optimasi perendaman larutan biji pinang ( areca ) …

50
OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG (Areca catechu L) DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP PREVALENSI SERANGAN JAMUR PADA TELUR IKAN MAS (Cyprinus carpio) NORMAYANTI (105 94 00598 11) PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

i

OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG (Areca

catechu L) DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP

PREVALENSI SERANGAN JAMUR PADA

TELUR IKAN MAS (Cyprinus carpio)

NORMAYANTI

(105 94 00598 11)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

ii

OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG (Areca

catechu L) DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP

PREVALENSI SERANGAN JAMUR PADA

TELUR IKAN MAS (Cyprinus carpio)

SKRIPSI

NORMAYANTI

105 94 00598 11

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi

Budidaya Perairan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 3: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal : Optimasi Perendaman Larutan Biji Pinang (Areca

catechu L) dengan Dosis yang Berbedah Terhadap

Prevalensi Serangan Jamur pada Telur Ikan Mas

(Cyprinus carpio)

Nama : Normayanti

Nim : 1059400598 11

Jurusan : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

Makassar, November 2 015

Telah Diperiksa dan Disetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Murni, S.Pi., M.Si Dr. Abdul Haris Sambu, M.Si

NIDN : 0903037306 NIDN: 0021036708

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program studi

Budidaya Perairan

Ir. H. Saleh Molla, MM Murni, S.Pi., M.Si

NIDN: 0931126103 NIDN : 0903037306

Page 4: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

iv

Page 5: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Optimasi Perendaman Larutan Biji Pinang (Areca catechu L) dengan

Dosis Berbeda Terhadap Prevalensi Serangan Jamur Pada Telur Ikan Mas

(Cyprinus carpio).

Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri yang belum

diajukan oleh siapapun, bukan merupakan pengambil alihan tulisan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebut kedalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka

di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Nopember 2015

Normayanti

Nim: 1059-400-598-11

Page 6: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

vi

ABSTAK

NORMAYANTI. 1059-400-598-11. Optimasi Perendaman Larutan Biji

Pinang (Areca catechu L) dengan Dosis Berbeda Terhadap Prevalensi Serangan

Jamur Pada Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio). Dibimbing oleh MURNI dan

ABDUL HARIS SAMBU.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan optimasi dosis perendaman

larutan biji buah pinang (Areca catechu L) terhadap prevalensi infeksi jamur pada

telur ikan mas (Cyprinus carpio)..

Metode penelitian yang digunakan adalah telur ikan mas yang diperoleh dari

Balai Benih Ikan (BBI) Limbung yang berasal dari pemijahaan alami. Telur ikan

mas yang digunakan sebanyak 100 butir/wadah penelitian. Jumlah wadah

penelitian sebanyak 12 buah dengan kapasitas masing-masing wadah sebanyak 3

liter air. Wadah penelitian diisi air sebanyak 2 liter. Perlakuan yang dicobakan

adalah perendaman larutan biji pinang dengan dosis berbeda terhadap daya tetas

telur ikan mas. Pada penelitian ini terdapat 4 perlakuan, yaitu dosis 5000 ppm

(perlakuan A), dosis 6000 ppm (perlakuan B) , dosis 7000 ppm (perlakuan C),

tanpa larutan biji pinang (perlakuan D).

Hasil penelitian yang dilakukan selama 1 bulan menunjukkan bahwa

Prevalensi terdapat pada perlakuan A (5000 ppm) yaitu 27% dan daya tetas telur

ikan mas tertinggi yaitu 93%.

Disarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan perendaman larutan biji

pinang dengan dosis 5000 ppm. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh

ketetapan dosis yang lebih akurat lagi dalam mencegah dan mengendalikan

serangan jamur pada telur ikan mas. Tetap menjaga kualitas air dalam kondisi

yang layak dalam penetasan telur.

Kata Kunci: Biji Pinang, Intensitas, Prevalensi.

Page 7: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

vii

KATA PENGANTAR

Untaian kata syukur tak henti-hentinya saya tuturkan atas hikmah yang

diberikan oleh Allah SWT, Karena atas nikmat, rahmat, hidayah dan petunjuk-

Nyalah sehigga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Optimasi

Perendaman Larutan Biji Pinang (Areca catechu L) dengan Dosis Berbeda

Terhadap Prevalensi Serangan Jamur Pada Telur Ikan Mas (Cyprinus

carpio). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini

terdapat banyak kekurangan dan kendala. Namun berkat kesabaran, petunjuk,

saran dan motivasi dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Ibu Murni, S.Pi., M.Si, selaku pembimbing pertama yang telah

memberikan curahan waktu, bimbingan, dan arahan pada penulisan skripsi

ini.

2. Bapak Dr. Abdul Haris Sambu, M.Si, selaku pembimbing kedua yang

telah memberikan curahan waktu, bimbingan, dan arahan pada penulisan

skripsi ini.

3. Ibu Ir. Andi Khaeriyah., M.Pd, selaku penguji pertama yang telah selaku

penguji pertama yang telah memberikan kritik, dan saran yang bersifat

membangun dalam proses penyusunan skripsi ini.

Page 8: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

viii

4. Ibu Andi Chadijah., S.Pi., M.Si, selaku penguji kedua yang telah

memberikan kritik, dan saran yang bersifat membangun dalam proses

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Kamaruddin., S.Pi, selaku Kepala BBI Limbung dan pembimbing

lapangan yang telah memberikan arahan, masukan serta pasilitas dalam

penelitian dan penyusunan skripsi.

6. Terima kasih kepada rekan-rekan jurusan budidaya perairan serta semua

pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan dorongan semangat dan bantuannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Namun penulis juga menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga penulis dengan segala kerendahan hati memohon kepada

berbagai pihak adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan proposal dan penelitian yang akan dilaksanakan ini. Penulis juga

