hai

12
Hai, Bu, apa kabarmu di sana? Semoga kampung halaman selalu menjagamu. Aku juga berharap, semoga tanah rantau selalu setia menjadi lumbung rindu dariku untukmu. Sehatlah selalu di sana, meski hanya doa dan surat yang kuasa kukirim. Namun, ibu tak perlu risau dengan kondisiku di sini. Hati kita tetap lekat, meski jarak membentang sekian ratus kilometer antara kita. Toh, kita masih berpijak di bumi yang sama. Bu, rindu untukmu akan selalu ada. Diam-diam aku selalu berdoa agar Ibu diberi kesehatan dan panjang usia.

Upload: beny

Post on 09-Jul-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hai

Hai, Bu, apa kabarmu di sana?

Semoga kampung halaman selalu menjagamu. Aku

juga berharap, semoga tanah rantau selalu setia

menjadi lumbung rindu dariku untukmu. Sehatlah

selalu di sana, meski hanya doa dan surat yang kuasa

kukirim. Namun, ibu tak perlu risau dengan kondisiku

di sini. Hati kita tetap lekat, meski jarak membentang

sekian ratus kilometer antara kita. Toh, kita masih

berpijak di bumi yang sama.

Bu, rindu untukmu akan selalu ada. Diam-diam aku selalu berdoa agar Ibu diberi kesehatan dan panjang usia.

Page 2: Hai

Semoga ibu diberi kesehatan dan panjang usia via www.wattpad.com

Selayaknya pria pada umumnya, aku memang cuek

dan tak perasa. Aku tak setiap hari mengirimkan pesan

singkat maupun menelponmu. Aku lebih gemar

menunggumu yang memberi kabar terlebih dahulu.

Mendengar tuturanmu yang menceritakan keadaan

kampung halaman nan jauh di sana mampu sedikit

mengobati rasa rindu di dalam dada.

Page 3: Hai

Selalu ada saat dimana aku merindukan suara bernada

khawatirmu, pertanyaan ingin tahu mengenai ini itu,

atau komentar yang kadang terdengar lucu. Seringnya

lidah ini juga rindu masakanmu. Melahap sarapan,

makan siang, hingga makan malam yang kau buat

dengan penuh cinta. Sampai kapanpun masakanmu

selalu jadi juaranya.

Ibu harus tahu bahwa rindu untukmu selalu ada di dalam dada.

Permasalahan memang tak pernah alpa dari hidup kita. Pahit manis yang pernah dirasa, semoga menempa kita menjadi pribadi yang makin kuat ke depannya.

Page 4: Hai

Terimakasih ibu via www.imagesource.com

Aku pun juga ingin menghaturkan maaf, aku sadar

hingga detik ini masih saja merepotkanmu. Belum lagi

usiaku yang kian bertambah saja. Tak pelak hal inilah

yang membuat para tetangga bergunjing ria.

Membicarakan kelemahanku di sana sini. Membuat

hatimu terluka sekali lagi.

Page 5: Hai

Maafkan aku Bu, karena cukup sering tak acuh

padamu. Larangan yang kau serukan serta imbauan

yang kau harapkan tak pernah kulakukan. Sekarang,

hanya sesal yang bisa kurasakan. Harusnya aku

menuruti semua ucapanmu, agar kau tak perlu malu

ketika para tetangga mengomentariku.

Harusnya aku bisa menggeluti profesi sesuai

keinginanmu, tetapi aku tidak pernah menghiraukan

saranmu. Aku lebih gemar menghabiskan waktu di

kamar, berkutat dengan buku, atau bermain dengan

teman.

Maafkan aku, Bu. Meski aku telah tamat sebagai

sarjana dengan gelar pendidikan di akhir nama, tapi

aku masih belum bisa membalas semua jerih payahmu.

Untuk saat ini, sepertinya hanya maaf yang bisa

kukirim padamu selain doa. Tapi tenang Bu, aku akan

buktikan pada semua orang bahwa aku bukanlah orang

yang seperti mereka bayangkan. Aku bertekad akan

membuatmu bangga karena telah membawaku ke

dunia.

Page 6: Hai

Terimakasih kuucapkan untukmu yang selalu memberikan cinta. Kini giliranku yang sedia menjagamu di sisa usia.

Kini giliranku yang menjagamu di sisa usia via www.radio1.si

Sekali lagi, Bu. Jangan khawatirkan aku karena aku

sudah bukan anak kecil lagi. Meski terkadang aku

Page 7: Hai

selalu manja di pelukanmu. Tapi persepsi jarak inilah

yang membuatku sadar, bahwa aku harus tegar.

Ibu, tunggu aku kembali. Tapi jangan terlalu berharap

aku akan menggeluti profesi yang kau ingini. Aku akan

menggapai cita-citaku sendiri. Melewati batas

kemampuan dan mendobrak halangan di depan mata.

