Download - colles fracture
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur radius distal ataupun Fraktur Colles adalah salah satu dari macam fraktur
yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan
tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh
dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian
menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat
keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan
fraktur tulang radius.
Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa.
Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius distalis
pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles. Ini adalah fraktur yang
paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan
permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki
riwayat jatuh pada tangan yang terentang.
Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam
posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan
menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan
persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius terjadi dislokasi ke arah
dorsal, radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari
prosesus styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah
radial menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal. Momok cedera tungkai atas adalah
kekakuan, terutama bahu tetapi kadang-kadang siku atau tangan. Dua hal yang harus terus
menerus diingat :
(1) pada pasien manula, terbaik untuk tidak mempedulikan fraktur tetapi berkonsentrasi
pada pengembalian gerakan;
1
(2) apapun jenis cedera itu, dan bagaimanapun cara terapinya, jari harus mendapatkan
latihan sejak awal.1,2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.1 Cedera yang digambarkan oleh Abraham
Colles pada tahun 1814 adalah fraktur melintang pada radius tepat di atas pergelangan
tangan, dengan pergeseran dorsal fragmen distal.2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Fraktur distal radius terutama ‘fraktur Colles’ lebih sering ditemukan pada wanita, dan
jarang ditemui sebelum umur 50 tahun. Secara umum insidennya kira-kira 8 – 15% dari
seluruh fraktur dan diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu survey epidemiologi yang
dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74,5% dari seluruh fraktur pada lengan bawah
merupakan fraktur distal radius. Umur di atas 50 tahun pria dan wanita 1 berbanding 5.
Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan wanita lebih kurang sama di mana fraktur
Colles lebih kurang 60% dari seluruh fraktur radius. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri.
Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 –
59 tahun.2
2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
usia lanjut
postmenopause
2
massa otot rendah
osteoporosis
kurang gizi
olahraga seperti sepakbola dll
aktivitas seperti skating, skateboarding atau bike riding
kekerasan
ACR (albumin-creatinin ratio) yang tinggi efek ini kemungkinan disebabkan oleh
gangguan sekresi 1,25-dihidroksivitamin D, yang menyebabkan malabsoprsi
kalsium.1,2,3
2.4 ANATOMI
Tulang radius ke arah distal membentuk permukaan yang lebar sampai persendian dengan
tulang carpalia. Dan peralihan antara dense cortex dan cancellous bone pada bagian distal
merupakan bagian yang sangat lemah dan mudah terjadi fraktur. Penting sekali diketahuii
kedudukan anatomis yang normal dari pergelangan tangan, terutama posisi dari ujung distal
radius.
Perlu diperhatikan 3 ukuran yang utama :
1. Radial height :
Yaitu jarak proccesus styloideus radii terhadap ulna. Diukur dari jarak antara garis
horizontal yang ditarik melalui ujung procesus styloideus radii dan melalui ujung distal
ulna. Ukuran normalnya kira-kira 1 cm.
2. Derajat “ulna tilt” atau “ulna deviation” dari permukaan sendi ujung distal
radius pada posisi anterior posterior.
Normal, permukaan sendi ini letaknya miring menghadap ke ulnar. Derajat miringnya
diukur dari besarnya sudut antara garis horizontall yang tegak lurus pada sumbu radius
3
dan garis yang sesuai dengan permukaan sendi. Normal : 15 – 30 derajat, rata-rata 23
derajat.
3. Derajat “volar tilt” (volar deviation) dari permukaan sendi radius pada posisi
lateral.
Normal : permukaan sendi ini miring menghadap kebawah dan kedepan. Besarnya
diukur dengan sudut antara garis horizontal tegak lurus sumbu radius dan garis yang
sesuai dengan permukaan sendi. Normal : 1 – 23 derajat, rata-rata 11 derajat.2,3
Alat-alat gerak yang meliputi ini ialah :
1. Posterior :
Berbentuk cembung dan terdapat sekumpulan tendon/otot extensor yang mempunyai
fungsi ekstensi.
2. Anterior :
Berbentuk cekung dan terdapat sekumpulan tendon/otot fleksor yang mempunyai fungsi
fleksi lengan bawah dan tangan. Dan pada bagian dalam ada: m. pronator quadratus
yang berjalan menyilang dan berfungsi terutama untuk pronasi.
