manik non psikotik

12
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Palu, APRIL 2015 FKIK Universitas Tadulako Rumah Sakit Daerah Madani REFLEKSI KASUS Nama : Nur Hasira Mustakim Stambuk : N 111 14 038 Pembimbing Klinik : dr. Patmawati, M. Kes., Sp.KJ DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Upload: shyra-mustakim

Post on 28-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nur hasira mustakim

TRANSCRIPT

Bagian Ilmu Kedokteran JiwaPalu, APRIL 2015

FKIK Universitas Tadulako

Rumah Sakit Daerah Madani

REFLEKSI KASUS

Nama:Nur Hasira Mustakim

Stambuk:N 111 14 038

Pembimbing Klinik:dr. Patmawati, M. Kes., Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2015

REFLEKSI KASUS

Identitas Pasien

Nama: Ny. In

Jenis kelamin: Perempuan

Usia: 42 tahun

Alamat: Tawaeli

Status pernikahan: Janda

Pendidikan terakhir: SMA

Pekerjaan: IRT

Agama: Islam

Tanggal Pemeriksaan: 27 April 2015

I. Deskripsi Kasus

Keluhan Utama dan Gejala

Pasien masuk RS madani dibawa oleh keluarganya karena di rumah pasien mengamuk dan mengancam akan membunuh adiknya, dan pasien juga berkeliaran dijalan sambil membawa benda tajam (pisau). Dan berbicara terus menerus. Hal ini berawal saat pasien ingin memberikan kasurnya kepada tetangganya karena tetangganya tidak memiliki kasur namun adik pasien melarang. Kemudian pasien marah kemudian mengambil benda tajam dan mengancam akan membunuh adiknya.

Pada saat wawancara pasien tampak gembira dan hiperaktif dan pasien merasa bahwa dirinya tidak sakit dan sedang dalam keadaan senang dan sehat.

Sebelum kejadian, sehari-hari pasien dapat berinteraksi dengan baik dirumah namun pasien mudah marah dan mengamuk hanya karena permasalahan kecil.

Pasien sudah beberapa kali dirawat di Rumah sakit madani. Karena gejala yang sama yaitu pasien sering mengamuk apabila adahal yang dia tidak sukai. Dan pernah mencoba membunuh suami keduanya karena kesal terhadap suaminya tersebut. Pasien pertama kali dirawat pada tahun 2007. Dan pada tahun 2000 pasien pernah mengkonsumsi obat psikotropik dan putus obat.

Hal ini berawal saat Pasien tidak menginginkan adanya anak kedua sehingga berniat menggugurkan kandungannya namun tidak berhasil, kemudian pasien berhasil melahirkan anak kedua, dan pasien tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia telah melahirkan anak keduanya.

Riwayat Kehidupan Pribadi dan Keluarga

Pasien merupakan anak ke-2 dari 5 bersaudara. Ayah pasien sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Pasien saat ini adalah seorang janda dan sudah 2 kali menikah. Menikah pertama kali pada tahun 1995 dengan seorang warga negara taiwan dan memiliki dua orang anak perempuan, kemudian bercerai. Dan pada tahun 2009 pasien menikah dengan seorang pensiunan polisi. Suami keduanya meninggal dunia pada tahun 2014. Pada saat anak pertamanya duduk di SMP pasien mendapati anaknya mabuk-mabukan. Sebelumnya hubungan pasien dengan keluarga semua baik.

Pasien lahir normal, cukup bulan, di rumah, dan di bantu oleh dukun. Ibu pasien tidak pernah sakit berat selama kehamilan. Pasien anakkedua dari lima bersaudara.

Pasien mendapatkan ASI dari ibunya, pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur, tidak ada riwayat kejang, trauma atau infeksi pada masa ini. Pasien mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya.

Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pasien masuk sekolah dasar di kampungnya pada umur 6 tahun, dan menyelesaikan pendidikan sekolah dasar sampai umur 12 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak seusianya.

Pasien melanjutkan sekolah SMP sampai selesai. Kemudian melanjutkan sekolah ke SMEA (SMA). Hubungan dengan orangtua dan saudara serta lingkungan sekitar baik.

Setelah tamat SMA pasien tidak bekerja, kemudian menikah dan hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik.

II. Emosi yang terlibat

Kasus ini menarik untuk dibahas dimana pasien mengalami peningkatan aktivitas fisik dan mental serta merasakan perasaan bahagia setelah mengalami beberapa masalah.

III. Evaluasi

a.Pengalaman Baik

Pasien cukup kooperatif saat dilakukan wawancara. Pasien juga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan terhadap dirinya.

b. Pengalaman Buruk

Pasien merasa bahwa dirinya sehat dan cenderung menutupi hal-hal yang sebelumnya dialami.