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar, Nopember 2015

Normayanti

Page 9: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

ix

DAFTAR ISI

Teks Halaman

Sampul i

Halaman Sampul ii

Halaman Pengesahan iii

Halaman Pengesahan Komisi Penguji iv

Pernyataan Mengenai Skripsi Dan Sumber Informasi v

Abstrak vi

Kata Pengantar vii

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

I. PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) 3

2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi 3

2.1.3. Proses Penetasan Telur Ikan Mas 4

2.2. Jamur Seprolegnia sp 7

2.3. Buah Pinang (Areca catechu L) 9

2.3.1. Kalsifikasi dan Morfologi Pinang 9

2.3.2. Kandungan dan Struktur Kimia Buah Pinang 10

2.4. Kualitas Air 11

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat 12

3.2. Alat dan Bahan 12

3.3. Telur Uji 13

3.4. Prosedur Penelitian 13

3.4.1. Persiapan Wadah Perendaman 14

3.4.2. Persiapan Wadah Penetasan 14

3.4.3. Persiapan Air Media 14

3.4.4. Proses Persiapan Larutan Biji Pinang 15

Page 10: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

x

3.4.5. Pengujian Larutan Biji Pinang 16

3.4.6. Metode Pengambilan Sampel 16

3.4.7. Perlakuan dan Penempatan Wadah Penelitian 16

3.5. Peubah Yang di Amati 17

3.5.1. Prevalensi 18

3.5.2. Kualitas Air 18

3.6. Analisis Data 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Prevalensi (P) 19

4.2. Daya Tetas Telur Ikan Mas 22

4.4. Kualitas Air 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 27

5.2. Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 28

Riwayat Hidup 37

Page 11: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

xi

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Alat dan Kegunaan 12

2. Bahan dan Kegunaan 13

3. Prevalensi jamur pada telur ikan mas dari setiap perlakuan 19

4. Presentase (%) daya tetas telur ikan mas (Cyprinus carpio L) 20

5. Kisaran parameter kualitas air media penetasan telur ikan mas 25

Page 12: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

xii

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Ikan Mas (Cyprinus carpio) 3

2. Telur ikan Mas 5

3. Jamur Saprolegnia sp 8

4. Biji pinang (Areca catechu L) 9

5. Struktur Kimia Buah Pinang 10

6. Penempatan wadah penelitian 17

7. Rata-rata Prevalensi Serangan Jamur Pada Setiap Perlakuan 20

Page 13: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Prevalensi jamur pada telur ikan mas 31

2. Tabel ANOVA Prevalensi Telur Ikan Mas 31

3. Tabel uji Lanjut LSD Prevalensi Telur Ikan Mas 32

4. Tabel daya tetas telur ikan mas setelah penelitian 33

8. Tabel ANOVA daya tetas telur ikan mas 33

9. Hasil uji LSD daya tetas telur ikan mas. 34

10. Foto-foto Selama Penelitian 35

Page 14: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan mas (Cyprinus carpio, L) merupakan jenis ikan air tawar yang

mempunyai prospek ekonomi yang cukup menjanjikan karena memiliki cita rasa

yang tinggi, sehingga banyak disukai oleh konsumen. Daging ikan mas yang putih

dan lunak memungkinkan untuk dicerna oleh semua umur. Ikan mas juga dikenal

memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga sangat baik untuk

dibudidayakan (Susanto dan Rochdianto, 2007). Dalam masa pemeliharaan 4

sampai 5 bulan ikan mas bisa mencapai bobot 500-1000 gr/ekor (Alam, 2011).

Ikan mas berkembang biak secara ovivar, yaitu telur berkembangbiak

diluar tubuh induk. Ikan betina bertelur pada tempat tertentu, kemudian dibuahi

oleh ikan jantan (Putranto, 1995). Perkembangbiakan tersebut membuat potensi

jamur menginfeksi telur akan lebih besar. Salah satu jamur yang paling sering

dijumpai pada telur ikan adalah jamur Saprolegnia sp.

Jamur Saprolegnia sp berkoloni pada telur yang telah mati dan akan

berusaha menginfeksi telur yang masih hidup. Menurut Gunadi (2010), telur ikan

mas yang berkualitas rendah berwarna putih atau keputih-putihan, karena terlalu

muda atau terlalu tua. Setelah pembuahan telur masih tampak jernih dan bening,

bererti telur tersebut berkembang cukup baik. Sebaliknya telur berwarna putih,

pucat atau putih keruh berarti telur tidak menetas atau mati. Telur ikan yang

terserang penyakit ini dipenuhi benang-benang putih seperti kapas yang tumbuh

pada permukaan cangkang telur. Jamur Saprolegnia akan mengahalangi

masuknya air yang mengandung oksigen dalam telur, sehingga mengganggu

Page 15: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

2

pernapasan telur ikan dan akhirnya mati sebelum menetas menjadi larva

(Wahyuningsih, 2006).

Biji pinang (Areca catechu L) merupakan tanaman yang satu keluarga

dengan kelapa. Salah satu jenis tumbuhan monokotil ini tergolong palem-

paleman. Biji buah pinang mengandung proantosianidin, yaitu suatu tannin

terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid. Proantosianidin

mempunyai efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik, anti-inflamasi, anti-

alergi, dan vasodilatasi (Nonaka, 2007).

Hal tersebut yang mendasari perlunya dilakukan penelitian tentang

manfaat biji buah pinang dalam mencegah dan mengobati infeksi jamur pada telur

ikan mas. Penggunaan tanaman herbl sebagai obat memiliki beberapa keuntungan

yaitu bahan alami pengganti antibiotik, ramah terhadap lingkungan, tidak

menyebabkan resistensi pada ikan, mudah diperoleh dan harganya ekonomis.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan optimasi dosis

perendaman larutan biji buah pinang (Areca catechu L) terhadap intensitas dan

prevalensi infeksi jamur pada telur ikan mas (Cyprinus carpio). Sedangkan

kegunaan penelitian ini yaitu untuk dijadikan sebagai pedoman bagi

pengembangan teknik pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio), dalam mengatasi

infeksi jamur pada telur ikan mas. Selain itu untuk dijadikan informasi dan

rujukan kepada pembudidaya dalam meningkatkan produksi usaha budidaya

perikanan dengan memanfaatkan biji buah pinang sebagai anti jamur pada

penetasan telur ikan mas.

Page 16: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)

2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas

Menurut Putranto (1995), klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Division : Chordata

Class : Osteichthyes

Ordo : Cypriniformes

Subordo : Cyprinoidea

Family : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio Linn

Gambar 1. Morfologi Ikan Mas

Ikan mas merupakan jenis ikan air tawar yang telah lama dibudidayakan

dan terdistribusi secara luas. Ikan mas merupakan jenis ikan yang tahan terhadap

penanganan dan lingkungan yang kurang baik, bersifat Omnivora dan dapat

Page 17: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

4

memanfaatkan pakan buatan. Ikan mas juga sangat popular dimasyarakat, dikenal

dengan nama ikan karper ataupun ikan tombro, (Alam, 2011).

Ikan mas mempunyai bentuk badan agak memanjang pipih kesamping

(Commpresed). Mulut (bibir) berada diujung tengah (Terminal) dapat

disembulkan, lunak (elastis). Memiliki kumis (Barbel) 2 pasang (empat buah),

kadang-kadang mempunyai sungut 1 pasang (radimentir) (Putranto, 1995). Selain

itu, tubuh ikan mas juga dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung (dorsal)

berukuran relative panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan sirip

terakhir yaitu sirip ketiga dan keempat bergerigi. Letak permukaan sirip punggung

berseberangan bengan permukaan sirip perut (ventral).

