292736504 tembaga

46
TUGAS ENDAPAN MINERAL TEMBAGA Tembaga adalah unsur logam pertama yang diekstrak dari mineral, dan seperti halnya timah putih telah digunakan oleh manusia sejak zaman perunggu. Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan teknologi, penggunaan tembaga terus mengalami peningkatan. Eksplorasi intensif untuk mendapatkan cebakan tembaga masih berlangsung di seluruh dunia terutama untuk memenuhi kebutuhan industri, dan karena merupakan konduktor listrik yang sangat baik sehingga tembaga digunakan untuk produk elektronik. Sementara konsumsi tembaga untuk bahan bangunan menempati urutan kedua, antara lain untuk bahan baku pembuatan pipa, ventilasi, dan logam lembaran. Kelompok tiga besar cebakan bijih tembaga dunia dari jenis porfiri dengan kandungan emas tinggi, yaitu Bingham di Amerika Serikat, OK-Tedi di Papua New- Guinea, dan Grasberg di Indonesia. Emas Grasberg sebagai unsure logam ikutan dari jenis mineralisasi yang sama merupakan cadangan terbesar di dunia. Cebakan tembaga tipe porfiri di Indonesia dapat dijumpai di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa 1

Upload: fianza-panji-fahmi-pradita

Post on 08-Feb-2017

134 views

Category:

Engineering


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 292736504 tembaga

TUGAS ENDAPAN MINERAL

TEMBAGA

      Tembaga adalah unsur logam pertama yang diekstrak dari mineral, dan

seperti halnya timah putih telah digunakan oleh manusia sejak zaman perunggu.

Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan teknologi, penggunaan

tembaga terus mengalami peningkatan. Eksplorasi intensif untuk mendapatkan

cebakan tembaga masih berlangsung di seluruh dunia terutama untuk memenuhi

kebutuhan industri, dan karena merupakan konduktor listrik yang sangat baik

sehingga tembaga digunakan untuk produk elektronik. Sementara konsumsi

tembaga untuk bahan bangunan menempati urutan kedua, antara lain untuk bahan

baku pembuatan pipa, ventilasi, dan logam lembaran.

Kelompok tiga besar cebakan bijih tembaga dunia dari jenis porfiri dengan

kandungan emas tinggi, yaitu Bingham di Amerika Serikat, OK-Tedi di Papua

New-Guinea, dan Grasberg di Indonesia. Emas Grasberg sebagai unsure logam

ikutan dari jenis mineralisasi yang sama merupakan cadangan terbesar di dunia.

Cebakan tembaga tipe porfiri di Indonesia dapat dijumpai di Pulau Sumatera,

Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tetapi hanya

cebakan porfiri Grasberg dan Batu Hijau yang dapat diusahakan secara ekonomis.

Beberapa cebakan berkadar rendah di antaranya belum layak untuk diusahakan

apabila dikaitkan dengan kondisi harga tembaga pada saat ini. Sementara setelah

ditetapkannya batas kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone; maka

cebakan tembaga porfiri di Cabang Kiri, Cabang Kanan dan Sungai Mak di Bone

Bolango, Gorontalo tidak dapat diusahakan karena menjadi bagian dari kawasan

taman nasional tersebut.

1

Page 2: 292736504 tembaga

Gambar 1.1 Hasil asesmen sumber daya tembaga dan emas Indonesia, sumber

USGS

      Tambang Grasberg dan Batu Hijau menurut skala dunia termasuk kedalam

kategori ukuran raksasa. Dengan radius bukaan akhir tambang berdiameter lebih

dari dua kilometer dan kedalaman sekitar satu kilometer diperlukan pembangunan

infrastruktur penambangan dan pengolahan berkapasitas besar. Pada dua lokasi

tambang tersebut dapat dijumpai truk, buldozer, dan shovel berukuran raksasa,

sama halnya dengan instalasi permukaan, penggerusan, pengolahan dan

infrastruktur pendukung lainnya, yang seluruhnya berkapasitas sangat besar.

Pengusahaan pertambangan bijih tembaga berskala besar pertama di Indonesia

dilakukan di Papua, yaitu dari cebakan Grasberg dan Eastberg, kemudian disusul

oleh pengusahaan pertambangan kedua dari cebakan Batu Hijau di Sumbawa.

Cebakan Grasberg dan Batu Hijau merupakan cebakan tembaga primer berjenis

Cu-Au porfiri, berdimensi besar, dimana penambangan dilakukan dengan metode

tambang terbuka. Kedua cebakan bijih mempunyai kandungan utama tembaga

(Cu) dengan unsur ikutan berupa emas (Au) dan perak (Ag). Selain memiliki

kandungan sulfida yang tinggi, sulfur juga berpotensi menjadi komoditas bernilai

ekonomi

2

Page 3: 292736504 tembaga

2.1 Definisi Tembaga

Gambar 2.1 Tembaga

Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

lambang Cu dan nomor atom 29. Lambangnya berasal daribahasa Latin Cuprum.

Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini

memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak,

dengan permukaan berwarna jingga kemerahan.

2.1.1 Deskripsi Tembaga

Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna

kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan

berwarna pink kecoklatan sampai keabuan.

Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit

saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah

yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS),

dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida

adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurite

(Cu3(OH)2(CO3)2).

3

Page 4: 292736504 tembaga

Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit

porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen,

deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam

intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia

terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa

proses hidrotermal atau metasomatisme.

