per plot )yang dilaksanankan dengan cara seperti pada pemberian pupuk susulan pertama. Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi hari atau dengan mengamati kondisi kelembaban lahan. Pada fase awal pertumbuhan dan saat pembentukan tongkol penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan bantuan alat springkel. Pengendalian hama dan penyakit

Pada saat menanam benih diberi Karbofuran3% dengan dosis 2 kgha-1 pada lubang tanam untuk mencegah hama pada awal pertumbuhan. Proteksi hama penyakit dilakukan dengan menyemprotkan Lamda sihalotrin 25 g L- 1 dengan konsentrasi 2 ml L-1

untuk mengendalikan belalang dan ulat Azoksistrobin 200 g L-1 dan Difenokonazol 125 g L-1 dengan konsentrasi 1 ml L -1 untuk mengendalikan penyakit bercak daun Helmintosporium spp pada pertanaman jagung.

Peubah yang diamati Bobot Kering Gulma Total

Merupakan total seluruh bobot kering gulma pada setiap petak percobaan pada 3 dan 6 minggu setelah tanam (MST). Data ini diperoleh dengan mencabut semua gulma yang ada di dalam petak contohkemudian dioven pada suhu 80 C sampai bobotnya konstan. Setelah itu ditimbang dengan timbangan analitik. Efikasi Herbisida Terhadap Gulma

Efikasi herbisida terhadap gulma dinyatakan dalam persen, untuk memperoleh nilai persentase efikasi herbisida terhadap gulma rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Efikasi herbisida terhadap gulma (%)

= –

x100%

Dimana tingkat persentase kematian gulma: >90% : sangat bagus 80%-90 : bagus <80% : kurang bagus (Ciba-Geigi, tidak dipublikasikan)

Pengamatan terhadap efikasi herbisida terhadap gulma dilakukan pada ke 5, 6, 7, dan 8 MST. Tinggi Tanaman Jagung

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi. Pengamatan dilaksanakan pada saat tanaman berumur 3, 4, 6 dan 8 MST pada tanaman sampel. Jumlah daun Tanaman Jagung

Menghitung seluruh jumlah daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilaksanakan pada saat tanaman berumur 3, 4, 6 dan 8 MST pada tanaman sampel. Diameter Batang Tanaman Jagung

Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur diameter batang yang terdapatdiatas ruas ketiga dari pangkal akar dengan menggunakan jangka sorong. Pengamatandilakukan umur 7 dan 8 MST. Panjang Tongkol dengan Kelobot per Tanaman

Pengukuran ini dilakukan pada tanaman sampel dengan cara mengukur panjang tongkol berkelobot. Diameter Tongkol per Tanaman

Pengukuran ini dilakukan pada tanaman sampel dengan cara mengukur diameter tongkol berkelobot. Lingkar tongkol yang diukur berada pada ½ panjang tongkol. Bobot Tongkol per Tanaman

Pengamatan ini dilakukan dengan menimbang tongkol tiap tanaman sampel pada saat panen.

Page 4: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 35

Bobot Biji Kering per Tanaman Dihitung dengan cara menimbang biji

jagung yang telah kering matahari pada masing–masing tanaman sampel. Hasil jagung

Hasil jagung diamati dalam bentuk pipilan kering yang di ambil dari hasil tiap petak panenbersih tanpa tanaman pinggiran. Bobot hasil tersebut di amati pada kadar air 15 % untuk mencapai kadar air tersebut dilakukan penjemuran dengan sinar matahari selama seminggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot kering gulma

Data hasil pengamatan terhadap bobot kering gulma pada 3 dan 6MST dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi herbisida glifosat dan paraquat berpengaruh nyata terhadap bobot kering gulma 3 dan 6MST (Lampiran 2 dan 4). Rata–rata bobot kering gulma pada 3 dan 6 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata- rata bobot kering gulma pada 3 dan 6 MST akibat aplikasi herbisida glifosat dan paraquat.

Perlakuan ( L ha

-1)

Bobot kering gulma

3 MST 6 MST

................. (g)...............