Sirip dubur (anal) yang terakhir bergerigi. Linea lateralis (girat sisik)

terletak dipertengahan tubuh, melintang dari tutup insang ke ujung sampai ke

ujung belakang pangkal ekor. Pharynreal teeth (gigi kerongkongan) terdiri dari 3

bagian yang berbentuk gigi geraham (Suseno, 1983).

2.1.2. Proses Penetasan Telur Ikan Mas

Fertilisasi (pembuahan telur oleh sperma) terjadi apabila sel-sel telur

segera terbuahi oleh sperma. Pembuahan adalah bersatunya telur dengan sperma

sehingga membentuk zigot (Fujaya, 2004). Dalam proses pembuahan,

spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang microphile yang terdapat pada

chorion. Tiap spermatozoa mempunyai kesempatan yang sama untuk membuahi

satu telur.

Effendi dalam Hidayaturrahman, (2007), menyatakan bahwa kemampuan

spermatozoa hidup secara normal setelah keluar dari testis hanya berkisar antara

Page 18: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

5

1-2 menit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hartman dan

Motalenti dalam Effendi (1997), telur dan sperma yang baru dikeluarkan dari

tubuh induk, mengeluarkan zat kimia yang berguna dalam proses pembuahan. Zat

yang dikeluarkan oleh telur dan sperma dinamakan Gamone.

Menurut Effendi (1997), apabila telur baru keluar dari tubuh induk dan

bersentuhan dengan air ada dua hal yang akan terjadi. Pertama selaput chorion

akan terlepas dengan selaput vitelline dan membentuk ruang. Ruang ini

dinamakan ruang perivitelline. Masuknya air ke dalam telur disebabkan oleh

perbedaan tekanan osmose dan imbibisi protein yang terdapat pada permukaan

kuning telur.

Gambar 2. Telur Ikan Mas

Page 19: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

6

Secara relatif lapisan telur yang sudah di dalam air adalah keras dan tidak

dapat ditembus oleh spermatozoa kecuali melalui micropyl yang bentuknya

seperti corong. Lubang corong yang besar terletak di bagian luar dan lubang yang

kecil di bagian dalam. Lubang itu demikian kecilnya sehingga tidak mungkin

dapat dilalui oleh sperma lebih dari satu dalam satu waktu. Ketika spermatozoa

masuk ke dalam lubang corong, itu merupakan penyumbat bagi yang lainnya dan

setelah kepala spermatozoa itu masuk, bagian ekornya terlepas. Dengan demikian

pembuahan pada ikan umumnya monosperma dimana kalau sudah masuk satu

spermatozoa akan cepat terjadi perubahan pada bagian microphile. Sesaat setelah

terjadi pembuahan, isi telur agak sedikit mengkerut karena pecahnya rongga

alveoli yang terdapat di dalam telur.

Dengan kejadian tersebut rongga perivitelline lebih membesar sehingga

telur yang telah dibuahi dapat mengadakan pergerakan rotasi selama dalam

perkembangannya sampai menetas. Penetasan telur terjadi karena melembutnya

chorion akibat kerja enzim hasil ekskresi ectoderm (Martini, 2005).

Enzim tersebut dihasilkan oleh kelenjar khusus di dalam tubuh dan bersifat

peka terhadap kondisi lingkungan di luar terutama suhu. Jika embrio dalam

chorion mulai menetas, suatu enzim dihasilkan di dalam daerah kepala ventral.

Enzim penetasan ini dilepaskan di dalam ruang previteline dan melemahkan

chorion sampai akhirnya lapisan chorion ini pecah (Mukti, 2001). Lemah dan

pecahnya chorion akan mengakibatkan telur menetas dan embrio keluar dari

cangkangnya menjadi larva.

Page 20: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

7

2.2. Jamur Saprolegnia sp

Kalsifikasi jamur Saprolegnia sp Menurut Fardiaz (1992), selengkapnya

adalah sebagai berikut:

Kelas : Phycomycetes

Subklas : Oomycetes

Bangsa : Saprolegniales

Suku : Saprolegniaceae

Marga : Saprolegnia

Jenis : Saprolegnia sp.

Jamur Saprolegnia sp termasuk kedalam Klas Phycomycetes, disebut juga

dengan jamur ganggang sebab sifatnya mirip dengan ganggang hanya tidak

mengandung clorofil. Disusun oleh benang-benang hyfa yang tidak mempunyai

sekat pemisah (septa), tetapi bercabang banyak menjadi misellium. Klas

Phycomycetes ialah klas pertama dari jamur dan dianggap berasal dari algae,

(algae-hijau), dan dalam bahasa Belanda jamur ini disebut ”Wierzwammen”. Klas

ini terdiri dari 300 genera dengan 1200 spesies yang umumnya mempunyai fungsi

untuk menghilangkan partikel organik yang ada dalam air tawar (Fardiaz, 1992).

Page 21: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

8

Gambar 3. Jamur Saprolegnia sp

Brown dan Gratzek (1980) dalam Meyer (1991), menyatakan bahwa

infeksi Saprolegnia sp pada telur ikan dapat diminimalisasi dengan mengurangi

bahan organik dalam air dan direndam dalam larutan antifungal. Jamur

Saprolegnia sp adalah jamur air tawar yang hidup di lingkungan air tawar dan

memerlukan air untuk tumbuh dan bereproduksi. Jamur Saprolegnia sp dapat juga

ditemukan di air payau dan air asin. Makanan favorit dari jamur Saprolegnia sp

adalah jaringan organik yang sudah mati. Kita dapat melihat bukti dari jamur

Saprolegnia pada ikan yang mati, telur ikan yang hidup dan yang mati bahkan

pada makanan yang tersisa di air. Jamur akan tumbuh pada telur ikan yang mati

selanjutnya menyebar untuk membunuh telur yang subur. Telur-telur yang

terinfeksi memiliki penutup seperti kapas berbenang halus. Jamur Saprolegnia sp

juga suka makan pada jaringan yang terbuka dan busuk yang disebabkan oleh

infeksi bakteri seperti borok.

Reproduksi jamur dapat berlangsung secara sexual dan asexual. Reproduksi

sexual dapat berlangsung melalui: zygospora, oospora, ascospora atau

Page 22: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

9

basidiospora. Reproduksi sexual berlangsung melalui penggabungan inti dari dua

sel (antheridium + antheridial) untuk menghasilan oogonium atau bakal jamur

(Fardiaz, 1992). Reproduksi asexual (somatic vegetatif) dapat berlangsung

melalui dua proses yaitu sporulasi dan mycelia terpotong.