3. Lateral :
Tampak m. supinator longus yang mempunyai insersi pada procesus. styloideus radii
yang mempunyai fungsi utama sebagai supinasi.2,3
Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum dan
navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian distal
sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan dorsal, dan ligament
radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligament dan
simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis, yang melekat
dengan semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral
4
ulna. Ligamen kolateral ulna bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis
bersama ligament radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius dan
ulna, disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage
complex).
Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensinya pergelangan tangan serta
gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90 derajat oleh
karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatum-
kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak
rotasi.1
Gambar 1a. Sudut normal sendi radiokarpal di bagian ventral (tampak lateral)
Gambar 1b. Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiokarpal
5
Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat pada bagian palmar
(ventral) seperti diperlihatkan pada gambar 1a. Fraktur yang melibatkan angulasi ventral
umumnya berhasil baik dalam fungsi, tidak seperti fraktur yang melibatkan angulasi dorsal
sendi radiokarpal yang pemulihan fungsinya tidak begitu baik bila reduksinya tidak
sempurna. Gambar 1b memperlihatkan sudut normal yang dibentuk tulang ulna terhadap
sendi radiokarpal, yaitu 15 - 30 derajat. Evaluasi terhadap angulasi penting dalam perawatan
fraktur lengan bawah bagian distal, karena kegagalan atau reduksi inkomplit yang tidak
memperhitungkan angulasi akan menyebabkan hambatan pada gerakan tangan oleh ulna.1
Anatomi dan Biomekanik Antebrakhii Distal
Bagian antebrakhii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya kira-kira
1,5 – 2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemui bagian tulang distal radius yang relatif
lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan tulang spongiosa dekat sendi.
Dorsal radius bentuknya cembung dengan permukaan beralur-alur untuk tempat lewatnya
tendon ekstensor.
Bagian volarnya cekung dan ditutupi oleh otot pronator quadratus. Sisi lateral radius
distal memanjang ke bawah membentuk prosesus styloideus radius dengan posisi yang lebih
rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian ini merupakan tempat insersi otot
brakhioradialis.2
Pada antebrakhii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan sendi
radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas permukaan
sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen antara lain :
1. Ligamentum Carpeum volare (yang paling kuat).
2. Ligamentum Carpaeum dorsale.
3. Ligamentum Carpal dorsale dan volare.
4. Ligamentum Collateral.
6
Anatomi Pergelangan Tangan
Anterior
a. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum flexorum dari
medial ke lateral
7
1) Tendo musculus flexor carpi ulnaris
2) N. Ulnaris
3) A. Ulnaris
4) Ramus cutaneus palmaris nervi ulnaris
5) Tendo musculus palmaris longus
6) Ramus cutaneus nervi medianus
b. Struktur ini berjalan di bawah retinaculum musculorum flexorum dari medial ke lateral
1) Tendo musculus flexor digitorum superficialis
2) N. Medianus
3) Tendo musculus flexor policis longus
4) Tendo musculus flexor carpi radialis
Posterior
a. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum extensorum dari
medial ke lateral
1) Ramus cutaneus dorsalis(posterior)nervi ulnaris
2) Vena basilica
3) Vena cepalica
4) Ramus superficialis nervi radialis
b. Struktur ini berjalan di bawah retinaculum musculorum extensorum dari medial ke
lateral
1) Tendo musculus extensorum carpi ulnaris
2) Tendo musculus extensor digiti minimi
8
3) Tendo musculus extensor digitorum et indicis
4) Tendo musculus extensor policis longus
9
Gambar . Inervasi lengan
Persarafan
1. Lateral cord
a. Lateral pectoral nerve
b. Musculocutaneous nerve
c. Lateral root of median nerve
2. Medial cord
a. Medial pectoral nerve
b. Medial cutaneous nerve of arm
c. and medial cutaneous nerve of forearm
d. Ulnar nerve
e. Medial root of median nerve
3. Posterior cord
a. Upper and lower subscapular nerves
b. Thoracodorsal nerve
c. Axillary nerve
d. Radial nerve
Jenis Pergerakan pada Pergelangan Tangan/Articulatio radiocarpalis(sendi
pergelangan tangan)
a. Articulatio : antara ujung distal radius dan discus articulaticularis di sebelah tas
dengan os lunatum, os triquetrum, dan os scapoideum
Tipe : sendi episoidea sinovial
10
Persarafan : N. Interossea anterior dan ramus profundus nervi radialis
1) Flexio, dilakukan oleh M. Flexor carpi radialis, M. Flexor carpu ulnaris, M. Palmaris
longus, dan dibantu otot lain
2) Extentio, dilakuakn oleh M. Carpi radialis longus, M. Extensor capi radialis brevis,
M. Extensor carpi ulnaris
3) Abductio, M. Flexor carpi radialis
b. Articulatio radioulnaris distalis
Aryticulatio : antara caput ulan dan incisura ulanris radii
Tipe : sendi pivot sinovila
Persarafan : nervus interosseus anterior dan ranmus profundus nervi radialis
1) Pronatio, dilakukan oleh M. Pronator teres dan M. Pronator quadratus
2) Supinatio, dilakukan oleh M. biceps brachii damn M. Supinator
11
Berdasarkan anatomi dan hubungan dengan posisi tangan pada saat jatuh, bagian
yang mungkin mengalami kerusakan adalah radius distal, ulna distal, ossa carpal serta
jaringan yang ada disekitar tulang yang mengalami fraktur.