Kontrol 121,93d 192,90d

Penyiangan 3 dan 6 MST 119,02d 60,18b

Glifosat 0,82 88,91c 81,47c

Glifosat 1,64 42,30a 58,48b

Glifosat 2,48 34,20a 41,81a

Paraquat 1,80 87,48c 72,02c

Paraquat 3,60 62,53b 59,34b

Paraquat 5,4 64,16b 44,52a Keterangan : Angka –Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan

herbisida glifosat dengan dosis 1,64 dan 2,48 L ha-1memiliki penurunan bobot kering tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada 3 MST. Hal ini dikarenakan herbisida glifosat bersifat sistemik dan mulai bekerja pada 2–3 minggu setelah aplikasi sehingga dapat mematikan gulma sampai ke akar serta jaringan tumbuhan yang ada di dalam tanah. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat Anggorowati dan Sumarsono (1990) yang menyatakan bahwa herbisida glifosat mulai menampakan reaksinya pada 2–3 minggu setelah tanam dan daya kerjanya sampai 60 hari setelah aplikasi sehingga dapat mematikan gulma sampai ke akarnya.

Pada pengamatan 6 MST, bobot kering gulma akibat aplikasi herbisida glifosat mengalami kenaikan yang dikarenakan aplikasi herbisida glifosat kedua dilakukan pada 28 hari setelah tanam (4 MST) sehingga daya kerja herbisida tersebut belum terlihat efeknya terhadap pertumbuhan gulma. Selain itu, kenaikan bobot kering gulma juga terjadi karena adanya pertumbuhan gulma kembali. Gulma yang mengalami pertumbuhan kembali disebabkan oleh tidak meratanya penyebaran herbisida yang diaplikasikan ke seluruh bagian tanaman. Dugaan ini semakin diperkuat oleh hasil penelitian Pangkerego (2003) bahwa gulma pada areal penelitian yang terkena semprotan herbisida selain ada yang mati ada pula yang hanya menunjukan gejala keracunan. Bagian yang tidak terlihat

Page 5: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 36

adanya gejala keracunan akan dapat bertahan hidup sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan kembali dari gulma tersebut.

Hal berbeda terjadi pada aplikasi herbisida paraquat yang menunjukkan penurunaan bobot kering gulma pada pengamatan 6 MST. Penurunan tersebut terjadi karena herbisida paraquat bekerja dengan sangat cepat sehingga setelah diaplikasikan pada umur 4 MST langsung dapat terlihat gejala pengendaliannya.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perlakuan herbisida glifosat dan paraquat dengan dosis tinggi (2,48 dan 5, 4 L ha-1 ) mampu menurunkan bobot kering gulma tertinggi dibandingkan dengan perlakuan herbisida glifosat dan paraquat dosis yang lebih rendah (0,82 dan 1,80 L ha-1). Bangun dan Pane (1984) menyatakan bahwa semakin besar dosis herbisida yang diberikan maka tingkat penekanan terhadap pertumbuhan gulma akan semakin tinggi serta dapat mengurangi selektifitas. Dugaan ini makin diperkuat oleh hasil penelitian Sutanto (1997) yang menyatakan bahwa penurunan bobot kering gulma pada

penyiapan lahan TOT + glifosat 3 L ha-1 lebih kecil (17,1 gram) dibandingkan dengan perlakuan TOT + glifosat 1,5 L ha-1 (60,80 gram).

Besarnya penekanan herbisida ditentukan oleh tingkat herbisida yang diangkut serta ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman tersebut. Purnama dan Madkar (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi dosis maka semakin peka gulma terhadap herbisida karena bahan aktifnya semakin banyak terabsorsi. Hal ini dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan gulma sehingga kematian gulma semakin cepat.

Efikasi herbisida terhadap pertumbuhan gulma

Hasil sidik ragam untuk persentase efikasi herbisida terhadap pertumbuhan gulma selama periode pengamatan terdapat pada Tabel Lampiran 33 sampai dengan 40. Aplikasi herbisida glifosat dan paraquat memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase efikasi herbisida terhadap gulma hingga 8 MST. Rata–rata persentase efikasi herbisida glifosat dan paraquat terhadap pertumbuhan gulma disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata–rata persentase efikasi herbisida terhadap pertumbuhan gulma pada 5, 6, 7 dan 8 MST

Perlakuan (L ha-1

) Efikasi herbisida terhadap gulma

5 MST 6MST 7MST 8MST

.....................(%).........................