2.3. Buah Pinang (Areca catechu. L)

2.3.1. Klasifikasi dan Morfologi Pinang

Menurut (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991), sistematika tata nama

pinang diuraikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monokotil

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Areca

Spesies : Areca catechu

Gambar 4. Biji pinang (Areca catechu L)

Page 23: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

10

Tanaman pinang (Areca catechu L.) merupakan tanaman famili Arecaceae

yang dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15

cm. Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan da 4 bulan kemudian mempunyai

jambul daun-daun kecil yang belum terbuka. Pembentukan batang baru terjadi

setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung keadaan tanah.

Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa

hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak

berlekuk-lekuk dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak

perisperm berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus

endosperm yang berwarna agak keputihan (Depkes RI, 1989).

2.3.2. Kandungan dan Srtuktur Kimia Buah Pinang

Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C8 H13 NO2),

arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin terkondensasi,

tannin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak

menguap dan tidak menguap, serta garam (Sirait, 2007).

Gambar 5. Struktur Kimia Buah Pinang

Page 24: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

11

Nonaka (1989), menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung

proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan

flavonoid. Proantosianidin mempunyai efek antibakteri, antivirus,

antikarsinogenik, anti-inflamasi, anti-alergi, dan vasodilatasi (Fine, 2000).

2.5. Kualitas Air

Kualitas air sangat mendukung dalam keberhasilan telur untuk menetas.

Jika kualitas air baik maka proses penetasan akan terjadi antara 24-48 jam.

Martini (2005), menyatakan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi

perkembangan sel telur sejak pembuahan sampai telur menetas antara lain adalah

kandungan oksigen terlarut, suhu dan pH

Suhu mempengaruhi perkembangan dan daya tetas telur. Perkembangan

dan penetasan telur akan lebih cepat pada suhu air tinggi. Djarijah (2001),

mengemukakan bahwa suhu air selama penetasan telur dipertahankan pada

kisaran suhu 22°C-24°C. Susanto dan Rochdianto (2007), mengemukakan bahwa

pada suhu 23°C-26°C telur ikan mas menetas dalam 2 hari (rata-rata 48 jam).

Alabster dan Lloyd dalam Anha, (1993), mengemukakan bahwa

konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk penetasan telur adalah 5 ppm.

Sedangkan pH yang baik bagi perkembangan telur ikan mas adalah pada kondisi

alkalis, pH 6,5 – 9 (Alabster dan Lloyd dalam Anha, 1993).

Page 25: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

12

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan bulan Agustus-September 2015, yang dimulai dari

tahap persiapan sampai telur menetas menjadi larva. Bertempat di Balai Benih

Ikan (BBI) Limbung, Kelurahan Kalebajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat yang digunakan pada penelitian

No Nama Alat Kegunaan

1 Toples kaca volume 3 liter Wadah perendaman dan penetasan telur

2 Perlengkapan Aerasi Mensuplai oksigen

3 Blower Mensuplai oksigen

4 Ember Menampung air media

5 Timbangan Menimbang bahan penelitian

6 Kompor Memasak larutan buah pinang

7 Blender Menghaluskan buah pinang

8 Panci Tempat memasak larutan

9 Gelas ukur 1 L Menakar jumlah air media

10 Saringan Menyaring larutan buah pinang

11 DO Meter Mengukur DO

12 pH Meter Mengukur pH dan suhu

13 Spons Membersihkan alat-alat penelitian

Page 26: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

13

Bahan yang digunakan pada penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada penelitian

No Bahan Kegunaan

1

Telur ikan mas Telur uji

2 Buah Pinang Antibiotik alami

3 Air tawar Media penelitian

4 Akuades Campuran buah pinang

5 Deterjen Mencuci wadah dan alat penelitian

3.3. Telur Uji

Telur berasal dari pemijahan alami dan telur uji tersebut berasal dari Balai

Benih Ikan (BBI) Limbung. Setelah pemijahan dilakukan, telur yang digunakan

untuk penelitian kemudian diambil dengan cara menggunting tali tempat telur

menempel. Telur ikan mas diambil sebanyak 100 butir/wadah perendaman.

Wadah perendaman larutan biji pinang berjumlah 12 buah dan diisi air sebanyak 1

liter/wadah, dengan konsentrasi larutan yang telah ditentukan. Pada penelitian ini,

perendaman telur berlangsung selama 5 menit pada semua perlakuan.

3.4. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan selama penelitian meliputi persiapan

wadah perendaman, persiapan wadah penetasan, persiapan air media, proses

persiapan larutan biji pinang, pengujian larutan biji pinang, metode pengambilan

sampel, serta perlakuan dan penempatan wadah penelitian.

Page 27: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

14

3.4.1. Persiapan Wadah Perendaman

Wadah perendaman yang digunakan adalah toples kaca dengan kapasitas 3

liter air. Sebelum digunakan sebagai wadah perendaman, maka toples terlebih

dahulu dibersihkan dengan menggunakan deterjen dan dibilas dengan air hingga

bersih. Teples kemudian dijemur hingga kering. Siapnya wadah perendaman

ditandai dengan wadah yang telah bersih dan kering. Setelah wadah siap

kemudian diisi dengan air larutan biji pinang sebanyak 1 liter/wadah perendaman

dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Media perendaman yang berisi air

kemudian dipasang perlengkapan aerasi untuk mensuplai oksigen.

3.4.2. Persiapan Wadah Penetasan

Toples kaca yang berkapasitas 3 liter air dicuci dengan air yang telah

dicampur deterjen serta dibilas dengan air hingga bersih. Wadah yang telah siap

diisi air masing-masing sebanyak 2 liter/wadah penetasan. Wadah penetasan juga

dipasang perlengkapan aerasi untuk mensuplai oksigen pada telur yang ditetaskan.

3.4.3. Persiapan Air Media

Air yang digunakan pada penelitian berasal dari sumur bor. Air terlebih

dahulu ditampung dengan menggunakan ember untuk mengendapkan kotoran

yang ikut pada media penelitian. Setelah air diendapkan maka ditakar dengan

menggunakan gelas ukur sebanyak 2 liter kesetiap wadah penetasan. Untuk

mensuplai oksigen kemedia penetasan maka dipasang perlengkapan aerasi untuk

mensuplai oksigen. Perlengkapan aerasi yang telah dihubungkan pada blower

akan dipasang ke masing-masing wadah untuk mensuplai oksigen pada telur uji.

Page 28: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

15

3.4.4. Proses Persiapan Larutan Biji Pinang

Buah pinang yang digunakan adalah buah pinang yang sudah tua, dengan

mengupas buah dan mengambil biji pada pinang tersebut. Biji pinang kemudian

dipecah-pecah sebelum diblender untuk memudahkan pada saat penepungkan biji

pinang tersebut. Tepung biji pinang kemudian diayak untuk memperoleh tepung

yang lebih halus lagi.