Pada saat jatuh terpeleset, posisi tangan berusaha untuk menahan badan dalam posisi
terbuka dan pronasi. . Lalu dengan terjadinya benturan yang kuat, gaya akan diteruskan ke
daerah metafisis radius distal dan mungkin akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di
mana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan.
Sehingga tulang yang kemungkinan mengalami fratur pada posisi tersebut adalah radius
distal dan os scaphoideum.
12
Colles fracture Scaphoid fracture
Dengan posisi tangan pada saat jatuh seperti gambar di atas, maka gaya yang kuat akan
berlawanan arah ke daerah pergelangan tangan. Dan seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa yang mungkin mengalami fraktur adalah distal radius sebab dilihat dari
struktur jaringannya saja tulang daerah tersebut memang rawan patah.1,2,3
Gerakan Pada Pergelangan Tangan
Sendi radioulnar distal adalah sendi antara ‘cavum sigmoid radius’ (yang terletak
pada bahagian dalam radius) dengan ulna. Pada permukaan sendi ini terdapat ‘fibrocartilago
triangular’ dengan basis melekat pada permukaaan inferior radius dan puncaknya pada
prosesus styloideus ulna. Sendi ini membantu gerakan pronasi dan supinasi lengan bawah,
di mana dalam keadaan normal gerakan ini membutuhkan kedudukan sumbu sendi
radioulnar proksimal dan distal dalam keadaan ‘coaxial’.
Adapun nilai maksimal rata-rata lingkup sendi dari pronasi dan supinasi sebagai berikut :
1. pronasi = 80 - 900
2. supinasi = 80 – 900
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran lingkup sendi ini,
siku harus dalam posisi fleksi 900 sehingga mencegah gerakan rotasi pada humerus (Kaner,
1980; Kapanji, 1983).
Sendi Radio Carpalia merupakan suatu persendian yang kompleks, dibentuk oleh
radius distal dan tulang carpalia ( os navikulare dan lunatum ) yang terdiri dari ‘inner dan
outer facet’. Dengan adanya sendi ini tangan dapat digerakkan ke arah volar, dorsal, radial
dan ulnar secara sirkumdiksi. Sedangkan gerakan rotasi tidak mungkin karena bentuk
permukaan sendi ellips.
Rata-rata gerakan maksimal pada pergelangan tangan adalah sebagai berikut :
1. fleksi dorsal = 50 – 800.
13
2. fleksi volar/palmar= 60 – 850
3. deviasi radial = 15 - 290
4. deviasi ulnar = 30 – 460
Menurut American Acadeny of Orthopaedic Surgeon untuk pengukuran lingkup
sendi ini dilakukan dengan memakai goniometer, dalam posisi pronasi secara normal sendi
radio carpalia ini mempunyai sudut 1 – 230 ke arah palmar polar, jadi fraktur yang mengarah
pada volar akan mempunyai prognosa baik.2
2.5 KLASIFIKASI
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius distal.
Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan
sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe berikut :
Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler
Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler
Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi radioulnar
Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi
radioulnar
14
Gambar sistem klasifikasi oleh Frykman
2.6 PATOGENESIS
Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur Colles dapat timbul setelah penderita
terjatuh dengan tangan posisi meyangga badan.2,3
Pada saat terjatuh sebahagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian
tangan, kemudian baru diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang
pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.
Khusus pada fraktur Colles’ biasanya fragmen distal bergeser ke dorsal, tertarik ke
proksimal dengan angulasi ke arah radial serta supinasi. Adanya fraktur prosesus styloid
ulna mungkin akibat adanya tarikan triangular fibrokartilago atau ligamen ulnar collateral
15
Berdasarkan percobaan cadaver didapatkan bahwa fraktur distal radius dapat terjadi,
jika pergelangan tangan berada dalam posisi dorsofleksi 40 – 900 dengan beban gaya tarikan
sebesar 195 kg pada wanita dan 282 kg pada pria.
Pada bagian dorsal radius frakturnya sering komunited, dengan periosteum masih
utuh, sehingga jarang disertai trauma tendon ekstensor. Sebaliknya pada bahagian volar
umumnya fraktur tidak komunited, disertai oleh robekan periosteum, dan dapat disertai
dengan trauma tendon fleksor dan jaringan lunak lainnya seperti n. medianus dan n. ulnaris.
Fraktur pada radius distal ini dapat disertai dengan kerusakan sendi radio carpalia dan radio
ulna distal berupa luksasi atau subluksasi. Pada sendi radio ulna distal umumnya disertai
dengan robekan dari triangular fibrokartilago.3,4,5
Mekanisme terjadinya fraktur :
Biasanya disebabkan karena trauma langsung, atau sebagai akibat jatuh dimana sisi
dorsal lengan bawah menyangga berat badan.
Secara ilmu gaya dapat diterangkan sebagai berikut :Trauma langsung dimana lengan
bawah dalam posisi supinasi penuh yang terkunci dan berat badan waktu jatuh memutar
pronasi pada bagian proximal dengan tangan relatif terfixir pada tanah. Putaran tersebut
merupakan kombinasi tekanan yang kuat dan berat, akan memberikan mekanisme yang
ideal dari penyebab fraktur Smith.
Trauma lain diduga disebabkan karena tekanan yang mendadak pada dorsum manus,
dimana posisi tangan sedang mengepal. Ini biasanya didapatkan pada penderita yang
mengendarai sepeda yang mengalamii trauma langsung pada dorsum manus.1,2,3
2.7 MANIFESTASI KLINIS
Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum radiografi
diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan punggung
pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin
hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan.1
16
Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di
daerah yang terkena.
Gambar 3. Dinner fork deformity
Pada saat terjadi fraktur, terjadi kerusakan korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan
jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut yaitu terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitar. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang
dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Lalu terjadilah respon
inflammasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik dengan ditandai vasodilatasi dari plasma dan
leukosit. Tentunya hal tersebut merupakan salah satu upaya tubuh untuk melakukan proses
penyembuhan dalam memperbaiki cidera, dimana tahap tersebut menunjukkan tahap awal
penyembuhan tulang. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga
meningkatkan tekanan kapiler, lalu menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan
menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf nyeri, sehingga
terjadilah nyeri tekan. 1,2,3,4,5,6
2.8iiiDIAGNOSIS
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara
klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi tanpa
17
dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah
tulang.1,2
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur
kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Pada gambaran radiologis dapat
diklasifikasikan stabil dan instabil.1,2
Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan.
Instabil bila patahnya kominutif dan “crushing” dari tulang cancellous.
Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh..
Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan prosesus
stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius (1) bergeser dan miring ke belakang, (2)
bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami
peremukan dan kominutif yang hebat.2
Gambar 4. (a) deformitas garpu makan malam, (b) fraktur tidak masuk dalam sendi
pergelangan tangan, (c) Pergeseran ke belakang dan ke radial
Proyeksi AP dan lateral biasanya sudah cukup untuk memperlihatkan fragmen fraktur.
Dalam evaluasi fraktur, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :
1. Adakah fraktur ini juga menyebabkan fraktur pada prosesus styloideus ulna atau pada
collum ulna ?