Yang kubutuhkan hanya doa restumu yang tak ada

putusnya. Sudah, itu saja.

Terima kasih untuk semua yang telah kau berikan

padaku. Untuk peluh yang terkucur demi buah hatimu.

Untuk kasih sayang yang tak ada batasnya. Untuk

namaku yang selalu kau selipkan di dalam doa. Terima

kasih, Ibu, wanita luar biasa dengan berjuta cinta.

Darimu, putra yang selalu menyayangimu

Entah berapa lama lagi, tapi aku pasti akan menjadi seorang ibu.

Page 8: Hai

Tapi, apakah aku bisa menjadi sepertimu?

Ibu, sejujurnya aku ketakutan. Aku takut tak bisa

menjadi sepertimu, manusia paling sempurna yang

pernah kulihat.

Kau wanita yang tak pernah meneteskan air mata didepan anak-anakmu, meskipun aku tahu betul betapa terlukanya hatimu. Kau tak pernah menghapus senyum bahagia dari bibirmu, menyembunyikan rasa sakit yang kau rasa.

Ibu, apakah aku bisa menjadi sepertimu? Aku bahkan

sering mengobral air mata saat hatiku sedikit tergores.

Aku bahkan tak akan bisa tersenyum tulus sepertimu,

untuk menutupi rasa sakit yang aku rasa. Bagaimana

jika nanti aku menjadi seorang ibu? Bisakah aku

menjadi sepertimu, yang sanggup menahan sakitnya

Page 9: Hai

hati, tersenyum tulus, dan tak biarkan anak-anakmu

melihat air matamu sekalipun?

Ibu, mengapa aku rasanya tak sanggup untuk menjadi

sepertimu? Menjadi seorang ibu yang bahkan tak

pernah berteriak kesal karena kelakuan nakal anak-

anakmu. Ibu, bagaimana caranya untuk bisa meredam

amarahmu begitu hebatnya? Kau seperti lautan yang

tenang, bahkan tak pernah sekalipun ku lihat riaknya.

Aku malu bu, aku bahkan bisa meledak hebat hanya

karena hal kecil. Aku malu jika suatu saat nanti anakku

melihat bagaimana dahsyatnya ledakan amarahku. Apa

yang mereka pikirkan? Aku takut mereka

menganggapku seorang monster. Ibu, tolong ajari aku

untuk bisa tenang sepertimu.

Ibu, bisakah aku menjadi wanita kuat sepertimu? Kau

tak pernah mengeluh sedikitpun, walaupun aku tahu

bagaimana letihnya dirimu mengerjakan semua tugas

sebagai ibu.

Page 10: Hai

Kau bangun sebelum sebelum matahari terbit, dan tak akan pergi tidur sebelum memastikan anakmu telah lelap.

Ibu, aku bahkan tak sanggup membayangkan

bagaimana lelahnya tugas untuk menjadi seorang ibu.

Bagaimana caranya untuk bisa menjadi sepertimu, ibu?

Ibu, bisakah kelak aku menjadi wanita yang ikhlas

melakukan apapun demi anakku? Bisakah aku menjadi

sepertimu yang berkata sangat kenyang ketika kau

hanya memakan nasi, dan memberikan lauknya untuk

anakmu ini? Mungkinkah aku bisa menahan rasa

kantuk saat menjaga anakku nanti, seperti kau yang

tetap terjaga menjagaku saat aku sakit dulu? Ibu,

tolong berikan aku sedikit rasa ikhlas yang kau miliki,

agar aku bisa menjadi sepertimu.

Ibu, apakah kau tak pernah merasa sedih sedikitpun? Apakah kau tak pernah merasa marah

Page 11: Hai

sekalipun? Atau mungkinkah kau tak tahu ada kata lelah yang bisa kau ucapkan saat tugasmu sebagai ibu tak pernah usai? Ibu, mungkinkah aku bisa menjadi sepertimu?

Sebenarnya aku tahu, bahwa aku tak akan pernah bisa

menjadi sepertimu. Tapi doakan dan tolonglah aku

agar bisa menjadi ibu yang baik, meskipun aku ingin

menjadi ibu yang sempurna sepertimu. Ibu, saat aku

kelak telah memiliki anak dan menjadi seorang ibu,

tolong tegur aku jika kau melihatku menangis di

hadapan anakku. Ibu, tolong ingatkan aku untuk selalu

tersenyum di hadapan anakku meskipun aku

merasakan sakit. Ibu, bantulah aku untuk bisa tenang

sepertimu, meskipun aku sedang kecewa dan marah.

Ibu, kau sering berkata bahwa semua rasa ikhlas dan

mengalah akan tumbuh saat kelak aku menjadi

seorang ibu. Jika memang hal itu benar, apakah aku

bisa menjadi sepertimu, ibu?

Page 12: Hai