presentasi ilmiah jiwa.filiaevi

Upload: filliapsimarmata

Post on 05-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    1/22

    Presentasi Ilmiah

    WAWANCARA PSIKIATRIKDAN

    PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

    Oleh:

    FILLIA PRISCILLA SIMARMATA (0508111324)

    ESPRIDA HOTMA DAME (0608113842)

    Pembimbing:

    dr. MAISARAH ZAS, Sp.KJ

    KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

    BAGIAN ILMU PSIKIATRI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

    RSJ TAMPAN PEKANBARU

    2010

    1

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    2/22

    Wawancara Psikiatrik dan Pemeriksaan Psikiatrik

    Salah satu alat paling penting yang dimiliki oleh dokter adalah kemampuan

    untuk melakukan wawancara secara efektif. Wawancara yang dilakukan dengan

    terampil mampu untuk menggali data yang diperlukan untuk mengerti dan

    mengobati pasien dan dalam proses untuk meningkatkan pengertian dan kepatuhan

    pasien terhadap saran dokter. Pada umumnya pewawancara harus menunjukkan

    sikap yang tidak menghakimi, tertarik, keprihatinan, dan keramahan; jika tidak

    informasi yang kemungkinan penting mungkin tidak dapat diperoleh.

    Bila penderita datang bersama pengantar, sebaiknya diwawancarai lebih

    dahulu, setelah itu dilanjutkan dengan mewawancarai pengantarnya. Sebelum

    bertanya kepada pengantar, sebainya pasien diberitahu bahwa dokter juga akan

    mewawancarai perihal diri pasien dari pengantarnya. Dengan demikian kita

    menghargai pasien dan tidak menimbulkan kesan padanya seakan-akan kita

    bersekongkol dengan pengantarnya, sehingga dapat menimbulkan kesukaran,

    terlebih dengan penderita yang mempunyai kepribadian cenderung curiga.

    Anggota keluarga penderita atau pengantar lain biasanya hanya mengeluarkan

    rasa takut, rasa salah atau anggapan salah tentang penyakit pasien. Dalam

    percobaanya untuk menolong, umumnya memperkeras gangguan jiwa itu. Atau

    mungkin juga ia menyembunyikan beberapa gejala.

    Kadang-kadang mungkin lebih baik bila wawancara pertama diadakan dalam

    keadaan sedemikian rupa sehingga pasien tidak merasa ia dapat didengar oleh orang

    lain.

    2

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    3/22

    Cara pemeriksaan dan keadaan lingkungan waktu pemeriksaan

    mempengaruhi reaksi pasien, umpamanya pemeriksaan dihadapan umum atau

    dengan banyak orang lain; sering adanya gangguan dari luar; kekurangan waktu dan

    lain-lain. Dokter harus menunjukkan sikap penuh pengertian dan minat, serta selalu

    awas jangan sampai mengganggu rasa harga diri pasien.

    Wawancara harus berjalan secara spontan. Biarkanlah pasien, bila ia mau,

    mengambil inisiatif sendiri untuk melanjutkan dan menghubungkan ceritanya.

    Wawancara juga harus fleksibel, tidak kaku atau secara obsesif mengikuti suatu

    bagan. Kita harus mengetahui apa yang diperiksa sambil dalam pikiran kita

    mempunyai gambaran bagan pemeriksaan. Wawancara sendiri harus disesuaikan

    dengan keadaan dan perasaan pasien.

    Jangan terlalu mengharapkan terlalu banyak dari wawancara pertama, tetapi

    pupuklah kepercayaan secara perlahan-lahan. Jangan terlalu mendesak, sebab bila

    satu kali penderita sudah merasa dalam keadaan defensif, maka sukarlah baginya

    menceritakan sesuatu dengan hati terbuka. Pertanyaan-pertanyaan harus disusun

    sedemikian rupa sehingga penderita tidak salah paham atau menerimanya sebagai

    tuduhan.

    Dengan pertanyaan-pertanyaan yang halus kita dapat membuka hidup rahasia

    penderita tanpa menimbulkan rasa cemas yang berlebihan. Jangan berdebat dengan

    pasien.