18
2. Apakah melibatkan sendi radioulnar ?
3. Apakah melibatkan sendi radiokarpal ?
Proyeksi lateral perlu dievaluasi untuk konfirmasi adanya subluksasi radioulnar
distal. Selain itu, evaluasi sudut radiokarpal dan sudut radioulnar juga diperlukan untuk
memastikan perbaikan fungsi telah lengkap.1,2,3,5
Gambar .Gambaran radiologi fraktur dan abnormalitas distal lengan bawah
Pada x-ray menunjukkan fraktur angulasi dorsal dari metaphysis distal radius (2-3 cm
proksimal ke pergelangan tangan).
Fraktur yang mencapai ke persendian, disebut fraktur intra-artikular sedangkan fraktur yang
tidak mencapai persendian disebut fraktur eksta-artikular.
Dinner fork deformity merupakan temuan klinis klasik dan radiologi pada fraktur colles.
Dislokasi dan angulasi dorsal dari fragmen distal radius mengakibatkan suatu bentuk garis
pada proyeksi lateral yang menyerupai kurva garpu makan malam.1,2,3,5,7
19
Gambar . Perbandingan radiologi
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
e. Pemerikasaan rontgen, menentukan luasnya fraktur, trauma.1,2,3
20
f. Scan tulang, tomogram, memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi jaringan lunak
Ht mungkin meningkat (Hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan bermakna pada
sisi fraktur / organ jauh pada trauma multiple). Kreatmin, trauma otot meningkat beban
creatrinin untuk klirens ginjal.2,3,4
2.10 PENATALAKSANAAN
Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam slab gips
yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut kuat
dalam posisinya.
Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan erat
dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi
pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian didorong ke
tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi pergelangan
tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudian diperiksa dengan
sinar X. Kalau posisi memuaskan, dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di
bawah siku sampai leher metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab
21
ini dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar yang
ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah.2,3,5
Gambar 5. Reduksi : (a) pelepasan impaksi, (b) pronasi dan pergeseran ke depan, (c)
deviasi ulnar. Pembebatan : (d) penggunaan sarung tangan, (b) slab gips yang
basah, (f) slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras
Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari
segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis
atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.
Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru; pergeseran
ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun
manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi.
Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan
secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep
sementara.1,4,5,6
22
Gambar 6. (a) Film pasca reduksi, (b) gerakan-gerakan yang perlu dipraktekkan oleh
pasien secara teratur
Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips; untuk
keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang mentransfiksi
radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar metakarpal kedua dan
sepertiga.2,3
Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan
komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles tipe IA atau IB dan tipe
IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus
darurat dan diserahkan pada ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip
yang perlu diketahui, sebagai berikut :
Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan dorsal
sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen
Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23 derajat di
sebelah palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak
Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut ini dapat
dengan mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang lama sampai
terjadi proses penyembuhan kecuali difiksasi.
Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka
beberapa hal berikut dapat dilakukan :
23
1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional
2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese finger traps
dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi. Beban seberat 8-10
pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau sampai fragmen disimpaksi.
3. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan menggunakan
ibu jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen proksimal menggunakan jari-jari
lainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan, maka beban dapat diturunkan.
4. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau midposisi
terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan 20 derajat deviasi ulna.
5. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan pemasangan
anteroposterior long arms splint
6. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk memastikan bahwa telah
tercapai posisi yang benar, dan juga pemeriksaan pada saraf medianusnya
7. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam untuk
mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya dilakukan
sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan dua minggu pasca
trauma. Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6 minggu, sedangkan
untuk fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12 minggu.1,2
24
Gambar 7. Reduksi pada fraktur Colles
PENATALAKSANAAN DAN REHABILITASI
Manajemen pada trauma tulang dan sendi
4 R :
1. Recognized : look, feel, move, X- ray
2. Reposition : Menyesuaikan fragment distal terhadap fragment proximal sehingga
mencapai posisi acceptable
3. Retain : Imobilisasi atau fiksasi luar ,fiksasi dalam
4. Rehabilitation : Mengembalikan fungsi secepat mungkin dan menghindari
kecacatan.1,2,3
25
Pertolongan Pertama
1. Rest.
Daerah yang mengalami fraktur harus diposisikan dalam keadaan istirahat. Beri
bantalan dan letakan pada palmar lalu balutkan secara sirkumferensial dan biarkan
ujung jari terbuka, tambahkan papan penahan di bawah pergelangan untuk mencegah
pergerakan.