Formula Kimia                  : Cu

Sistem Kristal                    : Reguler

Warna                                : Merah-tembaga, atau merah-mawar terang.

Kilap                                 : Metalik

Kekerasan                         : 2,5 – 3

Berat Jenis                         : 8,94

Indeks Bias                       : 1. 544 - 1.553

Goresan                             : Merah

Belahan                             : Tidak satupun

Pecahan                             : Hackly

Tenacity                            : Ductile dan Malleable

Derajat Ketransparanan    : Opaque

Kemagnetan                      : Diamagnetit

2.1.2 Senyawaan tembaga

Tembaga di alam memiliki tingkat oksidasi +1 dan +2. Tembaga dengan

bilangan oksidasi +2 merupakan tembaga yang sering ditemukan sedangkan

tembaga dengan bilangan oksidasi +1 jarang ditemukan, karena senyawaan

tembaga ini hanya stabil jika dalam bentuk senyawa kompleks. Selain dua

keadaan oksidasi tersebut dikenal pula tembaga dengan bilangan oksidasi +3

tetapi jarang digunakan, misalnya K3CuF6. Beberapa senyawaan yang

dibentuk oleh tembaga seperti yang tertera pada Tabel.

4

Page 5: 292736504 tembaga

Tembaga(II) Nama Tembaga(I) Nama

CuO

Cu(OH)2

CuCl2

CuF2

CuS

CuSO4.5H2O

Cu(NO3)2.3H2O

tembaga(II) oksida

tembaga(II) hidroksida

tembaga(II) klorida

tembaga(II) fluorida

tembaga(II) sulfida

tembaga(II) sulfat

pentahidrat atau vitriol

biru

tembaga(II) nitrat trihidrat

Cu2O

CuCl

CuI

tembaga(I)

oksida

tembaga(I)

klorida

tembaga(I)

iodida

Tabel 2.1 Senyawaan Tembaga. Sumber : Analisa

2.2 Mineralogi Tembaga

      Secara mineralogi bijih tembaga dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu

a. Mineral tembaga murni

b. Mineral sulfide tembaga

c. Minera oksida tembaga

d. Mineral tembaga kompleks

      Mineral-mineral gangue bijih tembaga yang utama antara lain : kuarsa, aklsit,

dolomite, siderite, rhodochrosit, barit, dan zeolit. Pada umumnya bijih tembaga,

yang berbentuk sulfide berasosiasi dengan monzonit, kuarsa atau batuan sejenis

dengannya dan agak jarang berasosiasi dengan intrusi yang bersifat basa.

Endapan tembaga terbentuk dengan berbagai cara antara lain, yaitu :

• Terbentuk dengan cara replacement

5

Page 6: 292736504 tembaga

• Terbentuk oleh pembekuan magma, dengan endapan mineral bornit dan

kalkopirit jarang dengan pirit (sulfide)

• Terbentuk oleh metasomatisme kontak (kalkopirit dan bornit dengan pirit,

pirrhotit, tembaga sfalerit, molibdenit dan oksida.

• Endapan sedimenter tembaga

      Contoh cebakan bijih tembaga yang sudah dieksplorasi dan dieksploitasi di

Indonesia dan termasuk dalam kategori skala besar adalah cebakan bijih tembaga

Grasberg dan Batu Hijau. Cebakan bijih tembaga Grasberg terbentuk pada batuan

terobosan yang menembus batuan samping batugamping. Mineral sulfida yang

terkandung dalam cebakan bijih tembaga porfiri Cu – Au Grasberg, terdiri dari

bornit (Cu5FeS4), kalkosit (Cu2S), kalkopirit (CuFeS2), digenit (Cu9S5), dan

pirit (FeS2). Sedangkan emas (Au) umumnya terdapat sebagai inklusi di dalam

mineral sulfida tembaga, dengan konsentrasi emas yang tinggi ditunjukkan oleh

kehadiran mineral pirit. Grasbergmasih mengandung cadangan sekitar 1.109 juta

ton bijih dengan kadar 1,02% Cu, 1,19 ppm Au, dan 3 ppm Ag. Cebakan bijih

tembaga Batu Hijau terbentuk sebagai mineralisasi yang terpusat pada stock

tonalit tua dan cenderung berubah secara berangsur ke arah lateral dan vertikal.

Mineral sulfida tembaga terdiri dari bornit, kalkopirit, digenit, kalkosit dan kovelit

(CuS). Terdapat korelasi yang kuat antara Cu dan Au pada tonalit tua dan batuan

samping di sekitarnya, dengan kandungan keduanya meningkat ke arah bawah.

Mineralisasi lebih lemah terjadi pada tonalit muda dengan kadar <0,3% Cu dan

<0,5 g/t Au,sementara kadar yang paling kecil <0,15% Cu terdeteksi pada retas-

retas tonalit. Sulfida tembaga utama terbentuk sebagai pengisian rekahan dan

berasosiasi dengan stockwork urat kuarsa yang mengisi 5 – 30% volume tonalit,

yang meluas hingga melebihi 100 meter ke arah atas dan batuan samping. Hanya

sedikit berupa sebaran (dissemination) di dalam masadasar batuan. Sedangkan

retas-retas tonalit muda mengandung sangat sedikit urat, dan termineralisasi

lemah (mengandung <0,30% Cu).