    Nancy Andreason dan Donal Black telah menetapkan 11 teknik yang sering

    digunakan pada sebagian besar wawancara psikiatrik, yaitu:

    1. Dapatkan rapport seawal mungkin pada wawancara

    2. Tentukan keluhan utama pasien

    3

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    4/22

    3. Gunakan keluhan utama untuk mengembangkan diagnosis banding sementara

    4. Singkirkan atau masukkan berbagai kemungkinan diagnostik dengan

    menggunakan pertanyaan yang terpusat dan terinci

    5. Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas dengan cukup gigih untuk

    menentukan dengan akurat jawaban pertanyaan

    6. Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas untuk mengamati bagaimana

    kuatnya pikiran berkaitan

    7. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan tertutup

    8. Jangan takut menanyakan tentang topik yang anda atau pasien rasakan sulit

    atau memalukan

    9. Tanyakan tentang fikiran bunuh diri

    10. Berikan kesempatan kepada pasien untuk menanyakan pertanyaan pada akhir

    wawancara

    11. Simpulkan wawancara awal dengan mendapatkan rasa kepercayaan dan jika

    mungkin harapan.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara

    psikiatrik, yaitu :

    a. Penatalaksanaan waktu

    Konsultasi awal berlangsung selama 30 menit sampai 1 jam, tergantung

    keadaan. Wawancara dengan pasien psikotik atau dengan penyakit medis

    adalah singkat karena pasien mungkin merasakan bahwa wawancara adalah

    menegangkan. Wawancara yang panjang mungkin diperlukan diruang gawat

    darurat.

    b. Susunan tempat duduk

    4

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    5/22

    Cara kursi disusun ditempat periksa dokter psikiatrik adalah mempengaruhi

    wawancara. Kedua kursi harus kira-kira sama tingginya, sehingga tidak ada

    orang yang melihat kebawah untuk melihat yang lainnya.

    c. Tempat periksa dokter psikiatrik

    Pasien sering kali mempunyai reaksi terhadap tempat periksa dokternya yang

    mungkin menyimpang atau tidak, dan mendengarkan dengan cermat atas

    setiap komentar dapat membantu dokter psikiatrik untuk mengerti pasiennya.

    Penelitian telah menunjukka bahwa pasien berespon lebih positif pada dokter

    laki-laki yang menggunakan jas dan dasi dari pada mereka yang tidak.

    d. Membuat catatan

    Sebagian besar dokter psikiatrik tidak menganjurkan membuat catatan yang

    banyak selama suatu sesi, karena menulis dapat menurunkan kemampuan

    untuk mendengarkan. Tetapi beberapa pasien dapat mengungkapkan

    kemarahan jika dokter psikiatrik tidak menulis catatan selama suatu

    wawancara, mereka mungkin merasa takut kalau komentar mereka tidak

    cukup penting untuk dicatat.

    e. Wawancara selanjutnya

    Wawancara yang dilakukan setelah wawancara pertama memungkinkan

    pasien mengkoreksi tiap kesalahan informasi yang telah diberikan dalam

    pertemuan pertama.

    f. Melakukan wawancara situasi

    5

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    6/22

    Dokter psikiatrik dilatih untuk bersikap fleksibel dalam memodifikasi gaya

    wawancaranya untuk mengikuti situasi tertentu. Pasien yang mempunyai

    diagnosis psikiatrik yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda dalam

    peran sertanya saat wawancara dan berbeda pula dalam hal tantangan yang

    diberikannya pada dokter psikiatrik yang melakukan wawancara. Misalnya :

    Pasien depresi dan bunuh diri

    Pasien depresi sering tidak mampu untuk bercerita secara spontan dan

    adekuat mengenai penyakitnya karena faktor-faktor tertentu seperti retardasi

    psikomotor dan keputusasaan. Dokter psikiatrik harus siap bertanya secara

    spesifik pada seseorang yang mengalami depresi tentang riwayat dan gejala

    yang berhubungan dengan depresi, termasuk pertanyaan tentang ide bunuh

    diri. Alasan lain untuk bersikap spesifik dalam bertanya kepada pasien

    depresi adalah bahwa pasien tidak menyadari bahwa gejala tertentu seperti

    berjalan saat tidur malam atau meningkatnya keluhan somatik adalah

    berhubungan dengan gangguan depresi.