2. Elevate , tinggikan bagian yang patah,terutama pada 72 jam pertama untuk mereduksi
pembengkakan
3. ICE. Beri es intuk mereduksi pembengkakan dan rasa sakit
4. Segera bawa ke bagian gawat darurat
5. Jangan menggerakkan tangan
Reposisi
Dilakukan apabila terjadi pergeseran yang bermakna. Dilakukan reposisi manipulatif
setelah dilakukan anestesi umum. Dilakukan dengan menekan fragmen bawah yang bergeser
dengan ibu jari operator, pada saat yang sama dilakukan rotasi pada karpus ke posisi. Lalu
dipasang gips selama 6 minggu, lakukan x- ray setelah 2 minggu untuk memeriksa formasi
tulang.
Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi yaitu :
Mempertahankan fungsi otot dan sendi
Mencegah atrophi otot, adhesi, & stiffness
Mencegah komplikasi
26
Cara rehabilitasi :
1. Latihan dini seperti dengan melakukan kontraksi dan disertai gerakan pada daerah yang
terkena fraktur
2. Penggunaan secara aktif
Menggunakan anggota yang fraktur untuk aktivitas senormal mungkin, segera setelah
nyeri hilang.
Tujuan latihan yaitu :
1. Memperbaiki gerakan sendi (ROM)
2. Strengthening pada otot
2.9 KOMPLIKASI
Penting karena komplikasi ini akan mempengaruhi hasil akhir fungsi yang tidak
memuaskan. Umumnya akan selalu ada komplikasi. Menurut Cooney, hanya ada 2,9%
kasus yang tidak mengalami disabiliti dan gangguan fungsi.
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi :
A. DINI
1. Kompresi / trauma saraf ulnaris dan medianus
2. Kerusakan tendon
3. Edema paska reposisi
4. Redislokasi
B. LANJUT
1. Arthrosis dan nyeri kronis
2. Shoulder Hand Syndrome
3. Defek kosmetik ( penonjolan styloideus radius )
27
4. Ruptur tendon
5. Malunion / Non union
6. Stiff hand ( perlengketan antar tendon )
7. Volksman Ischemic Contracture
8. Kompressif Neuropathy
9. Ruptur Tendon
10. Redislokasi
11. Stiff Hands
12. Gangguan gerakan dan fungsi
13. Kontraktur Dupuytrens
28
BAB III
KESIMPULAN
1. Fraktur colles merupakan Fraktur radius distal
2. Fraktur colles umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan
biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia.
3. Manifestasi klinis fraktur colles berupa : Dinner fork deformity, nyeri tekan, nyeri
ketika bergerak,keterbatasan ROM, swelling
4. Sistem klasifikasi fraktur Colles yang dijelaskan oleh Frykman ada 4 tipe
5. Diagnosa fraktur colles dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
radiologis
6. Penataksanaan terdiri dari (1)pertolongan pertama : rest, elevate, ice, segera bawa ke
bagian gawat darurat ,jangan menggerakkan tangan, (2) manajemen pada trauma
tulang dan sendi: recognized, reposition, retain, rehabilitation
7. komplikasi dini: kompresi / trauma saraf ulnaris dan medianus,kerusakan tendon,
edema paska reposisi, redislokasi. komplikasi lanjut : arthrosis dan nyeri kronis,
shouldr hand syndrome, defek kosmetik ( penonjolan styloideus radius ), ruptur
tendon, malunion / non union, stiff hand ( perlengketan antar tendon ), volksman
ischemic contracture, kompressif neuropathy, ruptur tendon, redislokasi, stiff hands,
gangguan gerakan dan fungsi, kontraktur dupuytrens
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat.R.. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2. Jakarta. EGC : 2004
2. Apley. Alan Graham , Solomon. Louis. Apley's System of Orthopaedics and
Fractures. Butterworth-Heinemann,
3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Malang : Yarsif
Watampone: 2003
4. Nelson. David L .Distal Fractures of the Radius. Access from
www.emedicine.com. On 28 july 2011
5. Dios.RR. Distal Radial Fracture Imaging.. Access from www.emedicine.com.
On 28 july 2011
6. Mansjoer, A,. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media
Aesculapius.Jakarta : 2000
7. Hoynak. Bryan.C. Wrist Fracture in Emergency Medicine. Access from
www.emedicine.com. On 29 july 2011
30