6

Page 7: 292736504 tembaga

Gambar 2.2 Gambar contoh model cebakan bijih tembaga di Batu Hijau dan

Grasberg

      Sebagian besar endapan tembaga yang ditemukan merupakan cadangan besar

berasal dari larutan hydrothermal dan proses penggantian, lebih dominan

dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh proses pengisian celah celah. Endapan

yang berbentuk dari hasil metasomatik kontak dan yang langsung dipisahkan dari

magma sangat sedikit dan hampi tidak berarti.

Gambar 2.3 Model dan tipe mineralisasi logam pada beberapa lokasi tambang di

Indonesia

7

Page 8: 292736504 tembaga

2.2.1 Paduan Tembaga

Paduan Tembaga telah berkurang penggunaannya dari pada waktu

yang lampau. Harga tembaga yang meningkat dengan cepat, ditambah lagi

denga kenyataan bahwa kualitas bahan murah yang lain telah meningkat

akhir-akhir ini. Telah mengurangi penggunaan paduan tembaga untuk

beberapa kebutuhan.Selain itu teknik pembuatannya telah diperbaiki

sehingga menyebabkan bahan kurang (ductile) dapat dipakai, karena itu

baja ringan kualitasnya baik yang sering digunakan. Tembaga membentuk

larutan padat dengan unsur logam lain dalam daerah yang luas dan

dipergunakan untuk berbagi keperluan, dan macam-macam paduan pada

tembaga antara lain :

a. Perunggu

 Perunggu mempunyai kadar tembaga Cu 70-78 %, timah putih Sn 22-

44 % dan selain itu campuran tambahan lain seperti Seng (Zn), Timbel

(Pb), Aluminium (Al) dll. Perungu ialah : paduan kepal atau paduan tuang 

yang tahan terhadap korosi. Selain itu mempunyai daya luncur dan daya

hantar yang baik untuk arus listrik.

b.  Perunggu Bebas Seng

Perunggu bebas seng yang dinamakan juga perunggu timah, yaitu

perunggu tuang dari Cu ditambah  10%, 14%, atau 20% Sn tanpa

campuran tambahan lain. Bahan itu digunakan untuk pentil   yang harus

mempunyai syarat tinggi terhadap korosi dan ketangguhan (10% Sn).

Selain itu pada bantalan harus mempunyai syarat-syarat tinggi untuk sifat

luncur (14% Sn) dan unutuk bantalan-bantalan tekan dengan syarat tinggi

untuk kekerasan (20 % Sn ).

c. Perunggu Bebas Seng Paduan Kepal

Mempunyai 1,5 % sampai setinggi-tingginya 10 % timah putih dan

selain itu Fosfor   dalam persentase yang sangat kecil, yaitu  setinggi-

tingginya  0,3 % campuran ini dahulu dinamakan perunggu Fosfor.

Dipakai untuk profil-profil, batang-batang, kawat, plat, dan pipa

yang dicanai dan ditarik.

8

Page 9: 292736504 tembaga

d. Perunggu dan Seng

Perunggu seng ialah : perungu tembaga timah dengan tambahan seng

2 % - 7 %. Bahan itu dipakai terutama untuk bantalan-bantalan ( campuran

tuang ).

e.  Perunggu Aluminium

Perunggu Alumnium ialah : campuran tuang dan campuran kepal dari

tembaga dengan Aluminium dengan besi dan bahan tambahan lain

(perunggu dua zat). Perunggu dua zat (Al dan Ni) tahan korosi terhadap

bahan kimia tertentu karena itu dipakai untuk perlengkapan kimia.

Perunggu Alumium tidak mempunyai fungsi lain dari perunggu bebas

seng. Sifat-sifatnya kurang baik, jadi tidak banyak dipakai kecuali di

negeri-negeri yang kurang akan timah.

f.  Perunggu Silikon

Perunggu Silikon baik sebagai paduan tuang maupun kepal

mempunyai kadar (Si) 0,5 %-4,5 %. Selain itu ada bahan-bahan tambahan

dari timah, nikel, mangan, besi dan seng dalam bermacam-macam

persenyawaan. Sebagian dapat dijadikan misalnya; Cupoder yang

mempunyai tahanan tarik dan kekerasan yang baik .

2.3 Genesa Tembaga

Gambar 2.4 Genesa Pembentukan Tembaga

9

Page 10: 292736504 tembaga

Tembaga secara garis besar genesanya dapat dibagi 2 (dua) kelompok, yaitu

genesa primer dan genesa sekunder.

2.3.1 Genesa Primer

Logam tembaga, proses genesanya berada dalam lingkungan

magmatik, yaitu suatu proses yang berhubungan langsung dengan intrusi

magma. Bila magma mengkristal maka terbentuklah batuan beku atau

produk-produk lain. Produk lain itu dapat berupa mineral-mineral yang

merupakan hasil suatu konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor

yang terdapat dalam cairan sisa.

Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui

rekahan-rekahan (bagian lemah dari batuan) membentuk terowongan

(intrusi). Ketika mendekati permukaan bumii, tekanan magma berkurang

yang menyebabkan bahan volatile terlepas dan temperatur yang turun

menyebabkan bahan non volatile akan terinjeksi ke permukaan lemah dari

batuan samping (country rock) sehingga akan terbentuk pegmatite dan

hidrotermal.

Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan

plutonik tapi umumnya granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium,

kuarsa dan beberapa muskovit dan biotit.