Tepung yang dihasilkan kemudian ditimbang dengan menggunakan

timbangan elektrik sesuai dosis yang telah ditentukan yaitu 5000 ppm, 6000 ppm,

dan 7000 ppm. Penetuan dosis tersebut terinspirasi penelitian terdahulu yang

menggunakan formalin dengan dosis berbeda. Penelitian tersebut dipeoleh daya

tetas tertinggi yaitu 96% pada dosis 6 ml/liter air perendaman dengan lama

perendaman 5 menit (Wahyuningsih, 2006). Selain itu pada penelitian ini juga

akan melakukan lama perendaman 5 menit. Penelitian tentang pemanfaatan biji

pinang pada penetasan telur ikan belum pernah dilakukan sebelumnya. Sehingga

diharapkan dengan patokan dosis dan lama perendaman penelitin tersebut, dapat

diperoleh daya tetas yang tinggi tanpa menggunakan bahan kimia.

Penggunaan bahan kimia selama ini, selain harga yang mahal juga

berpotensi resistensi terhadap patogen, serta berdampak negatif bagi lingkungan

dan manusia. Hal tersebut yang menginpirasi perlunya dilakukan penelitian

tentang tanaman obat yang mudah dipeoleh, ramah lingkungan, namun tetap

berfungsi sebagai antibakteri dan jamur dalam mencegah dan mengobati infeksi

bakteri dan jamur pada telur ikan mas.

Page 29: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

16

3.4.5. Pengujian Larutan Biji Pinang

Bubuk biji pinang yang telah ditimbang dibuat larutan dengan konsentrasi

5000 ppm, 6000 ppm, dan 7000 ppm. Setiap dosis larutan uji dibuat sebanyak 3

kali ulangan atau 3 wadah wadah. Bubuk biji pinang dilarutkan dengan

menggunakan air hangat agar kandungan kimia pada biji pinang dapat kelur dan

tidak mengalami penguapan. Larutan perendaman yang telah siap diisi telur uji

sebanyak 100 butir/wadah. Telur kemudian direndam selama 5 menit untuk semua

perlakuan. Telur uji yang telah direndam pada larutan kemudian dipindahkan

sebanyak 100 butir/wadah. Telur diperiksa pada Laboratorium Penyakit Ikan di

Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar untuk melihat tingkat Prevalensi

bakteri atau jamur pada telur ikan mas setelah perendaman larutan biji pinang.

3.4.6. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel larva ikan nila gesit pada setiap perlakuan

yaitu dengan cara acak (random) (Mulia, 2006). Menurut Prayitno et al., (2004)

dan Rokhmani et al., (2004), bahwa pengambilan sampel telur minimal 5% dari

jumlah padat tebar dianggap sudah mewakili dari seluruh populasi di kolam

pembenihan. Prevalensi jamur Saprolegnia sp sebelum perendaman yaitu 92,00%.

3.4.7. Perlakuan dan Penempatan Wadah Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga berjumlah 12 unit (Gazper,

1991).

Page 30: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

17

Adapun perlakuan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Perlakuan A : Perendaman larutan biji pinang 5000 ppm

Perlakuan B : Perendaman larutan biji pinang 6000 ppm

Perlakuan C : Perendaman larutan biji pinang 7000 ppm

Perlakuan D : Tanpa perendaman larutan biji pinang (kontrol)

Gambar 6. Penempatan wadah penelitian

3.5. Peubah Yang di Amati

Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi prevalensi, intensitas

dan kualitas air. Analisis data terhadap jenis parasit pada telur ikan mas, dihitung

berdasarkan nilai prevalensi dengan modifikasi cara (Fernando, et al, 1972 dalam

Hadiroseyani, et al, 2006) sebagai berikut :

A2

B1

D1

D3

B2

C3

C1

A3

D2

B3

A1 C2

Page 31: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

18

3.5.1. Prevalensi (P)

Dimana :

Prev = Prevalensi atau insidensi (%)

n = Jumlah sampel yang terinfeksi jamur (butir)

N = Jumlah sampel yang diamati (butir)

3.5.2. Kualitas Air

Pengamatan tidak hanya dilakukan pada prevalensi serangan jamur,

namun pengamatan juga mencakup kualitas air seperti, pH, suhu, dan oksigen

terlarut (DO). Pengukuran kualitas air dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu jam

07.00 pagi, jam 12.00 siang, 05.00 sore.

3.6. Analisis Data

Untuk mengetahui optimasi larutan biji pinang dengan dosis berbeda

terhadap intensitas dan revalensi jamur pada telur ikan, maka akan dianalisis

secara statistik dengan menggunakan uji ANOVA dengan bantuan program SPSS.

Pada penelitian ini menggunakan uji lanjut Least Significant Differences (LSD).

Page 32: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Prevalensi (P)

Prevalensi jamur pada telur ikan mas setelah penelitian disajikan pada

Tabel 3.

Tabel 3. Prevalensi jamur pada telur ikan mas dari setiap perlakuan.

Perlakuan Ulangan Prevalensi

(%)

Rata-rata

(%) 1 2 3

A 29 25 27 81 27

B 33 31 35 99 33

C 63 62 61 186 62

D 92 91 93 276 92

Keterangan: Huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan

pada taraf 5% (p < 0,05).

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa rata-rata prevalensi jamur pada telur

ikan mas setelah perendaman bervariasi. Prevalensi jamur terendah terdapat pada

perlakuan A (5000 ppm) yaitu 27%, selanjutnya perlakuan B (6000 ppm) yaitu

33%, disusul perlakuan A (7000 ppm) yaitu 62%. Prevalensi tertinggi terdapat

pada perlakuan D (0 ppm) yaitu 92%. Hasil analisis varians (Lampiran 2)

terhadap prevalensi, menujukkan bahwa perlakuan perendaman larutan biji pinang

dengan dosis berbeda, berpengaruh nyata antar perlakuan (p<0,05). Hasil uji

lanjut dengan metode LSD (Lampiran 3), menunjukkan bahwa perlakuan A

berbeda nyata dengan perlakuan B, C, dan D. Perlakuan B berbeda nyata dengan

perlakuan A, C, dan D. Perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan D.

Perlakuan D berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan C. Presentase rata-rata

Page 33: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

20

prevalensi serangan jamur pada setiap perlakuan setelah perendaman larutan biji

pinang disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Rata-rata Prevalensi Serangan Jamur Pada Setiap Perlakuan.

