pendampingan mahasiswa dalam pelaksanaan stimulasi
Post on 07-Nov-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pendampingan Mahasiswa dalam Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
Balita di Provinsi Bali
Tim Pelaksana:
dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPHDr. dr. Anak Agung Sagung Sawitri, MPH
Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, SpA(K)dr. Putu Cintya Denny Yuliyatni, MPH
dr. Wayan Citra Wulan Sucipta Putri, MPHdr. Putu Aryani, MIH
dr. Ni Luh Putu Ariastuti, MPHdr. I Made Dwi Ariawan, S.Ked
Latar belakang kegiatan
• Program SDIDTK telah lama berjalan namun data terkait implementasiSDIDTK masih kurang dan data menunjukkan pelaksanaan SDIDTK di beberapa daerah belum optimal.
• Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2015 menunjukkan cakupanpelayanan kesehatan bayi secara umum mencapai 94,2%, telahmelampaui target renstra sebesar 90%, kecuali Kota Denpasar (85,5%) dan Kabupaten Karangasem (78,8%).
• Cakupan pelayanan kesehatan balita secara umum mencapai 92,9% yang juga telah mencapai target renstra sebesar 85%, kecualiKabupaten Karangasem (74,9%).
• Salah satu strategi Kemenkes RI untuk meningkatkan cakupanpelayanan kesehatan ibu dan anak adalah dengan melibatkan institusipendidikan kesehatan sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat.
• Dengan melibatkan mahasiswa, diharapkan dapat menjangkau ibuhamil dan balita yang jumlahnya tidak sebanding dengan proporsitenaga kesehatan.
• Strategi ini telah dilakukan di beberapa provinsi di Indonesia tetapibelum pernah di Provinsi Bali. Selain itu, strategi tersebut belumberfokus pada upaya peningkatan pemantauan dan stimulasiperkembangan anak.
Latar belakang kegiatan…………..lanjutan
Tujuan kegiatan
• Mengetahui efektivitas pendampingan mahasiswa untukmeningkatkan pelaksanaan SDIDTK pada anak balita di Provinsi Bali.
• Menghasilkan rekomendasi pendampingan pelaksanaan SDIDTK terintegrasi kegiatan perkuliahan yang berlaku
• Meningkatkan cakupan pelaksanaan SDIDTK di tingkat komunitas
Sasaran dan lokasi kegiatan
SASARAN
• Mahasiswa, balita, ibu balita, dokter dan bidan puskesmas, bidan praktikswasta, dokter spesialis anak, kader serta guru PAUD/TK/RA/TPA yang terdapat di lokasi kegiatan.
LOKASI
• Kegiatan dilaksanakan di Kota Denpasar dan Kabupaten Karangasemdengan 2 pertimbangan:
- Keterwakilan karakteristik sosial demografi di daerah rural dan urban
- Memiliki cakupan pelayanan bayi dan balita yang paling rendah di Bali
Rapat koordinasi tim pelaksana dengan stakeholders
• Perwakilan dari Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan ProvinsiBali
• Perwakilan dari Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Denpasar
• Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem
• Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan KabupatenKarangasem
• Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan KabupatenKarangasem
• Wakil Dekan III FK UNUD
Orientasi bagi mahasiswa pendamping
• Melatih mahasiswa sebagai pelatih dan pendamping kader serta guru TK/PAUD/TPA mengenai pelaksanaan SDIDTK
Survey sebelum intervensi (kualitatif dan kuantitatif)
Pendekatan kualitatif
- Wawancara mendalam pada dokter puskesmas, dokter spesialisanak, pemegang program di pusk dan guru TK/PAUD
- FGD dengan kader posyandu, bidan desa dan bidan praktekswasta.
- Mengukur pengetahuan, riwayat orientasi petugas, promosikepada ibu, monitoring, hambatan, upaya mengatasi hambatandan rekomendasinya.
Hasil kualitatif
• Adanya Program BKB yang overlap – apakah bisa diintegrasikan?
• Perkembangan tidak pernah diukur oleh kader posyandu
o Belum pernah ada pelatihan
o Tidak pernah memperoleh buku pedoman SDIDTK (Hanya ada 1 buku di masing-masing pusk)
o Tidak ada fasilitas APE untuk mengukur perkembangan
o Beban kerja kader cukup tinggi dengan reward yang rendah
o Hanya kasus dengan gejala yang jelas dirujuk ke pusk
• Partisipasi ibu balita di posyandu rendah (30-60%)
• Pengukuran perkembangan di TK/PAUD dilakukan oleh staf pusk secara rutin dibantuguru – kendala di pencatatan karena Buku KIA hanya utk usia balita.
• Beberapa guru di Denpasar telah mendapat pelatihan SDIDTK dan melakukan sertamelaporkan secara rutin ke pusk.
• Sistem pencatatan e-PPGBM belum terisi lengkap – data balita tidak sesuai/tidaklengkap, sangat butuh waktu
• Perlu upaya advokasi ke desa terkait penyediaan fasilitas SDIDTK di posyandu
Pendekatan kuantitatif
• Survey dilakukan pada 100 orang balita di masing-masing kota/kab (Total 200 balita)
• Multistage random sampling (1-2 banjar per wilayah kerja puskesmas yang terpilih)
• Karangasem: Puskesmas Abang 1, Rendang, Manggis 2
• Denpasar: Puskesmas Denpasar Selatan 2, Denpasar Utara 1, Denpasar Timur 1
• Mengukur karakteristik ibu dan anak balita, karakteristik kehamilan danpersalinan, kelengkapan pelaksanaan SDIDTK, status perkembangan anak, faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan SDIDTK oleh ibu balita, hambatanpelaksanaan SDIDTK serta rekomendasi ibu balita.
Hasil kuantitatif
• Baru 30% data subyek yang telah dianalisis
• Semua balita tidak pernah diukur perkembangannya oleh kader/nakes
• 80% yang punya dan bisa menunjukkan Buku KIA
• Semua pengasuh jarang membaca Buku KIA
• Semua pengasuh jarang membawa Buku KIA saat membawa anak keyankes – kecuali ke posyandu atau akan imunisasi
• Semua ibu menyatakan anaknya tidak memiliki riwayat gangguanperkembangan
• Sebagian ibu memiliki pengetahuan yang rendah mengenai tahapanperkembangan anak
Implementasi intervensi
Intervensi
Bidan
Workshop penyegaran untuk
bidan desa dan bidan praktik swasta selama 1 hari
Evaluasi pada bidan
Kader dan guru PAUD/TK/RA/TPA
Orientasi kader dan guru selama 2 hari oleh mahasiswa
pendampingan oleh mahasiswa selama 1 bulan (2 kali kunjungan)
evaluasi pada kader dan guru
Dokter
Workshop penyegaran untukdokter puskesmas, RSIA dan
spesialis selama 1 hari
evaluasi pada dokter
Tantangan dan hambatan
1. Proses administrasi yang lama karena awalnya harus melalui dekan2. Perizinan survey memakan waktu3. Kesulitan dalam rekrutmen mahasiswa4. Proses mencari data balita agak lama karena aplikasi e-ppgbm belum
dilengkapi oleh pusk5. Mahasiswa memiliki banyak kegiatan lain - Kesulitan dalam menentukan
waktu pelatihan surveyor dan pendamping, serta waktu untuk survey6. Kesulitan dalam menentukan waktu workshop dan pelatihan (ruangan,
jadwal dokter spesialis, jadwal mahasiswa)7. Banyaknya hari raya dan hari libur8. Perlu banyak modifikasi kegiatan dari rencana awal – efisiensi waktu9. Tidak ada fasilitas yang menunjang kegiatan (APE, Buku SDIDTK dll) –
hanya diberikan pada yang ikut pelatihan9. Antusiasme di Denpasar lebih rendah daripada di Karangasem
Kegiatan yang sedang dan akan berjalan
• Pendampingan di Kota Denpasar dan Karangasem
• Workshop dokter puskesmas serta spesialis di Kota Denpasar
• Survey kuantitatif dan kualitatif setelah intervensi
top related