Endapan hidrotermal merupakan endapan yang terbentuk dari proses

pembentukan endapan pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah

dingin dan encer. Cirri khas endapan hidrotermal adalah urat yang

mengandung sulfida yang terbentuk karena adanya pengisian rekahan

(fracture) atau celah pada batuan semula rendah, tersebar relatif merata

dengan jumlah cadangan yang besar. Endapan bahan galian ini erat

hubungannya dengan intrusi batuan Complex Subvolcanic Calcaline yang

bertekstur porfitik. Pada umumnya berkomposisi granodioritik, sebagian

terdeferensiasi ke batuan granitik dan monzonit. Bijih tersebar dalam

10

Page 11: 292736504 tembaga

bentuk urat-urat sangat halus yang membentuk meshed network sehingga

derajat mineralisasinya merupakan fungsi dari derajat retakan yang

terdapat pada batuan induknya (hosted rock). Mineralisasi bijih sulfidanya

menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan pola ubahan hidrotermal.

Zona pengayaan pada endapan tembaga porfiri:

a. Zona pelindian.

b. Zona oksidasi.

c. Zona pengayaan sekunder.

d. Zona primer.

Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan tersebut adalah :

5FeS2 + 14Cu2+ + 14SO42- + 12H2O 7Cu2S + 5Fe2+ + 2H+ + 17SO4

2-

Sifat susunan mineral bijih endapan tembaga porfiri adalah:

a. Mineral utama terdiri : pirit, kalkopirit dan bornit.

b. Mineral ikutan terdiri : magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit,

kubanit, kasiterit, kuebnit dan emas.

c. Mineral sekunder terdiri : hematite, kovelit, kalkosit, digenit dan

tembaga natif.

Akibat dari pembentukannya yang bersal dari intrusi hidrotermal

maka mineralisasi bijih tembaga porfiri berasosiasi dengan batuan

metamorf kontak seperti kuarsit, marmer dan skarn.

2.3.2 Genesa Sekunder

Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses sekunder

terutama akan ditinjau proses ubahan (alteration) yang terjadi pada

mineral-mineral urat (vein). Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah

sekali mengalami perubahan. Mineral yang mengalami oksidasi dan

berubah menjadi mineral sulfida kebanyakan mempunyai sifat larut dalam

11

Page 12: 292736504 tembaga

air. Akhirnya didapatkan suatu massa yang berongga terdiri dari kuarsa

berkarat yang disebut Gossan (penudung besi). Sedangkan material logam

yang terlarut akan mengendap kembali pada kedalaman yang lebih besar

dan menimbulkan zona pengayaan sekunder.

Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung

sirkulasi udara dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida akan

teroksidasi menjadi sulfat-sulfat dan logam-logam dibawa serta dalam

bentuk larutan, kecuali unsur besi. Larutan mengandung logam tidak

berpindah jauh sebelum proses pengendapan berlangsung. Karbon dioksit

akan mengendapkan unsur Cu sebagai malakit dan azurit. Disamping itu

akan terbentuk mineral lain seperti kuprit, gunative, hemimorfit dan

angelesit. Sehingga terkonsentrasi kandungan logam dan kandungan kaya

bijih.

Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai

zona air tanah maka akan terjadi suatu proses perubahan dari proses

oksidasi menjadi proses reduksi, karena bahan air tanah pada umumnya

kekurangan oksigen. Dengan demikian terbentuklah suatu zona pengayaan

sekunder yang dikontrol oleh afinitas bermacam logam sulfida.

Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang,

dimana larutan mengandung tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit

dan kalkopirit yang kemudian menghasilkan sulfida-sulfida sekunder yang

sangat kaya dengan kandungan mineral kovelit dan kalkosit. Dengan cara

seperti ini terbentuk zona pengayaan sekunder yang mengandung

konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila dibanding bijih primer.

12

Page 13: 292736504 tembaga

2.4 Sifat Tembaga

2.4.1 Sifat fisika

a. Tembaga merupakan logam yang berwarna kunign seperti emas

kuning seperti pada gambar dan keras bila tidak murni.

b. Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk

menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat.

c. Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak. 

2.4.2 Sifat Kimia

a. Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan

terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi

oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga

karbonat basa, Cu(OH)2CO3.

b. Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 °C tembaga

dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam.

Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 ºC, akan

terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.

c. Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam

nooksidator encer seperti HCl encer dan H2SO4encer. Tetapi asam

klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan

membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion

kompleks CuCl2¯(aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser

ke arah produk.

Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga, seperti reaksi berikut

13

Page 14: 292736504 tembaga

d. Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi

e. Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh

adanya udara membentuk larutan yang berwarna biru dari kompleks

Cu(NH3)4+. 

f. Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen.

Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan

tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk

tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II)

klorida.

2.5 Daerah Persebaran

Dalam dunia pertambangan, Indonesia memang dikenal sebagai negara yang

kaya dengan kandungan mineral yang siap diangkat kapan saja. Indonesia

menempati posisi produsen terbesar kedua untuk komoditas timah, posisi terbesar

keempat untuk komoditas tembaga, posisi kelima untuk komoditas nikel, posisi

terbesar ketujuh untuk komoditas emas, dan posisi kedelapan untuk komoditas

batubara.

Berbagai macam bahan tambang tersebar di Indonesia dari sabang sampai

merauke banyak kita temukan tambang-tambang yang mengeksploitasi

sumberdaya alam Indonesia mulai dari emas, timah, tembaga, perak, intan,

batubara, minyak, bauksit, dan lain - lain, semuanya terdapat di Indonesia.

Cadangan tembaga Indonesia sekitar 4,1% dari cadangan tembaga dunia, dan

merupakan peringkat ke-7 sedangkan dari sisi produksi adalah 10,4% dari

produksi dunia dan merupakan peringkat ke-2.

Daerah-daerah penghasil tembaga di Indonesia diantaranya :

Cikotok : Jawa Barat

14

Page 15: 292736504 tembaga

Kompara : Papua

Sangkarapi : Sulawesi Selatan

Tirtamaya : Jawa Tengah

Selain itu, terdapat juga di daerah Jambi dan Sulawesi Tengah.

Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi

lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.

Lokasi penyebaran mineral tembaga terdapat di beberapa tempat, yaitu:

Sungai Mentawai Sausu, Perbukitan Tompera Sausu, Sungai Mentawa, Sungai

Torue, Perbukitan Tomborong Maninili Siaga, Sungai Silitunang Maninili UPT

Trans, Sungai Ganonggol, Sungai Bugis Swakarsa, Wanagading, Sungai Moutong

dan Sungai Tinombo.

Gambar 2.5 Peta Persebaran Mineral Copper (Tembaga) di Indonesia

2.6 Tahap Eksplorasi

15

Page 16: 292736504 tembaga

Eksplorasi tembaga adalah keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak

mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan mineral tembaga

yang ada.

Tahap-tahap dalam perencanaan kegiatan eksplorasi secara umum:

2.6.1 Tahap Eksplorasi Pendahuluan

Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini

tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang

digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1:50.000

sampai 1:25.000. Adapun yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Studi Literatur

Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi eksplorasi dilakukan studi

terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survey terdahulu),

catatan lama, laporan temuan dan lain-lain, lalu dipilih daerah yang akan

disurvei. Setelah itu, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi

metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih

daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi

dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-

tandanya dapat dilihat di lapangan.

b. Survei dan Pemetaan

Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia,

maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya

sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1:50.000 atau 1:25.000). Tetapi

jika belum ada, perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di

daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat

menguntungkan, karena survei bisa langsung untuk mencari tanda-tanda

endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil

contoh dari singkapan yang penting.

16

Page 17: 292736504 tembaga

Selain singkapan batuan pembawa bahan galian, yang perlu juga

diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan

sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya.

Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-

alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda

alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dan lain-lain.

Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta

singkapan).

Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian

digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya

(model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian

dirancang pengambilan contoh dengan cara acak, pembuatan sumur uji

(test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan

pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di

peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dan lain-lain).

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran

endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dan lain-lain

yang dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan

memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut

mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap

eksplorasi selanjutnya.

2.6.2 Tahap Eksplorasi Detail

Menurut (White, 1997), kegiatan utama dalam tahap ini adalah

sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan

memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang

lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume

cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari

sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan

klasifikasi terukur, dengan kesalahan Mineral - Tembaga 6 yang kecil

17

Page 18: 292736504 tembaga

(<20%), sehingga perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti

dan resiko dapat dihindarkan.

Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman,

ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi

(panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling,

kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat

memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan

atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan

produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun

prioritas bantu lainnya.

2.6.3 Studi Kelayakan

Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan tambang,

metode penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi

tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya

produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah

cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan

menguntungkan atau tidak.

2.7 Tahap Eksploitasi 

Menurut Sukandarrumidi (2009), penambangan dilakukan dengan cara

tambang terbuka (open pit), apabila endapan bijih ditemukan tidak terlalu dalam.

Dapat juga dilakukan dengan penambangan dalam (underground) dengan

membuat terowongan atau pengangkutan dengan menggunakan alat-alat berat.

Khusus untuk tambang tembaga Grasberg dan Batu Hijau (Indonesia) adalah

tipe porfiri. Cebakan tembaga tipe porfiri mempunyai dimensi besar dan kadar

relatif rendah sehingga atas pertimbangan keekonomian, penambangan hanya

dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka (open pit mining). Pengupasan

lapisan penutup (overburden) dan penambangan bijih dilakukan dengan sistem

18

Page 19: 292736504 tembaga

jenjang (benches). Cebakan bijih tembaga yang sangat tebal memerlukan banyak

jenjang, dengan lebar dan tinggi jenjang diupayakan untuk dapat menahan batuan

yang berhamburan saat peledakan, dan menyediakan ruang gerak yang memadai

untuk alat pembongkar (excavator) dan unit pemuat (haulage).

Gambar 2.6 Tambang Batu Hijau, Sumbawa, NTB dengan cara tambang terbuka

(open pit mining)

2.7.1 Pengeboran

Pengeboran merupakan tahap awal untuk menghasilkan lubang siap

ledak (blast holes). Lubang siap ledak kemudian diledakkan dengan

menggunakan bahan peledak yang sudah ditentukan di bagian peledakan

(blasting group) untuk menghasilkan material hancur hasil peledakan

(broken muck) yang selanjutnya digali oleh alat gali dan dimuat oleh alat

angkut (dump truck). Tahapan inti dalam proses pengeboran adalah:

a. Persiapan dan pembersihan lokasi pengeboran

Kegiatan utamanya adalah menyiapkan rencana lokasi pengeboran

yang rata untuk mesin bor, membuat tanggul yang aman untuk

19

Page 20: 292736504 tembaga

memisahkan posisi mesin bor dari alat lainnya, dan membersihkan batas

material atau lumpur dari sisa peledakan sebelumnya.

Disini ditentukan tanda batas lokasi pengeboran yang umumnya

berbentuk kotak/persegi empat atau berbatasan langsung dengan hasil

peledakan yang sudah dilakukan sebelumnya. Proses persiapan dan

pembersihan lokasi pengeboran dengan menggunakan dozer

Caterpillar seri D10 atau seri D11.

b. Pelaksanaan pengeboran produksi

Pengeboran dilakukan dengan menggunakan mesin bor. Pola

pengeboran bisa menggunakan “pola pengeboran manual” atau “pola

pengeboran dengan sistem Aquila”. Pola pengeboran manual

menggunakan patok-patok kayu sebagai tanda posisi lubang yang harus

dibor yang diletakkan di tanah dan dilengkapi dengan keterangan survey

mengenai kedalaman lubang yang harus dibor. Sementara pengeboran

dengan sistem Aquila sudah terpasang pada semua mesin bor

mengandalkan sistem pandu satelit (Global Positioning System atau GPS)

yang terhubung langsung ke antenna mesin bor untuk memandu operator

mengikuti pola dan kedalaman pengeboran.

Setelah proses pengeboran, mesin bor dipindahkan ke lokasi

pengeboran lainnya atau menunggu sampai proses peledakan lubang bor

tersebut selesai. Pemindahan mesin bor untuk jarak lebih dari 500 meter

diangkut dengan alat bantu yang disebut mesinlowboy.

2.7.2 Peledakan

Setelah lubang bor dibuat, juru ledak akan memeriksa setiap lubang

bor untuk memastikan kedalaman lubang tersebut sebelum dilakukan

pengisian bahan peledak (explosive). Setelah lubang disetujui, lubang diisi

20

Page 21: 292736504 tembaga

dengan primer (detonator+booster) dan bahan peledak sesuai dengan

kandungan air di dalamnya.

2.7.3 Penggalian

Proses penggalian dilakukan dengan menggunakan alat gali atau

shovel untuk menggali material hasil peledakan atau material lepas yang

berupa bijih atau batuan penutup.

Ada dua jenis shovel yang digunakan dalam operasi penambangan

tambang tembaga: yaitu:

a. Shovel listrik, yaitu alat gali yang digerakkan dengan tenaga listrik.

b. Shovel hidraulik, yaitu alat gali yang digerakkan dengan sistem

hidraulik.

Ada dua metode proses penggalian, yaitu:

a. Single side loading, yaitu metode penggalian di mana ketika menerima

muatan, truk berada pada satu sisi shovel. Dengan demikian ketika

salah satu truk sedang diberi muatan, truk kedua dalam posisi antri

atau pre-spot. Hidraulik shovel umumnya menggunakan metode single

side loading dan dilakukan di sisi kiri shovel. Shovel listrik dilakukan

bila loading area hanya bisa untuk maneuver satu truk saja.

b. Double side loading, yaitu metode penggalian di mana ketika

menerima muatan, truk berada pada kedua sisi shovel sehingga ketika

salah satu truk sedang diberi muatan, truk kedua berada pada posisi

menerima muatan di sisi lain. Metode ini pada umumnya diterapkan

untuk shovel listrik dengan lebar area loading yang memenuhi syarat

dua kali radius putar truk yang ditugaskan di shovel tersebut.

2.7.4 Pengangkutan

21

Page 22: 292736504 tembaga

Bijih atau batuan penutup yang sudah digali kemudian diangkut ke

dalam alat angkut yang dikenal sebagai truk angkut tambang (dump truck).

Setelah dilakukan pengisian oleh shovel, truk akan menuju ke tempat

pembuangan yang telah ditentukan sesuai dengan materialnya. Jika truk

mengangkut bijih, material yang diangkut akan dibuang ke crusher bijih

atau stockpile bijih. Jika material yang diangkut adalah bahan penutup,

material akan dibuang ke crusher overburden (OHS:Overburden Handling

System) atau ke overburden pump.

2.7.5 Penggerusan bijih atau batuan

Saat ini Grasberg ditambang dengan metode tambang terbuka. Namun

karena bukaan yang semakin dalam, sekitar tahun 2015, cara

penambangan akan diubah menjadi tambang bawah tanah. Jika semua

terwujud, tambang bawah tanah Grasberg akan menjadi salah satu yang

terbesar.

2.8 Pengolahan Bijih Tembaga

Untuk pengolahan mineral tembaga menjadi tembaga batang dikenal 3

macam cara, yaitu: 

a.Phyrometalurgi

Adalah suatu proses pengolahan mineral dengan dasar panas. Inti dari

proses ini adalah pengolahan tembaga dengan melalui suatu proses yang

bertujuan untuk mengubah pengotor senyawa Sulfida menjadi Oksida atau

disebut dengan proses Roasting. CuFeS2+ 9O2 menjadi 2Cu2S+ 2Fe2O3+

6SO2

Pada persamaan kimia diatas menunjukan bahwa proses Roasting bertujuan

untuk mengubah Besi Sulfida menjadi Besi Oksida sedangkan Tembaga tetap

Sulfida. Diubahnya besi sulfida menjadi besi oksida adalah agar pada proses

22

Page 23: 292736504 tembaga

selanjutnya yaitu smelting atau peleburan, tembaga sulfida akan mencair

meninggalkan besi oksida yang bertitik cair lebih tinggi dan akan ditinggalkan

sebagai terak pengotor, sedangkan tembaga yang telah mencair akan turun

kebawah karena berat jenis tembaga yang lebih tinggi dari besi oksida. Adapun

urutan prosesnya sebagai berikut: 

1) Bijih tembaga dihaluskan dengan alat peremuk batuan

2) Bijih dicampur air sehingga terbentuk slurry

3) Slurry dimasukkan ke tangki sel flotasi dengan tujuan pemisahan dari

mineral pengotor

4) Diperoleh konsentrat Cu dalam bentuk Cu dengan kadar tinggi

5) Diproses lanjut dalam pabrik pengawa-airan ( dewatering plant) untuk

menghilangkan air dengan: 

• Penyaring putar

• Pengeringan sampai di dapat konsentrat Cu yang kering

6) Roasting atau pemanggangan bertujuan untuk proses reduksi pengotor

7) Ekstraksi tembaga murni dari konsentrat tembaga dengan dengan: 

• Prometalurgi

• Elektrolisis ( dengan arus listrik)

Namun seiring dengan kemajuan teknologi, proses Phyrometalurgi sudah

tidak diterapkan untuk pengolahan tembaga, karena kemudian diketahui ada suatu

proses yang lebih ekonomis untuk pengolahan tembaga yaitu hidrometalurgi.

23

Page 24: 292736504 tembaga

Phyrometalurgi tetap digunakan tetapi dipakai pada pengolahan-pengolahan

mineral lain seperti nikel, manganese, chrom dll.

b.Hidrometalurgi

Hidrometalurgi adalah suatu proses pengolahan tembaga dari batuan alam

dengan berdasar pada air sebagai pengolahnya, namun maksud air adalah bukan

air biasa melainkan air yang telah dicampur dengan suatu asam tertentu sebagai

reduktor. Hidrometalurgi dipakai karena keuntungan-keuntungannya antara lain : 

o Biaya pengolahan yang rendah

o Recovery yang tinggi

o Proses pengolahan relatif mudah

o Investasi alat yang rendah sehingga memungkinkan percepatan BEP

o Proses pengolahan yang relatif lebih singkat

Pada proses ini dipakai suatu asam sebagai reduktor yaitu asam sulfat

( H2SO4) yang mudah didapatkan dan rendah biaya pengolahan. Dipakainya

asam sulfat sebagai pereduktor adalah bertujuan untuk membentuk tembaga sulfat

( CuSO4.5H2O) . Tembaga adalah suatu unsur yang sangat mudah membentuk

sulfida. Maka dari itu asam sulfat dipakai sebagai pilihan. Adapun prosesnya

adalah sebagai berikut : 

o Mula-mula batuan tembaga dihancurkan hingga menjadi halus sampai mess

tertentu.

o Selanjutnya tempatkan pada suatu tabung yang terbuat dari bahan tahan asam

( plastik, fiber, dll) lalu ditambah air dengan ukuran tertentu.

o Kemudian tambahkan asam sulfat pekat sambil diaduk agar terbentuk larutan

tembaga sulfat ( CuSO4.5H2O) .

24

Page 25: 292736504 tembaga

o Setelah terbentuk larutan tembaga sulfat pindahkan pada suatu tabung

elektrolisis yang bertujuan untuk mengambil ion tembaga dari larutan tembaga

sulfat yang terbentuk pada proses pengasaman.

o Secara bertahap ambil tembaga yang menempel pada katoda, dan tembaga hasil

dari katoda adalah tembaga murni.

o Selanjutnya tembaga hasil dari katoda siap untuk proses peleburan pada tungku

peleburan tembaga yang mampu menghasilkan suhu 1300° C.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengolahan mineral tembaga

untuk saat ini yang terbaik dan termurah dari biaya produksi adalah proses

hidrometalurgi yang dilanjutkan dengan proses elektrolisa kemudian dilanjutkan

dengan proses peleburan,

Maka dari itulah kami menyarankan proses hidrometalurgi dan elektrolisis

yang akan kami terapkan pada teknologi pengolahan untuk batuan dari Indonesia

karena proses ini sangat tepat diterapkan untuk jenis batuan dari Indonesia.

c. Proses elctrometallurgy

Yaitu proses pengolahan bijih dengan tenaga listrik seperti pada eloktrolisa

dan elektrothermis.

Tahap-tahap Pengolahan tembaga, yaitu :

a. Pengapungan (flotasi)

Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih

kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan

dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara

ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara.

Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan

berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang

25

Page 26: 292736504 tembaga

kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara

yang membawa partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian

dipekatkan.

b. Pemanggangan

Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas

pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih

ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang

dioksida. Mineral - Tembaaa12

Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang

mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu

calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag

besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai berikut.

Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan

kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfide

c. Reduksi

Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara

dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi

2Cu2S(s) + 3O2(g) ―→ 2Cu2O(s) + 2SO2(g)

Cu2S(s) + 2Cu2O(s) ―→ 6Cu(s) + SO2(g)

Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga lepuhan

sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara.

26

Page 27: 292736504 tembaga

d. Elektrolisis

Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt

kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor

(tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni,

dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses elektrolisis

berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian direduksi di

katoda menjadi logam Cu.

Katoda : Cu2+(aq) + 2e → Cu(s)

Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e

Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni) makin

bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan Pt

mengendap sebagai lumpur.