    Bunuh Diri

    Permasalahan khusus saat mewawancarai pasien yang mengalami depresi

    adalah kemungkinan untuk bunuh diri.. Jika dokter psikiatri sudah

    memutuskan bahwa pasien berada dalam ancaman resiko untuk bunuh diri,

    pasien harus dirawat di rumah sakit atau dilindungi dengan cara lain.

    Pasien yang kasar

    6

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    7/22

    Pasien yang mungkin mengalami kekerasan harus didekati dengan sikap dan

    teknik yang sama dengan yang digunakan pada pasien bunuh diri. Pertanyaan

    spesifik yang perlu dijawab oleh pasien yang kasar adalah termasuk tentang

    tindakan kekerasan pasien sebelumnya dan kekerasaan yang dialami semasa

    kanak-kanak.

    Pasien dengan waham

    Waham dari seorang pasien tidak boleh ditantang secara lansung. Waham

    mungkin merupakan pikiran sebagai suatu strategi pertahanan dan

    perlindungan diri pasien, untuk melawan ancaman kecemasan, penurunan

    harga diri dan kebingungan. Menantang suatu waham dengan menegaskan

    bahwa hal tersebut tidak benar atau tidak mungkin, hanya akan meningkatkan

    kecemasan pasien dan seringkali menyebakan pasien yang terancam

    mempertahankan keyakinannya bahkan secara lebih mati-matian. Tetapi tidak

    dianjurkan untuk berpura-pura mempercayai waham pasien. Suatu

    pendekatan yang sangat membantu adalah menyatakan bahwa dokter

    mengerti keyakinan pasien akan waham, tetapi dokter tidak mempunyai

    keyakinan yang sama.

    g. Mewawancarai sanak saudara

    Wawancara dengan anggota keluarga dapat bermanfaat dan mungkin penuh

    kesulitan. Wawancara dengan anggota keluarga dapat dilihat dari berbagai

    sudut pandang. Jika tujuan dokter adalah untuk mendiagnosis suatu

    gangguan, maka semakin banyak fakta yang diberikan kepada dokter,

    semakin mudah untuk menyusun diagnosis, prognosis dan pengobatan. Tetapi

    dari pandangan, dinamika dan analitik, jika dokter melihat masalah pasien

    7

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    8/22

    sangat dipengaruhi interaksi dengan tokoh penting di dalam kehidupannya,

    maka kenyataan eksternal kurang penting dari pada persepsi pasien sendiri.

    Pada umumnya, semakin serius keadaan pasien saat datang (sebagai

    contohnya gangguan depresi berat, ide bunuh diri atau psikosis), semakin

    mungkin dan kemungkinan lebih tepat bagi dokter psikiatrik berhadapan

    dengan anggota keluarga.

    Untuk memeriksa penderita mental perlu diikuti suatu bagan pemeriksaan

    agar lebih sistematis, sehingga paling sedikit hal-hal yang penting tidak terlupakan.

    Hasil pemeriksaan dibuat dalam bentuk laporan. Laporan pemeriksaan keadaan jiwa

    atau status mental yang dipakai dalam psikiatrik klinik merupakan hasil

    pemeriksaan jiwa pasien. Adapun laporan pemeriksaan keadaan jiwa itu merupakan

    suatu bentuk cerita yang mengandung banyak hal, seperti: afek, emosi, cara bicara

    (ucapan), proses berpikir (bentuk, isi dan jalan pikiran), kesadaran, psikomotor,

    persepsi dan fungsi kognitif, termasuk orientasi. Mengingat pendekatan holistik

    terhadap pasien, maka laporan pemeriksaan keadaan jiwa itu seharusnya merupakan

    bagian daripada pemeriksaan umum semua pasien, meskipun ringkas, apabila tidak

    terdapat tanda-tanda gangguan jiwa.