IV. Analisis

Merujuk pada kriteria diagnostif dari PPDGJ III, pasien dalam kasus ini dapat didiagnosa Mania Tanpa Gejala Psikotik. Pedoman diagnostik:

Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran dan terlalu optimistik.

Diagnosis multiaksial

a. Axis I

Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu emosi pasien yang meningkat hanya karena permsalahan kecil sehingga pasien mengancam akan membunuh saudaranya sendiri.

Pada pasien tidak ditemukan hendaya dalam menilai realita, sehinggapasien didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Non Psikotik.

Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita pasien ini, sehingga diagnosis gangguan mental organik dapat disingkirkan dan didiagnosa Gangguan Jiwa non Organik.

Berdasarkan pemeriksaan ditemukan perilaku dan aktivitas psikomotor yang hiperaktif. Pada saat berbicara intonasi meningkat dan berbicara terus menerus. Mood hipertimia. Keadaan ini menimbulkan hendaya sosial, pekerjaan dan waktu senggang. Sehingga berdasarkan PPDGJ III pasien didiagnosa F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik.

b. Axis II

Pasien adalah orang yang pendiam sehingga digolongkan dalam ciri kepribadian tidak khas.

c. Axis III

Tidak ditemukan adanya kelainan organik. Riwayat trauma (-), epilepsi (-), riwayat infeksi berat (-).

d. Axis IV

Pasien tidak menginginkan adanya anak kedua sehingga berniat menggugurkan kandungannya namun tidak berhasil, kemudian pasien berhasil melahirkan anak kedua, dan pasien tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia telah melahirkan anak keduanya.

e. Aksis V

GAF 70-61 beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dslsm fungsi secara umum masih baik.

.

V. PENATALAKSANAAN

a. Farmakoterapi

Tujuan dari penatalaksanaan adalah menekan secara menyeluruh semua gejala-gejala yang muncul dan mengembalikan pasien ke keadaaan dan status mental sebelumnya (keadaan paling baik). Mood, pikiran, dan kebiasaan harus dikembalikan ke kondisi normal, meskipun beberapa gejala mempunyai tingkat keparahan yang berbeda.

Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas sebagai antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% penderita yang diobati dengan haloperidol.

Sedian haloperidol terdapat dalam bentuk tablet : 0,5 mg, 1,5 mg dan 5 mg, serta dalam bentuk likuor (injeksi) : 2 mg/ml dan 5 mg/ml. Besarnya dosis tergantung kepada umur, keadaan fisik dan derajat kehebatan gejalanya. Untuk dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun :

Dosis awal bila gejala sedang : 0,5 mg 2 mg pemberian 2-3 kali per hari.

Dosis awal bila gejala berat : 3 mg 5 mg pemberian 2-3 kali per hari.

Untuk anak 3 -12 tahun : 0,05 mg 0,15 mg per KgBB per hari terbagi dalam 2-3 dosis pemberian.

Selanjutnya dosis secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan dan toleransi tubuh.

Beberapa contoh obat anti mania

b. Psikoterapi suportif

Ventilasi : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan masalahnya atau mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega dan meyakinkan pasien bahwa ia sanggup menghadapi masa-masa sulit dan masalah yang ada.

Persuasi : Memotivasi pasien untuk selalu kontrol dan rajin minum obat secara teratur dan memberikan dukungan kepada pasien bahwa gejala yang dialami akan menghilang dan dapat kembali pulang ke rumah apabila menurut dokter yang merawat keadaannya sudah membaik.

Sugesti: Memberi dukungan dan membangkitkan kepercayaan diri kepada pasien bahwa ia dapat sembuh dan kembali melakukan aktivitas seperti sebelum sakit kalau gejala yang dirasakan pasien.

Desensitisasi: Pasien dilatih bekerja dan terbiasa berada di dalam lingkungan kerja untuk meningkatkan kepercayaan diri.

c. Terapi psikososial

Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang sekitarnya agar mengerti keadaan pasien dan selalu memberi dukungan sosial dengan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan berkala. Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin kontrol ke poliklinik psikiatri dan mengambil obat secara teratur setelah selesai rawat inap dalam program rawat jalan. Mengajarkan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan pendidikannya.

VI. Kesimpulan

Manik adalah keadaan afek yang meningkat dengan peningkatan aktivitas fisik dan mental yang berlebihan serta perasaaan gembira luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa yang terjadi.

Pasien didiagnosis F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik berdasarkan PPDGJ III.

Daftar Pustaka

1. Maslim R (ed). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, PT Nuh Jaya; 2001.

2. Noerhidajati E, Izzudin, Djagat H. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Amplifikasi Somatosensori Pada Penderita dengan Keluhan Nyeri Ulu Hati. Sains Medika Jurnal Kesehatan, 2010: 2 (2); 178-192.

3. Utama H (ed). Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013

4. Sadock B J, Sadock V A. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta; 2010.