Kontrol 0,00a 0,00a 0,00a 0,00a Glifosat 0,82 54b 65 b 75cd 82e Glifosat 1,64 68cd 74 c 84ef 90f Glifosat 2,48 76de 86 d 90f 96g

Paraquat 1,80 63bc 63 b 54b 50b Paraquat 3,60 78de 77 c 68c 63c Paraquat 5,4 86e 84 d 78de 71d

Keterangan : Angka –Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa herbisida

glifosat dan paraquat pada semua perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan kontrol pada setiap minggu pengamatan. Perlakuan dengan menggunakan herbisida glifosat terjadi

peningkatan persentase pengendalian gulma di setiap minggu pengamatan. Hal ini disebabkan oleh cara kerja herbisida glifosat yang dapat mempengaruhi sistem metabolisme asam nukleat dan sintesa protein serta menghambat pembentukan

Page 6: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 37

ikatan asam amino sehingga membuat pertumbuhan gulma menjadi terhambat (Daud, 2008).

Namun terjadi perbedaan pada perlakuan herbisida paraquat yang mengalami penurunan pengendalian gulma pada setiap minggunya. Pada 5 MST, herbisida paraquat telah mampu mengendalikan gulma hingga 60 % dikarenakan herbisida ini bersifat kontak yang langsung bekerja kebagian tanaman yang hijau sehingga dapat menghambat proses fotosintesis. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya membran sel dan organ tanaman sehingga gulma mengalami klorosis dan akhirnya mengalami kematian (Adnan et al., 2012). Penurunan pengendalian gulma baru terlihat padapengamatan 6, 7 dan 8 MST, hal ini disebabkan oleh berkurangnya daya kerja herbisida paraquat sehingga pengendalian terhadap gulma menjadi kurang

efektif.Berkurangnya daya kerja herbisida disebabkan oleh persistensi herbisida di dalam tanah. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi persistensi herbisida antara lain adalah dekomposisi oleh mikroorganisme, absorbsi oleh koloid tanah, pencucian dan penguapan (Sumintrapura dan Iskandar, 1983). Tinggi tanaman jagung

Data hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman pada 3,4,6 dan 8 minggu setelah tanam (MST) akibat aplikasi herbisida dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5-12. Aplikasi herbisida glifosat dan paraquat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung hingga pengamatan 8 MST. Rata–rata pertumbuhan tinggi tanaman terhadap aplikasi herbisida glifosat dan paraquat disajikan pada Tabel 3

Tabel 3.Rata – rata tinggi tanaman pada 3, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam(MST)

Perlakuan ( L ha

-1)

Tinggi tanaman

3 MST 4 MST 6 MST 8 MST

..........................(cm)...........................

Kontrol 72,8 a 104,3a 161,87a 209,73a

Penyiangan 3 dan 6 MST 73,1 a 103,4ab 182,70b 228,53b

Glifosat 0,82 81,6 b 113,0 ab 183,50b 218,17ab

Glifosat 1,64 88,8b

122,9 b 192,42b 230,10b

Glifosat 2,48 87,4b 121,9 b 187,23b 232,23b

Paraquat 1,80 82,3b 114,2ab 182,17b 223,80ab

Paraquat 3,60 82,0b 119,4 b 185,90b 227,20b

Paraquat 5,4 85,5b 116,3b 188,10b 229,03b Keterangan : Angka –Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Hasil analisis ragam pada Tabel 3

menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi herbisida glifosat dengan dosis 1,64 dan 2,48 L ha-1 serta herbisida paraquat dengan 3,6 dan 5,4 L ha-1 memberikan pengaruh terbaik terhadap pertambahan tinggi tanaman jagung dikarenakan pada dosis tersebut herbisida bekerja secara efektif dalam menekan pertumbuhan gulma. Penekan terhadap pertumbuhan gulma menyebabkan

tanaman jagung dapat tumbuh dengan optimal.

Aplikasi herbisida glifosat dengan dosis 1,64 dan 2,48 L ha-1 tidak merancuni tanaman yang dibudidayakan sehingga tanaman jagung dapat tumbuh dengan optimal. Sesuai dengan pernyataan Sukman dan Yakup (1991), glifosat merupakan herbisida organik yang sangat mudah dimaanfaatkan oleh mikroorganisme tanah sehingga tidak

Page 7: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 38

membahayakan bahkan bisa mendukung kondisi lingkungan yang dapat membuat pertumbuhan tanaman yang baik. Menurut Daud (2008), dosis herbisida glifosat yang tidak dapat membahayakan tanaman pada kisaran dosis 2-4 L ha-1, selain tidak membahayakan tanaman dosis tersebut jugadapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. Jumlah daun tanaman jagung

Data hasil pengamatan terhadap jumlah daun pada 3, 4, 6 dan 8 minggu setelah tanam (MST) terhadap aplikasi herbisida dapat dilihat pada Tabel Lampiran13–20. Aplikasi herbisida glifosat dan paraquat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pengamatan jumlah daun tanaman jagung hingga 8 MST. Rata–rata pertumbuhan jumlah daun terhadap aplikasi herbisida glifosat dan paraquat disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata – rata jumlah daun tanaman jagung pada 3, 4, 6 dan 8 minggu

Perlakuan ( L ha

-1)

Jumlah daun

3 MST 4 MST 6 MST 8 MST

................(helai)...................

Kontrol 5,5a 6,6a 10,3a 12,6 a

Penyiangan 3 dan 6 MST 5,8ab 7,3a 11,4b 13,2 ab

Glifosat 0,82 6,4ab 7,6a 12,4bc 13,7 bc

Glifosat 1,64 6,8b 8,1b 12,7c 14,0c

Glifosat 2,48 6,7ab 7,8b 12,4bc 13,8 bc

Paraquat 1,80 6,2ab 7,4a 11,6bc 13,3 ab

Paraquat 3,60 6,3ab 7,5a 11,9bc 13,5 bc

Paraquat 5,4 6,3ab 7,5a 12,1bc 13,6 bc Keterangan : Angka –Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa

perlakuan penyiangan dan perlakuan herbisida glifosat dan paraquat pada semua dosis yang dicobakan tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun yang terlihat pada pengamatan 3 MST dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pada pengamatan 4 MST, perlakuan yang terbaik terlihat pada aplikasi glifosat dengan dosis 1,64 dan 2,48 L ha-1 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Namun pada pengamatan 6 dan 8 MST, perlakuan yang menggunakan herbisida glifosat dengan dosis 1,64 L ha-1 memiliki jumlah daun terbanyak dibandingkan dengan kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan herbisida glifosat dengan dosis 0,82 dan 2,48 L ha-1 dan herbisida paraquat dengan dosis 3,6 dan 5,4 L ha-1. Hal ini dikarenakan dosis tersebut telah mampu menekan pertumbuhan gulma sehingga memiliki pengaruh positif terhadap

pertumbuhan tanaman yang dapat membuat pertumbuhan tanaman jagung menjadi baik. Dengan pertumbuhan daun yang lebih baik akan memungkinkan tanaman menerima cahaya yang maksimal untuk proses pertumbuhan dan perkembangan yang nantinya diharapkan memperoleh hasil panen yang maksimal (Pudjogunarto et al., 2001).

Diameter batang tanaman jagung

Data hasil pengamatan terhadap diameter batang 7 dan 8 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Tabel Lampiran 21-24. Aplikasi herbisida glifosat dan paraquat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter batang jagung pada pengamatan 7 dan 8 MST. Rata–rata pertumbuhandiameter batang terhadap aplikasi herbisida glifosat dan paraquat disajikan pada Tabel 5.

Page 8: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE
Page 9: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 32

Tabel 5. Rata-rata diameter batang pada 7 dan 8 minggu setelah tanam (MST)

Perlakuan (L ha

-1)

Diameter Batang

7 MST 8 MST

.................... (cm).....................

Kontrol 13,09 a 12.53 a

Penyiangan 3 dan 6 MST 17,63 c 17,40 c

Glifosat 0,82 15,51 b 15,23b

Glifosat 1,64 16,28b 16,20b

Glifosat 2,48 15,50b 15,30b

Paraquat 1,80 15,95b 15,36b

Paraquat 3,60 16,40bc 16,00b

Paraquat 5,4 16,65bc 16,26bc

Keterangan : Angka –Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan

bahwa perlakuan penyiangan dan perlakuan herbisida glifosat dan paraquat pada semua dosis yang dicobakan tidak berbeda nyata pada pengamatan diameter batang tanaman jagung namun berbeda nyata dengan kontrol. Aplikasi paraquat dengan dosis 3,6 dan 5,4 L ha-1 pada 7 dan 8 MST tidak berbeda nyata dengan perlakuan penyiangan manual. Hal

tersebut dikarenakan perlakuan penyiangan manual dan perlakuan herbisida paraquat mampu mengendalikan gulma lebih cepat sehingga tidak terjadi daya saing antara gulma dengan tanaman dalam memperoleh air, hara, ruang tumbuh dan cahaya sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal (Fachrawati, 2003).

Panjang tongkol Tabel 6. Rata- rata dari panjang tongkol, diameter tongkol dan bobot tongkol.