2.9 Manfaat Tembaga

2.9.1 Logam Tembaga

a. Sebagai campuran untuk membuat perunggu (Cu 90% dan Sn10%)

untuk membuat patung, indutri arloji, atau ornamen

b. Sebagai campuran untuk membuat monel (Ni 70% dan Cu 30%)

c. Sebagai campuran membuat duralium (Al 96% dan Cu 4%) untuk

komponen pesawat

d. Sebagai campuran untuk membuat perhiasan (Cu 45% dan Au 55%)

e. Sebagai campuran untuk membuat kuningan (Cu 70% dan Zn 30%)

untuk membuat aksesoris, alat musik, atau ornamen

f. Sebagai campuran membuat kupronikel, (Cu 75% dan Ni 25%) untuk

membuat uang koin logam (contoh logam Amerika) dan logam-logam

senjata mengandung tembaga

g. Alat-alat listrik seperti, kabel istrik, kumparan dinamo dan komponen

berbagai alat elektronik, alnico, pipa, motor listrik, generator, kabel

27

Page 28: 292736504 tembaga

transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor,

konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave,

sakelar, reaktifier transsistor, kawat, pematrian, alat-alat dapur

h. Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian kapal

i. Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi

metanol menjadi metanal.

2.9.2 Senyawa Tembaga

a. Tembaga (II) Oksida (CuO), sebagai insektisida, bahan baterai, bahan

penyepuh dan bahan pewarna hitam untuk keramik, bahan gelas,

porselen dan rayon

b. Tembaga (II) Sulfat (CuSO4), sebagai antilumut pada kolam renang

dan memberikan warna biru pada air, pengawet kayu, penyepuhan dan

zat aditif dalam radiator

c. Tembaga (II) Klorida (CuCl2), sebagai pewarna keramik dan gelas,

pabrik tinta, untuk menghilangkan kandungan belerang pada

pengolahan minya, dan fotografi serta pengawet kayu dan katali

d. Campuran CuSO4 dan Ca(OH)2, disebut bubur boderiux banyak

digunakan untuk mematikan serangga atau hama tanaman, pencegah

jamur pada sayur dan buah

e. Cu(OH)2 yang larut dalam larutan NH4OH membentuk ion kompleks

cupri tetramin (dikenal sebagai larutan schweitser), digunakan untuk

melarutkan selulosa pada pembuatan rayon (sutera buatan).

28

Page 29: 292736504 tembaga

Kesimpulan

      Endapan tembaga terbentuk dengan berbagai cara antara lain, yaitu : terbentuk

dengan cara replacement, terbentuk oleh pembekuan magma, terbentuk oleh

metasomatisme kontak ,terbentuk berupa endapan sedimenter tembaga. Khusus di

Indonesia saat ini cebakan tembaga yang ekonomis diusahakan adalah tipe

porfiri.Cebakan tembaga tipe porfiri di Indonesia dapat dijumpai di Pulau

Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Tetapi hanya cebakan porfiri Grasberg dan Batu Hijau yang dapat diusahakan

secara ekonomis. Dari cebakan Grasberg dan Eastberg, kemudian disusul oleh

pengusahaan pertambangan kedua dari cebakan Batu Hijau di Sumbawa

merupakan pengusahaan pertambangan bijih tembaga berskala besar pertama di

Indonesia .

      Tahapan eksplorasi endapan bijih tembaga uumumnya mengikuti eksplorasi

yang umumnya dilakukan pada endapan bijih bahan tambang lainnya, yaitu :

1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan

a. Studi Literatur

b. Survei dan Pemetaan

2. Tahap Eksplorasi Detail

3. Studi Kelayakan

      Teknik penambangan tembaga dilakukan dengan cara tambang terbuka,

apabila endapan bijih ditemukan tidak terlalu dalam. Dapat juga dilakukan dengan

penambangan dalam (underground) dengan membuat terowongan.  Hal ini

tergantung tipe cebakan dan kondisi geologi. Khusus untuk tambang tembaga

Grasberg dan Batu Hijau adalah tipe porfiri. Cebakan tembaga tipe porfiri

mempunyai dimensi besar dan kadar relatif rendah sehingga atas pertimbangan

29

Page 30: 292736504 tembaga

keekonomian, penambangan hanya dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka

(open pit mining).

Terdapat tiga proses pengolahan untuk mendapatkan logam tembaga (dalam

Sukandarrumidi, 2009). Proses tersebut adalah

a. Proses pyrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan temperature

tinggi dari hasil pembakaran bahan bakar.

b. Proses hidrometallurgi, yaitu proses pengolahan bijih dengan melarutkan

bijih yang kemudian dipisahkan lagi dari larutan tersebut, sehingga

didapatkan unsure tembaga yang bebas dari unsure lain.

c. Proses elctrometallurgy, yaitu proses pengolahan bijih dengan tenaga

listrik seperti pada eloktrolisa dan elektrothermis.

Tembaga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dari komponen listrik, koin,

alat rumah tangga, kerajinan tembaga, hingga komponen biomedik. Tembaga juga

dapat dipadu dengan logam lain hingga terbentuk logam paduan seperti perunggu

atau monel dan menjadi sebuah kerajinan tembaga.

30

Page 31: 292736504 tembaga

DAFTAR PUSTAKA

Sukandarrumidi, 2009. Geologi mineral logam. Gadjahmada University

Press, Yogyakarta

Mahler, Armando .2008, Dari Grasberg sampai Amamapare. Gramedia

file://localhost/E:/flash/tahapan-kegiatan-eksplorasi.html

http://adityawibawadani.blogspot.co.id/2014/04/tembaga-secara-garis-

besar-genesanya.html (diakses pada hari Minggu 13 November 2015,

pukul 09:30)

31