    Suatu formulir laporan pemeriksaan keadaan jiwa yang lebih lengkap

    biasanya terdiri dari bagian-bagian :

    1. Identifikasi pasien

    Data identifikasi memberikan ringkasan demografik tentang nama pasien, usia,

    jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, latar belakang etnis dan agama.

    Dokter harus menyatakan apakah pasien datang atas keinginan sendiri, dirujuk

    atau dibawa oleh orang lain.

    8

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    9/22

    Data identifikasi adalah alat untuk memberikan sketsa ringkas tentang

    karakteristik pasien yang kemungkinan penting dan dapat mempengaruhi

    diagnosis, prognosis, pengobatan dan kepatuhan.

    2. Keluhan utama atau sebab utama apakah yang menyebabkan ia datang

    berobat (menurut pasien dan /atau keluarganya)

    3. Riwayat penyakit sekarang

    Bagian ini memberikan gambaran yang lengkap dan kronologis tentang

    peristiwa yang menyebabkan timbulnya keluhan. Hal ini akan membantu

    menjawab pertanyaan tentang mengapa pasien datang ke dokter, bagaimana

    keadaan hidup pasien saat onset gejala atau perubahan perilaku muncul dan

    bagaimana keluarga serta lingkungan memperlakukan pasien.

    Perkembangan gejala pasien harus digambarkan dan diringkaskan secara

    sistematis. Gejala yang tidak tampak juga harus digambarkna. Jika terdapat

    hubungan antara gejala fisik dan psikologis, maka harus dicatat.

    4. Riwayat penyakit sebelumnya

    Bagian ini merupakan suatu peralihan dari riwayat penyakit sekarang dan

    riwayat pribadi pasien. Episode penyakit psikiatrik maupun medis yang

    terdahulu harus dijelaskan.

    5. Riwayat penyakit dahulu

    Melalui informasi riwayat medik yang dahulu, dokter dapat mengetahui tinjauan

    medis tentang gejala dan mencatat setiap penyakit medis atau bedah yang berat

    dan trauma berat, khususnya yang memerlukan perawatan di rumah sakit, yang

    dialami pasien, seperti trauma kraniosereberal, penyakit neurologis, tumor dan

    gangguan kejang.

    9

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    10/22

    Penyebab, komplikasi dan pengobatan setiap penyakit dan efek penyakit pada

    pasien harus dicatat. Pertanyaan spesifik tentang gangguan psikosomatik,

    penggunaan alkohol dan zat lain harus dinyatakan dan dicatat.

    6. Riwayat pribadi, ditanyakan antara lain mengenai perkembangan fisik dan

    mental, hubungan antar manusia, emosi, sifat, minat, kemampuan dan prestasi,

    keterampilan, pengalaman penting, kepercayaan, gangguan jiwa yang pernah

    dialaminya yang dapat dibagi pada masa kanak-kanak, pubertas, dan dewasa

    tua/senja.

    7. Riwayat keluarga: orang tua, saudara, susunan keluarga, susunan anggota

    rumah tangga dalam keluarga yang ditempatinya, anggota keluarga yang pernah

    atau sedang menderita gangguan jiwa serta jenis gangguan jiwa tersebut.

    8. Pemeriksaan fisik

    9. Pemeriksaan psikiatrik, meliputi

    a. Kejujuran dan kelengkapan informasi

    b. Sikap pasien terhadap pemeriksa

    c. Rupa pasien

    d. Psikomotor

    e. Sikap dan tingkah laku umum

    f. Afek dan emosi

    g. Kualitas bicara dan pikiran

    h. Isi bicara dan pikiran

    i. Fungsi somatis dan kekhawatiran somatik

    j. Persepsi

    k. Kesadaran

    10

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    11/22

    l. Fungsi Kognitif

    m. Pertimbangan

    n. Potensi bunuh diri atau melakukan kekerasan

    o. Pengertian tentang sikap terhadap gangguannya.

    10. Evaluasi psikologik

    11. Evaluasi sosiologik

    12. Diagnosa/klasifikasi

    13. Program pengobatan dan hasilnya

    14. Data pengakhiran pengobatan atau pengeluaran pasien dari rumah sakit

    15. Tindak lanjut

    Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang

    menggambarkan jumlah total observasi pemeriksa dan kesan tentang pasien

    psikiatrik saat wawancara. Pemeriksaan satus mental dalah suatu gambaran tentang

    penampilan pasien, bicara, tindakan dan pikiran selama wawancara. Bahkan jika

    pasien membisu atau inkoheren atau menolak menjawab pertanyaan, dokter dapat

    memperoleh informasi yang banyak melalui observasi yang cermat.

    Garis Besar Pemeriksaan Status Mental

    1. Gambaran Umum

    a. Penampilan

    b. Perilaku dan aktivitas psikomotor

    c. Sikap terhadap pemeriksa

    2. Mood dan Afek

    a. Mood

    11

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    12/22

    b. Afek

    c. Kesesuaian

    3. Bicara

    4. Gangguan persepsi

    5. Pikiran

    a. Proses atau bentuk pikiran

    b. Isi pikiran

    6. Sensorium dan kognitif

    a. Kesiagaan dan tingkat kesadaran

    b. Orientasi

    c. Daya ingat

    d. Konsentrasi dan perhatian

    e. Kapasitas untuk membaca dan menulis

    f. Kemampuan visuospasial

    g. Pikiran abstrak

    h. Sumber informasi dan kecerdasan

    7. Pengendalian impuls

    8. Pertimbangan dan Tilikan

    9. Reliabilitas

    \

    z

    1. Gambaran Umum

    12

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    13/22

    a. Penampilan

    Hal ini adalah suatu gambaran tentang penampilan pasien dan kesan fisik

    secara keseluruhan yang disampaikan kepada dokter psikiatrik, seperti yang

    dicerminkan dari postur ketenangan, pakaian, dan dandanan. Contoh hal-hal

    di dalam kategori penampilan dalah jenis tubuh, postur, ketenangan, pakaian,

    dandanan, rambut, dan kuku. Istilah umum yang digunakan untuk

    mengggambarkan penampilan adalah tampak sehat, sakit, agak sakit,

    seimbang, kelihatan tua, kelihatan muda, kusut, seperti anak-anak, dan kacau.

    Tanda kecemasan dicatat: tangan yang lembab, keringat pada dahi, postur

    tegang, mata lebar.

    b. Perilaku dan aktivitas psikomotor

    Kategori ini dimaksudkan pada aspek kuantitatif maupun kualitatif dari

    perilaku pasien. Yang termasuk di dalamnya adalah manerisme, tiks, gerakan

    isyarat, kedutan, perilaku stereotipik, echopraxia, hiperaktivitas, agitasi,

    melawan, fleksibilitas, rigiditas, cara berjalan, dan ketangkasan. Kegelisahan,

    meremas-remas tangan, melangkah, dan manifestasi fisik lainnya harus

    digambarkan. Retardasi psikomotor atau perlambatan pergerakan tubuh

    secara umum harus dicatat.

    c. Sikap terhadap pemeriksa

    Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat digambarkan sebagai bekerjasama,

    bersahabat, penuh perhatian, tertarik, datar, menggoda, bertahan,

    merendahkan, kebingungan, apatis, bermusuhan, bermain-main,

    menyenangkan, mengelak, atau berlindung. Tiap kata sifat lainnya dapat

    digunakan.

    13

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    14/22

    2. Mood dan Afek

    a. Mood

    Mood didefinisikan sebagai emosi yang meresap dan terus menerus yang

    mewarnai persepsi seseorang akan dunia. Kata sifat yang sering digunakan

    untuk menggambarkan mood adalah depresi, kecewa, mudah marah, cemas,

    marah, meluap-luap, euforik, kosong, bersalah, terpesona, sia-sia,

    merendahkan diri sendiri, ketakutan, dan membingungkan. Mood mungkin

    labil, berarti bahwa mood berfluktuasi atau berubah dengan cepat antara hal-

    hal yang ekstrim.

    b. Afek

    Afek dapat didefinisikan sebagai respon emosional pasien yang tampak. Afek

    adalah apa yang disimpulkan oleh pemeriksa dari ekspresi wajah pasien,

    termasuk jumlah dan macam perilaku ekspresif. Afek mungkin sejalan

    dengan mood atau tidak sejalan. Afek digambarkan sebagai dalam rentang

    normal, terbatas, tumpul, atau datar. Di dalam rentang afek yang normal,

    terdapat variasi dalam ekspresi wajah, irama suara, penggunaan tangan dan

    pergerakan tubuh. Jika afek terbatas, terdapat penurunan jelas di dalam

    rentang dan intensitas ekspresi. Demikian juga pada afek tumpul, ekspresi

    emosional menurun lebih jauh. Untuk mendiagnosis afek datar, dokter harus

    tidak menemukan tanda ekspresi afektif, suara pasien harus monoton, wajah

    harus imobil.

    c. Kesesuaian

    14

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    15/22

    Kesesuaian respon emosional pasien dapat dipertimbangkan di dalam konteks

    masalah subjektif yang didiskusikan pasien.

    3. Bicara

    Bagian laporan ini menggambarkan karakteristik fisik dari berbicara. Bicara

    dapat digambarkan di dalam kuantitasnya, kecepatan produksi bicara, dan

    kualitasnya. Pasien mungkin digambarkan sebagai senang berbicara, suka

    mengomel, fasih, pendiam, tidak spontan, atau berespon normal terhadap

    petunjuk dari pewancara. Bicara mungkin cepat atau lambat, tertekan, ragu-

    ragu, emosional, dramatik, monoton, keras, berbisik, bersambungan, terputus-

    putus, atau mengomel.

    4. Gangguan Persepsi

    Gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mungkin berkenaan dengan

    diri sendiri atau lingkungan. Sistem sensoris yang terlibat auditorius, visual,

    olfaktorius, atau taktil) dan isi pengalaman ilusi atau halusinasi harus

    digambarkan. Keadaan terjadinya tiap pengalaman halusinasi adalah penting,

    karena halusinasi hipnagogik dan halusinasi hipnopompik adalah mempunyai

    kepentingan yang jauh lebih kecil dibandingkan jenis halusinasi lainnya.

    5. Pikiran

    a. Proses berfikir (bentuk fikiran)

    15

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    16/22

    Pasien mungkin memiliki ide yang terlalu melimpah atau kemiskinan ide.

    Gangguan dari proses fikiran antara lain pengenduran asosiasi,flight of ideas,

    pikiran berpacu, sirkumstansialitas, gado-gado kata, asosiasi bunyi,

    penghambatan pikiran, pikiran samar-samar.

    b. Isi pikiran

    Gangguan isi pikiran adalah waham, preokupasi, obsesi, fobia, gagasan bunuh

    diri, kemiskinan isi.

    6. Sensorium dan Kognitif

    a. Kesiagaan dan tingkat kesadaran

    Gangguan kesadaran biasanya menyatakan adanya gangguan otak organik.

    Pengaburan kesadaran adalah penurunan kewaspadaan terhadap lingkungan

    secara menyeluruh. Seorang pasien mungkin tidak mampu mempertahankan

    perhatiannya terhadap stimulus lingkungan untuk mempertahankan pikiran

    atau perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Pasien yang mengalami perubahan

    tingkat kesadaran seringkali menunjukkan juga suatu gangguan tingkat

    orientasi.

    b. Orientasi

    Gangguan orientasi biasanya dibedakan menurut waktu, tempat dan orang.

    Tiap gangguan biasanya tampak dalam urutan tersebut (yaitu perasaan tentang

    waktu terganggu sebelum perasaan tentang tempat), demikian juga saat pasien

    membaik gangguan hilang dalam urutan terbalik.

    c. Daya Ingat

    16

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    17/22

    Daya ingat atau memori biasanya dibagi menjadi empat bidang: daya ingat

    jauh, daya ingat masa lalu yang belum lama, daya ingat yang baru saja, dan

    daya ingat segera. Reaksi terhadap kehilangan daya ingat dapat memberikan

    petunjuk penting tentang gangguan dasar dan mekanisme mengatasinya.

    d. Konsentrasi dan perhatian

    Konsentrasi pasien dapat terganggu karena berbagai alasan. Sebagai contoh,

    suatu gangguan kognitif, kecemasan depresi, dan stimuli internal seperti

    halusinasi dengar, semuanya dapat berperan dalam gangguan konsentrasi.

    e. Kemampuan membaca dan menulis

    Pasien harus diminta untuk bereaksi terhadap suatu kalimat. Sebagai contoh

    tutuplah mata anda dan selanjutnya melakukan apa yang diperintahkan. Pasien

    juga diminta untuk menulis kalimat yang sederhana tetapi lengkap.

    f. Kemampuan visuospasial

    Pasien harus diminta untuk mencontoh suatu gambar, seperti jam atau

    segilima yang berpotongan.

    g. Berpikir abstrak

    Berpikir abstrak adalah kemampuan pasien untuk berhadapan dengan konsep.

    Pasien datang dengan gangguan cara dimana mereka mengkonseptualisasikan

    atau menangani gagasan. Disini pasien dapatkah menjelaskan kemiripan-

    kemiripan seperti antara buah apel dan buah peer atau antara kebenaran dan

    kecantikan?

    h. Sumber informasi dan inteligensi

    17

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    18/22

    Jika dicurigai suatu kemungkinan gangguan kognitif. Apakah pasien

    mempunyai kesulitan dengan tugas mental, seperti menghitung uang

    kembalian dari seribu rupiah setelah dibelanjakan lima ratus rupiah.

    7. Pengendalian Impuls

    Apakah pasien mampu untuk mengendalikan impuls seksual, agresif, dan

    impuls lainnya. Suatu pemeriksaan pengendalian impuls adalah penting dalam

    memastikan kesadaran pasien tentang perilaku yang sesuai secara sosial dan

    suatu pengukuran tentang kemungkinan bahaya pasien bagi dirinya sendiri atau

    orang lain. Pengendalian impuls dapat diperkirakan dari informasi dari riwayat

    pasien sekarang dan dari perilaku yang diobservasi selama wawancara.

    8. Pertimbangan dan Tilikan

    a. Pertimbangan

    Selama perjalanan menggali riwayat penyakit, dokter psikiatrik harus mampu

    menilai banyak aspek kemampuan pasien dalam pertimbangan sosial. Apakah

    pasien mengerti kemungkinan akibat dari perilakunya, dan apakah pasien

    dipengaruhi oleh pengertian tersebut. Dapatkah pasien memperkirakan apa

    yang dilakukannya di dalam situasi khayalan.

    b. Tilikan

    Tilikan adalah derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit.

    Pasien mungkin menunjukkan penyangkalan penyakitnya atau menunjukkan

    suatu kesadaran bahwa mereka sakit tetapi melemparkan kesalahan kepada

    orang lain, faktor eksternal atau bahkan faktor organik. Mereka mungkin

    18

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    19/22

    mengetahui bahwa mereka menderita penyakit tetapi menggambarkannya

    sebagai suatu yang tidak diketahui atau misterius di dalam dirinya.

    9. Reliabilitas

    Bagian status mental dari laporan menyimpulkan kesan dokter psikiatrik

    terhadap reliabilitas pasien dan kemampuan untuk melaporkan situasinya

    dengan akurat. Bagian ini memasukkan suatu perkiraan kesan dokter

    psikiatrik pada kebenaran atau kejujuran pasien.