Perlakuan (L ha

-1)

Panjang tongkol (cm)

Diameter tongkol (cm)

Bobot tongkol (g)

Kontrol 14,67 43,77a 175,80a Penyiangan 3 dan 6 MST 15,73 44,94b 191,96ab

Glifosat 0,82 15,90 45,35b 205,68 bc

Glifosat 1,64 16,90 45,57b 222,09c

Glifosat 2,48 16,99 44,85b 197,99ab

Paraquat 1,80 15,81 45,28b 197,88ab

Paraquat 3,60 15,23 45,26b 197,99ab

Paraquat 5,4 15,83 45,02b 201,96bc Keterangan : Angka –Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Data hasil pengamatan terhadap panjang

tongkol yang dapat dilihat pada Tabel Lampiran 25-26 dan disajikan pada Tabel 6.Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan herbisida glifosat dan

paraquat tidak berpengaruh nyata pada pengamatan panjang tongkol. Pada pengamatan panjang tongkol tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan. Hal ini dikarenakan panjang tongkol tanaman jagung

Page 10: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 40

tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya aplikasi herbisida. Hal ini diduga karena panjang tongkol lebih dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman jagung tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soetoro et al.(1998) bahwa panjang tongkol lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dari pada dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Diameter tongkol

Data hasil pengamatan terhadap diameter tongkol yang dapat dilihat pada Tabel Lampiran 27-28 dan disajikan pada Tabel 6. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan herbisida glifosat dan paraquat berpengaruh nyata terhadap pengamatan diameter tongkol. Pada Tabel 6 terlihat bahwa pengamatan diameter tongkol tidak ada perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan yang menggunakan herbisida maupun dengan menggunakan cara penyiangan manual tetapi berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Hal ini terjadi karena adanya pengendalian gulma pada setiap perlakuan maka tidak terjadi persaingan antara gulma dan tanaman budidaya sehingga tanaman tersebut dapat memberi hasil yang optimal. Purba (2009) menyatakan bahwagulma dianggap mengganggu karena bersaing dengan tanaman utama terhadap kebutuhan sumber daya yang sama yaitu unsur hara, air, dan cahaya. Sebagai akibat dari persaingan tersebut, hasil tanaman menjadi tidak optimal atau dengan kata lain ada kehilangan hasil dari potensi hasil yang dimiliki tanaman.

Bobot tongkol

Data hasil pengamatan terhadap bobot tongkol yang dapat dilihat pada Tabel Lampiran 29-30 dan disajikan pada Tabel 6. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan herbisida glifosat dan paraquat berpengaruh nyata terhadap

pengamatan bobot tongkol. Pada Tabel 6 terlihat bahwa perlakuan yang menggunakan herbisida glifosat pada dosis 0,82 dan 1,64 L ha-1 memiliki bobot tongkol tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan herbisida glifosat dengan dosis tersebut telah mampu mengendalikan gulma hingga 30 hari sehingga tidak terjadi persaingan antara gulma dan tanaman. Selain tidak terjadi persaingan gulma, petak percobaan tersebut tidak terserang hama dan penyakit sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman menjadi optimal. Hal ini diperkuat oleh penyataan Pudjogunarto et al. (2001) bahwa pertumbuhan tanaman yang baik memungkinkan tanaman mampu memberikan hasil yang sesuai dengan potensi hasil yang dimilikinya.

Bobot biji kering per tongkol

Data hasil pengamatan terhadap bobot biji kering per tongkol yang dapat dilihat pada Tabel Lampiran 31-32 dan disajikan pada Tabel 7. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi herbisida glifosat berpengaruh nyata terhadap bobot biji kering per tongkol yang terlihat pada Tabel 7. Pada Tabel 7 terlihat bahwa perlakuan yang menggunakan herbisida glifosat dengan dosis 1,64 L ha-1

memiliki bobot biji kering per tongkol terbanyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan glifosat dengan dosis 0,82 dan 2,48 L ha-1 dan herbisida paraquat dengan dosis 5,4 L ha-1. Hal ini dikarenakan dosis herbisida tersebut telah mampu mengendalikan gulma serta dapat meningkatkan bobot biji jagung. Sutoto et al, (1996) menyatakan bahwa pengendalian gulma dengan dosis herbisida yang tepat akan dapat menekan pertumbuhan gulma pada awal pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dan memberi hasil yang maksimal.

Page 11: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 33

Tabel 7. Rata- rata dari Bobot biji kering per tongkol.

Perlakuan (L ha-1

) Bobot biji kering /tongkol (g)

Kontrol 93,60a

Penyiangan 3 dan 6 MST 103,13ab

Glifosat 0,82 120,07 bc

Glifosat 1,64 128,03 c

Glifosat 2,48 118,93 bc

Paraquat 1,80 107,30ab

Paraquat 3,60 115,13 bc Paraquat 5,4 108,97ab

Keterangan : Angka –Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Hasil jagung

Data pengamatan hasil jagung dapat dilihat pada Tabel Lampiran 41–42. Aplikasi herbisida glifosat dan paraquat memberikan

pengaruh yang nyata terhadap hasil jagung. Rata – rata hasil jagung akibat aplikasi herbisida glifosat dan paraquat disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata – rata hasil jagung

Perlakuan (L ha

-1)

Hasil jagung ( ton ha

-1)

Kontrol 5,68a Penyiangan 3 dan 6 MST 6,39ab

Glifosat 0,82 7,44cd Glifosat 1,64 7,93d Glifosat 2,48 7,37bcd

Paraquat 1,80 6,65bc Paraquat 3,60 7,13bcd Paraquat 5,4 6,75bc

Keterangan : Angka –Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Perlakuan herbisida glifosat dan paraquat

berpengaruh nyata terhadap hasil jagung. Hasil merupakan salah satu parameter penting yang digunakan untuk menunjukkan produktifitas suatu tanaman jagung. Pengaruh nyata dari perlakuan herbisida glifosat dan paraquat terhadap hasil jagung disebabkan oleh keberhasilan herbisida tersebut dalam menekan pertumbuhan gulma sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik dan mencapai hasil yang optimal.

Pada Tabel 8 dapat terlihat bahwa perlakuan yang menggunakan herbisida glifosat dengan dosis 0,82, 1,64 dan 2,48 L ha-

1 memiliki hasil jagung tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini dikarenakan herbisida glifosat dengan dosis tersebut telah mampu menekan pertumbuhan gulma sampai ke akar dan jaringan tumbuhan yang ada di dalam tanah sehingga gulma tidak dapat tumbuh kembali. Selain dapat mengendalikan gulma, herbisida ini juga meningkatkan ketersedian hara dan bahan organik dalam tanah (Niswati et al., 1995). Pertumbuhan tanaman yang baik memungkinkan tanaman mampu memberikan hasil sesuai dengan potensi hasil yang dimilikinya (Triyono, 2010).

Page 12: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 42

SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Pelakuan herbisida glifosat dan paraquat berpengaruh terhadap bobot kering gulma, efikasi herbisida terhadap gulma, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, diameter tongkol, bobot tongkol dan bobot biji per tongkol , hasil jagung dan tidak berpengaruh terhadap pengamatanpanjang tongkol. Perlakuan TOT dengan menggunakan glifosat dan paraquat dapat menekan pertumbuhan gulma dan memacu pertumbuhan tanaman jagung. Perlakuan herbisida glifosat dengan dosis 1,64 L ha-1

cukup efektif dalam menekan gulma dan menghasilkan panen tertinggi 7,93 ton ha-

1dan perlakuan herbisida paraquat dengan dosis 3,6 L ha-1 efektif dalam mengendalikan gulma dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil panen jagung sebanyak 7,13 ton ha-1.

Saran

Dalam upaya menekan pertumbuhan gulma pada areal tanaman jagung, maka disarankan menggunakan herbisida glifosat dengan dosis 1,64 L ha-1 dan herbisida paraquat dengan dosis 3,6 L ha-1. Perlu diteliti lebih lanjut tentang waktu aplikasi dengan waktu yang berbeda untuk mengendalian gulma dengan metode TOT sehingga tidak perlu dilakukan pengendalian gulma sebanyak 2 kali aplikasi herbisida.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Hasanuddin dan Manfarizah. 2012.

Aplikasi beberapa dosis herbisida glifosat dan paraquat pada sistem tanpa olah tanah (TOT) serta pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah, karakteristik gulma dan hasil kedelai. Agrista Vol 16 No 3.135-145.

Ahmad, A. 2001. Kajian aplikasi herbisida sulfosat tunggal serta campurannya dengan paraquat dan metsulfuron

metil dalam pengendalian gulma alang-alang (Imperata Cylindrica (L) Beauv). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian.Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://repository.pb.ac.id/bitstream/ handle/123456789/12379/A01aah.pdf?sequence=1. [29 Desember 2012].

Anggorowati, S. H dan Sumarsono. 1990. Hubungan antar sifat–sifat anatomis jaringan perlindungan daun dan day berantas glifosat pada beberapa jenis gulma. Dalam T. Kuntohartono (ed.). Prosiding I konfrensi X Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Malang, 13 – 15 Maret 1990.

Amarillis, S. 2009 . Aspek pengendalian gulma di perkebunan sagu (Metroxylon spp.). PT. National Timber and Forest Product Unit HTI Murni Sagu Selat Panjang. Departemen Agronomi dan Holtikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ariestiani, 2000. Kajian efektivitas herbisida glifosat- 2,4-D 120/240 AS,glifosat- 2,4-D 120/120 AS, Dan 2,4-D 865 AS untuk pengendalian gulma pada tanaman jagung (Zea mays L). (Skripsi). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian.InstitutPertanianBogor.Bogor.

Bangun, P dan H. Pane. 1984. Pengendalian gulma pada budidaya jagung.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Bangun, P. 1985. Pengendalian gulma pada tanaman Jagung. Hal 83-97. Dalam Subandi, M.Syam, S. O. Manurung dan Yuswadi (eds).Jagung. Hasil penelitian jagung, sorgum, Terigu 1980-1984. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Bangun, P. 1988. Pengendalian Gulma Budidaya Jagung. Hal 213- 233.Dalam Subandi , M. Syam, A. Widjono (eds).

Page 13: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 43

Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

BPS, 2011. Produksi jagung di Indonesia. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat3. [29Desember 2012].

Daud, D. 2008.Uji efikasi herbisida glifosat, sulfosat, dan paraquat pada sistem tanpa olah tanah (TOT) jagung. Prosiding seminar ilmiah dan pertemuan tahunan PEI PFI XIX. Sulawesi Selatan, 5 November 2008.http://www.peipfi-komda sulawesi selatan.Org/34-DAVID-Uji-Efikasi-herbisida-Glifosat-Sulfosat-31632 7. pdf [28Desember 2012].

Denny, K dan I. Denny. 2009. Pengaruh berbagai dosis herbisida paraquat diklorida 133 SL terhadap pengendalian gulma pada pertanaman jagung hibrida (Zea mays L.). Prosiding Seminar Nasional XVIII HIGI. Bandung, 30-31 Oktober 2009.

Fachrawati,I. F. 2003. Budidaya jagung dengan beberapa teknik persiapan lahan danfrekuensi pengendalian gulma. (Skripsi). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Listyobudi,V. R.2011.Perlakuan herbisida pada sistem tanpa olah tanah terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). (Skripsi). Universitas Pembagunan Nasional ‘V ’. Yogyakarta.

Muhsanati, A. Syarif dan S. Rahayu. 2006. Pengaruh beberapa takaran kompos Tithonia terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (zea mays saccharata). (Skripsi). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. Padang. http://www.google.co.id/url/produksi+ja

gung+manis /repository.unand.ac.id. [1 Januari 2013].

Niswati,A.SG. Nugroho dan M.Utomo. 1995. Pengaruh aplikasi herbisida glifosat terus menerus selama lima belas musim dalam praktek tanpa olah tanah terhadap populasi mikrobia tanah.Prosiding Seminar Nasional V BDP OTK : 140 – 148. Bandar Lampung.

Nurjannah, U. 2001. Pengaruh dosis herbisida glifosat dan 2,4- D terhadap pengeseran gulma dan tanaman kedelai tanpa olah tanah. (Skripsi). Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu, Bengkulu. http://repository.unib.ac.id/236/1/27. pdf. [ 11 Januari 2013].

Pandia, J. A. 2011. Aplikasi herbisida dalam persiapan lahan dan frekuensi pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi jagung. (Skripsi). Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pangkerego, I.G. 2003. Studi efektifitas glifosat 48 % dan 2,4-D terhadap gulma tanaman karet (Hevea brasiliensismuel.Arg) menghasilkan. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Phillips, R.E. and S.H. Phillips. 1984. No-tillage Agriculture. Van Nostrand. Reinhold Co., New York.

Pudjogunarto, S. W, D. Suroto dan Warsoko. 2001. Pengaruh jarak tanam dan dosis glifosat terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung (Zea mays L). Prosiding. Konferensi HIGI XV : 423 – 427. Surakarta, 17-19 Juli 2001.