Gambar 7 terlihat bahwa semakin tinggi dosis yang digunakan maka

semakin tinggi pula tingkat prevalensi yang dihasilkan. Tingginya dosis yang

digunakan membuat kandungan larutan semakin aktif dalam menghambat jamur

pada telur ikan mas. Hasil ini sejalan dengan pendapat Nursal dkk (1998) dalam

Rizkiyanti (2003) yang menyatakan bahwa dengan konsentrasi ekstrak yang

semakin tinggi maka kemampuan antibakterialnya semakin besar, akan tetapi

kekampuan antibakterial ekstrak ini memiliki batas optimum. Pada penelitian ini

5000 ppm merupakan batas optimum menghambat bakteri sedangkan dosis yang

lebih tinggi daya hambat bakterinya menurun.

Nonaka (1989), menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung

proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan

27 33

62

92,00

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

A B C D

Pre

va

len

si (%

)

Perlakuan

Page 34: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

21

flavonoid. Proantosianidin mempunyai efek antibakteri, antivirus,

antikarsinogenik, anti-inflamasi, anti-alergi, dan vasodilatasi (Fine, 2000). Fraksi

flavonoid (flavonol, antosianin, flavan-3-ol, dan proantosianidin) dari ekstrak biji

pinang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker, anti bakteri, jamur, dan

virus (Ferguson et al., 2004).

Masduki (1996), menyatakan bahwa tanin juga mempunyai daya anti

bakteri dengan cara mempresipitasikan protein, karena diduga tanin mempunyai

efek yang sama dengan senyawa fenolat. Flavonoid dapat mendenaturasi protein

sel bakteri dan merusak membran sel bakteri tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar

dan Chan, 1986).

Secara umum efek anti bakteri tanin antara lain reaksi dengan membran

sel, inaktivasi enzim dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik bakteri.

Alkaloid dapat menganggu bakteri dengan cara menganggu terbentuknya

jembatan silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga

lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel

tersebut (Robinson, 1995).

Pada perlakuan D (0 ppm) merupakan prevalensi dengan presentase

tertinggi yaitu 92%. Hal tersebut disebabkan tidak adanya senyawa antibakteri

yang mengendalikan serangan jamur pada telur ikan mas, sehingga jamur masih

dapat menempel dan berkembang lebih banyak pada telur ikan.

Page 35: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

22

4.2. Daya Tetas Telur Ikan Mas

Daya tetas telur ikan mas setelah penelitian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Presentase (%) daya tetas telur ikan mas (Cyprinus carpio L) pada setiap

perlakuan.

Perlakuan Ulangan Jumlah

Rata-rata (%)

1 2 3

A 91 95 93 279 93,00

B 92 91 88 271 90,33

C 85 88 89 262 87,33

D 86 89 89 264 88,00

Keterangan: Huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan

pada taraf 5% (p < 0,05).

Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa perlakuan dengan perendaman larutan

biji pinang dengan dosis berbeda, diperoleh rata-rata presentase daya tetas telur

tertinggi pada perlakuan A (5000 ppm) yaitu 93,00%, disusul perlakuan C (6000

ppm) yaitu 90,33%, kemudian perlakuan D (0 ppm) yaitu 88,00%. Perlakuan daya

tetas terendah pada perlakuan C (7000 ppm) yaitu 87,33%.

Hasil analisis varians (Lampiran 5), menujukkan bahwa perlakuan

perendaman larutan biji pinang dengan dosis berbeda, berpengaruh sangat nyata

antar perlakuan (p<0,05). Hasil uji lanjut dengan metode LSD (Lampiran 6),

perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan C dan D, namun tidak berbeda

nyata terhadap perlakuan B. Perlakuan B tidak berbeda nyata terhadap perlakuan

A, C, dan D. Perlakuan C berbeda nyata terhadap perlakuan A, namun tidak

Page 36: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

23

berbeda nyata dengan perlakuan B dan D. Perlakuan D berbeda nyata dengan

perlakuan A, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan B dan C.

Berbagai kandungan antibateri yang dikandung pada biji pinang yang

dapat menghambat dan mengendalikan jamur pada telur ikan mas. Senyawa

antibakteri yang terkandung pada larutan menyebabkan penguraian glukoprotein

lapisan lendir telur meningkat. Meningkatnya penguraian glukoprotein membuat

lapisan lendir semakin menipis sehingga jamur yang menempel ikut berkurang.

Pendapat tersebut sesuai pernyataan (Ghufron, A, 2009), bahwa Lapisan lendir

pada telur yang menipis menyebabkan semakin sedikit cendawan yang menempel,

semakin banyak telur yang hidup, sehingga semakin besar presentase daya tetas

telur ikan mas. Hal tersebut yang membuat perlakuan A (5000 ppm) memperoleh

daya tetas tertinggi diantara semua perlakuan yaitu 93%.

Pada perlakuan B (6000 ppm) dengan presentase daya tetas 90,33%

merupakan perlakuan kedua tertinggi karena tingginya dosis larutan biji pinang

yang membuat lapisan telur mulai menjadi sangat menipis. Tingginya kandungan

senyawa anti bakteri dibandingkan perlakuan A, membuat chorion menjadi bocor

dan berkerut. Bocornya chorion menyebabkan respirasi telur menjadi terganggu

dan akhirnya telur mati sebelum berhasil menjadi larva (Ghufro, A, 2009).

Perlakuan C (7000 ppm) memberikan presentase daya tetas telur terendah

yaitu 70,67%, bahkan lebih rendah dari perlakuan D (0 ppm). Hal ini diduga

bahwa pemberian larutan biji pinang dengan dosis yang tertinggi menyebabkan

telur tidak mampu mentolerir senyawa antibakteri yang terdapat pada larutan.

Konsentarsi larutan yang tinggi menyebabkan tidak adanya keseimbangan

Page 37: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

24

ketahanan lapisan telur dengan senyawa antibakteri pada larutan, sehingga

menyebabkan chorion berkerut. Lapisan chorion yang berkerut menjadikan telur

tidak efektif dalam memperoleh oksigen dalam air sehingga menganggu respirasi

telur dan akhirnya menyebabkan kematian telur sebelum menetas menjadi larva

(Ghufro, A, 2009). Martini (2005), menyatakan bahwa salah satu penyebab tidak

efektifnya perendaman antibakteri disebabkan oleh tingginya konsentrasi dan

lama perendaman.

Tingginya konsentrasi larutan menyebabkan kekeruhan pada media

perendaman semakin tinggi. Hardjamulia (1992), menyatakan, kekeruhan yang

berlebihan dapat mengurangi resistensi terhadap penyakit pada telur,

terhambatnya perkembangan telur dan larva, bahkan menyebabkan kematian

karena permukaan telur tertutup oleh partikel tersuspensi. Dosis yang tinggi pada

perendaman mengakibatkan daya osmotik pada telur menjadi tidak seimbang.

Proses tersebut menyebabkan cairan sitoplasma telur terserap keluar membran,

kemudian sel telur akan mengkerut akibat plasmolisis dan akhirnya telur mati

sebelum menetas (Hayyi A., 2012).