    Pemeriksaan penderita yang tidak koperatif

    Skema pemeriksaan menurut Mayer-Gross, Slater dan Roth untuk penderita

    yang tidak koperatif, sebagai berikut:

    a. Reaksi umum dan sikap badan

    Perhatikan sikap badan yang diambil secara bebas atau pasif

    Sikap badan biasa, kaku atau aneh

    Bila kita mengubah sikap badannya sehingga menjadi aneh dan sukar

    dipertahankan lama, maka penderita berbuat apa?

    Perilaku terhadap dokter dan perawat: melawan, menjauhkan diri, marah-

    marah, menurut, acuh tak acuh.

    Perbuatan spontan: kelihatan suka bermain, nakal atau merusak barang-

    barang. Membela diri bila hendak ditusuk dengan jarum? Bagaimana

    makannya dan berpakaiannya, buang air kecil dan besar? Gerakan-

    gerakannya lambat hanya pada permulaan atau tetap

    19

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    20/22

    Sikapnya berubah-berubah? Perilakunya tetap atau berganti-ganti tiap hari?

    Dapatkah suatu kejadian istimewa mengubah keadaanya?

    b. Ekspresi muka

    Penuh pengertian, waspada, kosong, tenang, suram, seperti sedang berpikir,

    perplex, seperti merasa sakit, benci dan sebagainya. Perubahan ekspresi muka

    atau tanda-tanda emosi : air muka, senyum, keringat, merah mukanya; hal

    yang menimbulkannya.

    c. Mata

    Terbuka atau tertutup. Bila tertutup, melawan bila dibuka? Gerakan mata:

    tidak ada gerakan atau ada bila disuruh: mengikuti orang-orang atau barang-

    barang yang bergerak; pandangan mata yang tak kunjung berubah; melirik

    atau melihat bila orang tidak melihat kepadanya atau menghindari pandangan

    mata orang lain. Bola mata terputar keatas, berkedip-kedip atau tremor

    kelopak mata. Reaksi bila matanya diancam, reaksi pupil.

    d. Reaksi terhadap apa yang dikatakan atau diperbuat

    Menyuruh supaya lidahnya dikeluarkan, tungkai dan lengannya digerakkan,

    berjabat tangan, dan sebagainya. Gerakannya pelan-pelan atau cepat dan

    mendadak. Reaksi terhadap tusukan dengan jarum. Menuruti perintah secara

    automatis, ekhopraxia, ekholalia.

    e. Reaksi otot

    Kaku atau lembek bial ekstremitas digerakkan. Katalepsi, negativisme, ada

    perlawanan pada kuduk bila kepala digerakkan. Bila perhatian dibelokkan

    atau diperintah, adakah perubahan pada reaksinya? Mulut tertutup, bibir

    mencucu, ludah terkumpul di dalam mulutnya; ludah meleleh keluar mulut.

    20

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    21/22

    f. Reaksi emosi yang kelihatan

    Terlihat perasaan bila ditanya tentang keluarganya atau bila hal-hal istimewa

    dibicarakan atau bila ada pengunjung? Perhatikan perubahan pernafasan,

    nadi, atau timbulnya keringat, keluarnya air mata, dan sebagainya. Apakah

    reaksi terhadap lelucon? Bagaimanakah rteaksi terhadap rangsangan

    mendadak dan tak terduga; tepuk tangan, sinar lampu, dan sebagainya.

    g. Bicara

    Ada usaha untuk bicara, gerakan bibir, bisikan: gerakan dengan kepala.

    Perhatikan ucapan-ucapannya dan reaksi emosi yang mengikutinya (mungkin

    ada halusinasi).

    h. Tulisan

    Beri kertas dan pensil. Mungkin tidak ada reaksi atau mungkin penderita yang

    dalam stupor ringan akan menulis bila tak dapat berbicara.

    Daftar Pustaka

    21

  • 8/2/2019 Presentasi Ilmiah Jiwa.filiaevi

    22/22

    1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock: Sinopsis Psikiatri.

    Ed 7 jilid 1. Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1997.

    2. Sadock BJ, Sadock VA. Pocket Handbook of Clinical Psichiatry. 4th

    Edition.

    USA: Lippincott Williams & Wilkins, 2005.

    3. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga

    University Press, 2005.

    22