Pudjogunarto, S. W, D. Suroto dan A. I. Kusumo. 2002. Pengaruh herbisida glifosat dan olah tanah terhadap perubahan gulma dan hasil jagung.

Page 14: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 44

Prosiding seminar nasional OTK. Yogyakarta, 30 Juli 2002.

Purba, E. 2009. Keanekaragaman herbisida dalam pengendalian gulma mengatasi populasi gulma resisten dan toleran herbisida. Orasi Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Purnama, S dan O. R. Madkar. 2010. Respon gulma dan kedelai berbagai tingkat kerapatan akibat aplikasi herbisida glifosat-kalium pada sistem tanpa olah tanah. Hal : 63 -73. dalam D. Kurniadie & D. Widayat. Prosiding Seminar Nasional XVIII HIGI. Bandung, 30-31 Oktober 2009.

Purwanto, S. Tjitrosoedirjo dan Tampubolon. 1988. Pengaruh tanpa olah tanah dan pemupukan Nitrogen pada padi gogo di lahan Alang - alang.hal : 125-133. Prosiding Konferensi 9 HIGI. (2). Bogor, 22- 24 Maret 1998.

Purwono dan Hartono. 2007. Bertanam jagung unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

Rukmana,R dan Saputra. 1999. Gulma dan teknik pengendalian. Kanisius. Yogyakarta.

Sebayang, H. T., S.Y. Tyasmoro & D. E. Pujiyanti. 2002. Pengaruh waktu aplikasi herbisida glifosat dan pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (zea mays) sistem tanpa olah tanah. Dalam: S. Hardiastuti, E. K., E. M. Nirmala, Lagiman, D. Kastono, S. Virgawati & A. W. Rizain (eds.) Prosiding Seminar Nasional Budidaya Olah Tanah Konservasi. Yogyakarta, 30 Juli 2002.

Sinukaban, N dan L.M. Rachaman. 1982. Fisika Tanah. Bahan Penataran Kursus Tata Guna Tanah Pejabat. Jakarta.

Soetoro, Soelaiman, Y. dan Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Sugiyanta. 1987. Pengaruh penggunaan herbisida pada budidaya jagung, kedelai, dan kacang tanah tanpa olah tanah. Jurusan Budidaya Pertanian. (Skripsi). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sukman, Y dan Yakup. 1991. Gulma dan teknik pengendalian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suprapto, H. S dan H. A. Rasyid. 2005. Bertanam jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sumintrapura, H. A dan S. Iskandar. 1983. Pengantar herbisida. PT. Karya Nusantara. Jakarta.

Sutanto, R. 1997. Studi penyiapan lahan dengan herbisida glifosat dan tinggi pengenangan air pada budidaya padi sawah tanpa olah tanah. (Tesis). Universitas Brawijaya. Malang.

Sutoto, S. R., R Soedharoedjian dan A. T. Soejono. 1996. Alternatif penentuan periode kritis jagung manis terhadap kompetisi gulma. Hal: 7-13. Prosiding Konferensi HIGI XIII : 7 – 13. Bandar Lampung, 5-7 November 1996.

Syngenta. 2010. Buku informasi produk Syngenta 2010. PT. Syngenta Indonesia. Jakarta.

Tampubolon, I. 2009.Uji efektivitas herbisida tunggal maupun campuran dalam pengendalian Stenochlaena palustris di gawang kelapa sawit.(Skripsi). Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian.Universitas Sumatera utara. Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7565/1/10E0040. pdf.[1 Januari 2013].

Triyono, K. 2010. Pengaruh glifosat dan jarak tanam terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung ( Zea mays L.). (Skripsi). Fakultas pertanian. Universitas Slamet Riyadi. Surakarta.

Page 15: RESPON TANAMAN JAGUNG TERHADAP BEBERAPA METODE

Jurnal Agrista Vol. 23 No. 1, 2019 45

Violic, A.D. 2000. Integrated crop management.p: 237-282. InTropical Maize Improvement and Production. FAO Plant Production and Protection Series, Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.

Vencill, W. K., K. Armburust, H. G. Hancock, D. John, G. McDonald, D. Kintner, F. Lichtner, H. mcLean, J. Reynolds, D. Rushing, S. Senseman, D. Wauchope. 2002. Herbicide handbook. 3th ed. Weed Science Soeciety of America, Wisconsin.

Warison. 1998. Jagung hibrida. Kanisius. Yogyakarta.