4.4. Kualitas Air

Nilai parameter kualitas air media penetasan selama penelitian disajikan

pada Tabel 5.

Page 38: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

25

Tabel 5. Kisaran parameter kualitas air media penetasan telur ikan mas (Cyprinus

carpio L) setiap perlakuan selama penelitian.

Parameter Perlakuan

A B C B

Suhu (°C) 23-26 23-26 23-26 23-26

pH 6,75 – 7,85 6.85 – 7,82 6,80 – 7,86 6,70 – 7,98

DO (ppm) 4-6 4-6 4-6 4-6

Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan sel telur sejak

pembuahan sampai telur menetas antara lain adalah kandungan suhu, pH, dan

oksigen terlarut (Suseno dalam Martini (2005)). Kualitas air sangat mendukung

dalam keberhasilan telur untuk menetas. Jika kualitas air baik maka proses

penetasan telur ikan mas akan terjadi antara 24 – 48 jam.

Pada Tabel 5, terlihat bahwa suhu setiap media penetasan berkisar antara

23-26°C. Djarijah (2007), yang menyatakan bahwa suhu air selama penetasan

telur dipertahankan pada kisaran suhu 22°C-24°C. Pernyataan tersebut

menujukkan bahwa suhu media penetasan tersebut masih dalam kondisi layak

untuk penetasan telur ikan mas. Pernyataan tersebut didukung oleh Susanto dan

Rochdianto (2007), mengemukakan bahwa pada suhu 23-26°C telur ikan mas

menetas dalam 2 hari (rata-rata 48 jam).

Hasil pengukuran pH (Tabel 6) yang berkisar antara 6,7-7,98 pada wadah

penetasan masih dalam kondisi layak. Hasil pengukuran tersebut sesuai

pernyataan Alabster dan Lloyd dalam Anha (1993), yang menyatakan bahwa pH

yang baik bagi perkembangan telur ikan mas adalah pada kondisi alkalis, pH 6,5-

9. Oksigen terlarut (DO) menurut Djariyah (2007), bahwa konsentrasi oksigen

Page 39: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

26

terlarut optimal untuk penetasan telur ikan mas adalah 5-6 ppm. Hal ini sesuai

dengan hasil pengukuran kualitas air selama penelitian yaitu 4-6 ppm.

Page 40: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

27

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Prevalensi serangan jamur terendah terdapat pada perlakuan A dengan

prevalensi rata-rata 27%.

2. Daya tetas telur ikan lele tertinggi terdapat pada perlakuan A dengan daya

tetas 93,00%.

5.2. Saran

Dosis yang paling akurat pada penelitian yang saya lakukan untuk

mencegah dan mengendalikan serangan jamur pada telur ikan mas yaitu pada

dosis 500 ppm .

Page 41: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

28

DAFTAR PUSTAKA

Adilfiet. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara. Jakarta.

Alam Mahendra, W. 2011. Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Materi

Penyuluhan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Anha. M, 1993. Pengaruh Betadine Terhadap Keberhasilan Penetasan Telur Ikan

Mas (Cyprinus carpio L). Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas

Dharmawangsa. Medan.

Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, p. 55-58.

Djarijah. A, S. 2007. Pembenihan Ikan Mas. Kanasius. Yogyakarta.

Effendi, M.I. 1997. Awal Daur Hidup Ikan. Culture Of Fisheries – Budidaya

Perikanan. Ciamis. Jawa Barat.

Fardiaz Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedi Pustaka Utama.

Jakarta.

Fine, A.M., 2000, Oligomeric Proanthocyanidin Complexes: History, Structure,

and Phytopharmaceutical Applications, Altern Med Rev, 5(2):144-151.

Fujaya.Y, 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Gasperz, V., 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian

Teknik dan Biologi. CV Armico. Bandung.

Ghufron, A, M. 2009. Pemanfaatan Getah Papaya (Carica papaya L.) Kering

Sebagai Sumber Enzim Proteolitik Untuk Meningkatkan Derajat

Pembuahan dan Derajat Penetasan Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L.)

Gunadi, B. 2010. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agromedia Pustaka.

Jakarta.

Hadiroseyani, Y., Hariyadi, P., dan Nuryanti, S. 2006. Inventarisasi Parasit Lele

Dumbo (Clarias sp) di Daerah Bogor. Akuakulture Indonesia. Departemen

Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Hidayatturahman. 2007. Waktu Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Mas

(Cyprinus carpio L) Pada Beberapa Konsentrasi Larutan Fruktosa. Skripsi.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lambung

Mangkurat. Banjar Baru. Kalimantas Selatan.

Hardjamulia. 1992. Resisten Penyakit Pada Telur Ikan Air Tawar. Departemen

Budidaya Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 80 – 90 hal.

Page 42: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

29

Hayyi Abul, A. 2012. Efektivitas Lama Perendaman Telur Lele Sangkuriang

Dalam Ekstrak Daun Jambu Bijiterhadap Serangan Jamur Saprolegnia sp.

Jurnal Perikanan Universitas Padjadjaran.

Martini. A, 2005. Efektivitas Ekstrak Bawang Putih Untuk Mencegah Serangan

Saprolegnia sp Pada Telur Ikan Gurami. Skripsi. Fakultas Pertanian

Jurusan Perikanan Universitas Padjajaran. Bandung.

Masduki, I. (1996). Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu)

terhadap S. aureus dan E. coli. Cermin Dunia Kedokteran 109:21-24.

Meyer, FP. 1991. Aquaculture Disiense and Health Mnagement. American

Society of Animal Science. Jurnal of Animal Science. 69: 4201-4208.

Mukti. A, T. 2001. Poliploidisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Skripsi . Fakultas

Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

Mulia, D.S. 2006. Tingkat Infeksi ektoparasit Proozoa Pada Benih Ikan Nila

(Oreochromis niloticus) di Balai Benih Ikan (BBI) Pandak dan Sidabowa,

Kabupaten Banyumas. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto.

Nonaka, G., 1989, Isolation and structure elucidation of tannins, Pure & Appl.

Chem, 61 (3): 357-360.

Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan, 1986, Penterjemah, Ratna Siri Hadioetomo dkk.

Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Prayitno, S. B. 2004. Prinsip-prinsip Diagnosa Penyakit Ikan. Skripsi. Fakultas

Perikanan dan Kelautan Uiversitas Diponegoro, Semarang.

Putranto. A, 1995. Budidaya Ikan Produktif. Karya Anda. Surabaya.

Rizkiyanti, I., 2003. Potensi Ekstrak Mangrove Sonneratia alba dan Rhizhopora

mucronata untuk pengendalian Bakteri Vibrio harveyi pada udang windu.

Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Edisi

Keenam.Terjemahan: K. Padmawinata. Institut Teknologi Bandung,

Bandung.

Rokhmani. 2004. Beberapa Penyakit Parasiter Pada Budidaya Gurami

(Osphronemus gouramy) di Kabupaten Banyumas. Sains Akuatik 5 (1) hal

21-26.

Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Institusi Teknologi Bandung.

Bandung.

Page 43: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

30

Susanto. H, dan A. Rochdianto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas Di Lahan Kritis.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Suseno. 1983. Suatu perbandingan antara pemijahan alami dengan pemijahan

stipping ikan mas (Cyprinus caprio. L) terhadap derajat fertilitas dan

penetasan telurnya. Tesis magister Fakultas Pasca Sarjana Perikanan.

UGM, Yogyakarta.

Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia,

Balitbang Departemen Kesehatan, Vol I: 64-65.

Wahyuningsih. S. P. A, 2006. Penggunaan Formalin Untuk Pengendalian

Saprolegniasis Pada Telur Ikan Nila Merah (Oreochromis sp). Skripsi.

Fakultas MIPA Jurusan Biologi Universitas Airlangga. Surabaya.

Wang, C.K., and Lee, W.H., 1996, Separation, Characteristics, and Biological

Activities of Phenolics in Areca Fruit, J. Agric. Food Chem., 44(8):2014

-2019.

Page 44: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

31

Lampiran Penelitian

Lampiran 1. Prevalensi jamur pada telur ikan mas pada 100 butir telur

Perlakuan Ulangan Prevalensi

(%)

Rata-rata

(%) 1 2 3

A 29 25 27 81 27

B 33 31 35 99 33

C 63 62 61 186 62

D 92 91 93 276 92

Lampiran 2. Tabel ANOVA Prevalensi Telur Ikan Mas

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Prevalensi

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 8031.000a 3 2677.000 1.071E3 .000

Intercept 34347.000 1 34347.000 1.374E4 .000

Perlakuan 8031.000 3 2677.000 1.071E3 .000

Error 20.000 8 2.500

Total 42398.000 12

Corrected Total 8051.000 11

a. R Squared = ,998 (Adjusted R Squared = ,997)

Page 45: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

32

Lampiran 3. Tabel uji Lanjut LSD Prevalensi Telur Ikan Mas

Multiple Comparisons

Prevalensi

LSD

(I)

Perlaku

an

(J)

Perlaku

an

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

A B -6.0000* 1.29099 .002 -8.9770 -3.0230

C -35.0000* 1.29099 .000 -37.9770 -32.0230

D -65.0000* 1.29099 .000 -67.9770 -62.0230

B A 6.0000* 1.29099 .002 3.0230 8.9770

C -29.0000* 1.29099 .000 -31.9770 -26.0230

D -59.0000* 1.29099 .000 -61.9770 -56.0230

C A 35.0000* 1.29099 .000 32.0230 37.9770

B 29.0000* 1.29099 .000 26.0230 31.9770

D -30.0000* 1.29099 .000 -32.9770 -27.0230

D A 65.0000* 1.29099 .000 62.0230 67.9770

B 59.0000* 1.29099 .000 56.0230 61.9770

C 30.0000* 1.29099 .000 27.0230 32.9770

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 2,500.

*. The mean difference is significant at the 0,05 level.

Page 46: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

33

Lampiran 4. Daya tetas telur ikan mas setelah penelitian

Perlakuan Ulangan Jumlah Telur

(butir)

Jumlah Larva

(ekor)

A

1 100 91

2 100 95

3 100 93

Rata-rata 100 93

B

1 100 92

2 100 91

3 100 88

Rata-rata 100 90,33

C

1 100 85

2 100 88

3 100 89

Rata-rata 100 87,33

D

1 100 86

2 100 89

3 100 89

Rata-rata 100 88

Lampiran 5. Tabel ANOVA daya tetas telur ikan mas.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:HR

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 59.333a 3 19.778 5.050 .030

Intercept 96481.333 1 96481.333 2.463E4 .000

Perlakuan 59.333 3 19.778 5.050 .030

Error 31.333 8 3.917

Total 96572.000 12

Corrected Total 90.667 11

a. R Squared = ,654 (Adjusted R Squared = ,525)

Page 47: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

34

Lampiran 6. Hasil uji LSD daya tetas telur ikan mas.

Multiple Comparisons

HR

LSD

(I)

Perlaku

an

(J)

Perlaku

an

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

A B 2.6667 1.61589 .137 -1.0596 6.3929

C 5.6667* 1.61589 .008 1.9404 9.3929

D 5.0000* 1.61589 .015 1.2737 8.7263

B A -2.6667 1.61589 .137 -6.3929 1.0596

C 3.0000 1.61589 .100 -.7263 6.7263

D 2.3333 1.61589 .187 -1.3929 6.0596

C A -5.6667* 1.61589 .008 -9.3929 -1.9404

B -3.0000 1.61589 .100 -6.7263 .7263

D -.6667 1.61589 .691 -4.3929 3.0596

D A -5.0000* 1.61589 .015 -8.7263 -1.2737

B -2.3333 1.61589 .187 -6.0596 1.3929

C .6667 1.61589 .691 -3.0596 4.3929

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 3,917.

*. The mean difference is significant at the 0,05 level.

Page 48: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

35

Lampiran 7. Foto-foto Selama Penelitian

1. Membersihkan wadah 2. Wadah yang telah dibersihkan

3. Menyiapkan air media 4. Media perendaman

5. Penempatan wadah percobaaan 6. Menyiapkan aerasi

Page 49: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

36

7. Perendaman teur uji 8. Telur hasil pemijahan

9. Telur Sampel 10. Sampel yang diamati.

Page 50: OPTIMASI PERENDAMAN LARUTAN BIJI PINANG ( Areca ) …

37

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Belajen Tanggal 3 Juni 1992

oleh kedua orang tua tercinta ayah Tajang dan Ibu

Muliati, yaitu anak ke 1 dari 4 bersaudara. Adapun

pendidikan yang dilalui yaitu SDN 176 Belajen pada

Tahun 1999 dan Tamat pada Tahun 2005. SMP

Negeri 1 Alla dari Tahun 2005 sampai 2008. Melajutkan pendidikan pada SMA

Muhammadiyah Kalosi Tahun 2008 sampai 2011. Kemudian pada Tahun 2011

penulis melanjutkan kuliah Strata Satu (S1) pada Universitas Muhammadiyah

Makassar (UMM) di Fakultas Pertanian dengan Program Studi Budidaya Perairan

dan selesai pada Tahun 2015 dengan judul skripsi Optimasi Perendaman Larutan

Biji Pinang (Areca catechu L) dengan Dosis Berbeda Terhadap Prevalensi

Serangan Jamur Pada Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio).